Hari Senin, Soobin menggeliat dengan malas diatas tempat tidurnya. Lalu ia cepat-cepat bangkit dan bersiap sekolah. Sebenarnya malas, apalagi hari ini upacara. Tapi Soobin tidak boleh larut dalam kesedihan. Ia harus bisa menjalani hari-harinya seperti biasa.
Setelah rapi dengan pakaiannya, Soobin turun. Di meja makan, Namjoon sudah menunggunya dengan sarapan yang sudah di pesan tadi. Namjoon tersenyum padanya. Soobin tidak membalas.
"Sarapan yang banyak, biar upacara nya kuat" Kata Namjoon. Soobin hanya menjawab dengan menggumam.
Namjoon menghela nafasnya. Soobin masih belum kembali seperti biasa. Biasanya ia akan berceloteh tentang betapa malasnya dia upacara, tentang pelajaran matematika di hari Senin yang berpadu dengan kimia. Tapi mengucapkan sepatah katapun, ia enggan.
"Bin" Panggil Namjoon.
Soobin tidak menjawab. Fokus pada sarapannya. Namjoon belum menyerah.
"Bin, kamu kenapa? Kamu sakit?"
Soobin masih tidak menjawab.
"Papa ada salah?"
Soobin masih diam.
Namjoon mulai kesal.
"Kalo papa ada salah kamu bilang, jangan tiba-tiba diem kaya gini, kekanak-kanakan"
Oke, ucapan Namjoon tadi menyentil hati Soobin. Anak itu bangkit dan menentang tasnya.
"Maaf" Akhirnya Soobin berucap, tapi ia langsung pergi berlalu, bahkan ia tidak berpamitan. Namjoon menghela nafasnya lagi, merasa bersalah. Ia hendak mengejar Soobin tapi suara motor Soobin sudah terdengar meninggalkan halaman rumah.
Namjoon mengusap wajahnya yang terasa kebas. Ini ada apa?
Sedangkan Soobin, pikirannya berkecamuk banyak hal. Rasanya ia sudah tidak mood untuk sekolah. Semoga nanti suasana hatinya membaik, Soobin mengendarai motornya dengan pelan, merasakan hembusan angin menerpa wajahnya, semoga hembusan angin itu membawa serta semua pikiran buruknya.
•π•
Bel sudah berbunyi, dan upacara akan dilaksanakan. Taehyun sudah berbaris di barisan kelasnya, begitupun dengan Kai dan Beomgyu. Tak lupa juga Yeonjun. Tapi ia terlihat