"Makasih kak, hati-hati di jalan" Ucap Vallery setelah mengecup pipi Galaksi dan turun dari mobilnya.
Saat ini Vallery pulang ke rumah karena ingin mengabari Daddynya kalau dalam waktu dekat keluarga Galaksi akan berkunjung, dengan senyum lebar Vallery memasuki rumahnya sampai pandangannya tertuju oleh cewek yang keluar dari dapur dan membawa segelas air putih di tangannya "Lo ngapain di sini?" Tanya Vallery heran.
"Val? Oh gue tinggal di sini,," Ujar Isabella santai, walau sedikit terkejut dengan kehadiran Vallery yang tiba-tiba.
"Dek?" Sebuah panggilan dari tangga membuat Vallery mendongak.
"Whats going on? Kenapa Isabella tinggal di sini?" Tanya Vallery kurang suka.
Vello menghela napas "Kakak bisa jelasin"
Vallery semakin mengernyitkan dahi ketika mendengar Isabella memanggil kakaknya kakak "Aku ke kamar dulu ya kak.." Pamit Isabella dan di angguki oleh Vello.
"Daddy mengadopsi Isabella, saat ini kita sudah jadi keluarga lengkap" Jelas Vello dengan senyum lembut.
"Tunggu-tunggu! Apa maksud kakak jadi keluarga lengkap? Daddy gak punya anak di luar nikah kan?!" Tanya Vallery terperangah.
"No! Dad—-" "Sayang? Kamu pulang?" Potong Daddy, dia tersenyum dan mengelus rambut Vallery lembut,
"Dad?! Apa maksudnya ini?? Daddy gak punya anak di luar nikah kan??!"
"Isabella bakal jadi keluarga kita sayang, dia mempunyai mata saudari kembar kamu. Kita bakal jadi keluarga lengkap lagi.." Ujar Daddy senang.
Vallery sempat tertegun mendengar ucapan Daddynya, hanya saja perasaan tidak suka muncul ketika mendengarnya "She is not my sister, bagaimana bisa dia jadi saudariku Dad?!"
"Adek, Vallen udah ninggalin salah satu bagian dirinya kita musti menjaganya, Adek lupa kita udah lama tidak berkumpul? Setelah Isabella menjadi keluarga kita bukankah kita akan jadi keluarga lengkap lagi?" Jelas Vello.
Vallery mengerti bagaimana perasaan kakak dan Daddynya, mereka ingin menjadi keluarga utuh. Tapi bukankah mereka mengatakan kalau sudah mengikhlaskannya? Tapi apa ini? Apa mereka ingin mengingatkan kalau dirinyalah penyebab kehancuran keluarga mereka. Mommy dan saudari kembarnya.
Vallery meringis ketika sebuah pikiran-pikiran negatif berseliweran di kepalanya. Perasaan kecewa muncul kembali "Apakah... apakah Daddy sudah mengetahui ini sejak awal? Bahkan sebelum kak Vello tahu?"
Daddy sempat ragu tapi tetap menjawab "Ya.."
"So its a lie, isn't it? Semua yang Daddy ucapkan tentang melepaskan kepergian Mommy dan Vallen hanya kebohongan? Apa Daddy membawa Isabella hanya untuk mengingatkan Ery kalau Ery adalah pembunuh, benar kan?" Ucap Vallery, matanya memanas, dadanya sesak, semua terasa berat saat ini.
"No! Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu sayang. Daddy tidak bermaksud begitu, hanya saja Vallen mening—-" "FUCKING THAT EYES DAD!!"
"ERY!!" Bentak Vello.
Vallery tersentak, ini pertama kali kakaknya membentaknya, seluruh tubuhnya mendingin dan air matanya menetes.
"Vello!" Tegur Daddy ketika melihat Vallery menangis.
"E-Ery, kakak gak bermaksud membentak Ery.." Lirih Vello kemudian berjalan mendekat hendak memeluk adiknya.
Vallery mundur dan menatap kakak dan Daddynya kecewa "Do whatever you want.. jangan hiraukan Ery" lirihnya kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Daddy menghela napas kasar kemudian berbalik mengikuti putri kesayangannya.
PRANG!!
Suara pecahan terdengar sehingga membuat Vello dan Daddynya berlari memasuki kamar Vallery.
Di dalam sana Vallery berdiri mematung sedangkan Isabella menunduk takut "Isabella! Kamu gak papa? Coba kakak lihat, ada yang sakit?" Tanya Vello beruntun mengabaikan Vallery di belakangnya.
Daddy bergerak mendekat ke arah Isabella dan melirik kaca meja rias yang pecah dan sebuah clutch yang terjatuh tak jauh dari sana.Daddy mendongak menatap Vallery, mata memerah dan pipi yang basah, tidak ada raut kesedihan atau kesakitan disana hanya air mata yang tidak berhenti untuk turun.
"I am done, setelah mendapatkan putri satunya lagi, saya pun tidak berguna" lirih Vallery.
"Sayang, kamu bicara apa? Kalau masalah kamar Daddy minta maaf, kepindahan Isabella ke sini terlalu mendadak, karena kamar kamu kosong Daddy suruh Isabella untuk tidur di sini sementara, lagi pula baju kamu banyak Isabella tidak punya bagi ganti jad—" "Stop Dad! Everything is done" Potong Vallery.
"Adek, kamu harus dengerin Daddy dulu, kamu saat ini lagi emosi dan cemburu kita bisa bicara baik-baik..." Jelas Vello sembari menenangkan Isabella.
"Lalu kenapa kalau aku Emosi dan cemburu kak? Bukankah wajar apa yang sudah menjadi milikku tiba-tiba lepas gitu saja? Apa menurut kakak aku harus diam saja, jika kakak dan Daddy tidak menghargai aku lagi lalu buat apa aku kembali? buat apa Daddy dan kakak minta maaf sambil menangis? BUAT APA AKU HIDUP!!!"
"VALLERY!! Kamu tahu apa yang kamu bicarakan, tidak cukup Mommy dan Vallen yang pergi kamu juga ingin pergi?!" Tanya Daddy.
"You did it Dad, Daddylah yang membuat semuanya rumit, di saat aku sudah menerima semuanya tapi lagi-lagi Daddy mengungkit" Jelas Vallery kemudian dia berbalik keluar kamar, tapi sebelum benar-benar keluar Vallery berhenti "Saya datang untuk mengabari kalau keluarga Kak Gala akan berkunjung dalam waktu dekat, selamat malam" Ujar Vallery datar kemudian lanjut berjalan.
♈️♈️♈️
"Loh sayang, kamu ngapain di si—"
Ucapan Galaksi terpotong oleh pelukan Vallery yang tiba-tiba. Dapat di rasakan tubuh Vallery bergetar hebat dan suara tangisan yang terdengar pilu."Galaksi? Ada apa? Kenapa Vallery menangis?" Tanya Dokter Maria ketika keluar kamar dan mendengar Vallery menangis, Galaksi menatap mamahnya dan menaruh jari telunjuknya di bibir menyuruh mamahnya diam dulu, dokter Maria mengangguk dan kembali masuk ke kamarnya.
Galaksi bergerak menggendong Vallery dan membawanya memasuki kamarnya, berdiam diri tanpa bersuara sambil mengelus punggung Vallery lembut sampai tangisan Vallery berubah menjadi dengkuran halus.
"Good night love..." Bisik Galaksi kemudian membaringkan Vallery di sampingnya,
TBC
Hi bestie, gimana kabarnya?? Gak lupa alur ceritanya kan??
Jangan lupa ⭐️ dan Komen perasaan kalian 😝😘
See u next chapter💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Of Me
Dla nastolatków17+ Indah Menjalani kehidupan baru dengan tubuh berbeda. lalu apakah dia bisa melepas semua beban di pundaknya? Dia ingin menjadi orang yang bebas, dia ingin hidup berdasarkan keinginannya. Dia ingin meraih apa yang ingin di raih. Tapi lagi-lagi di...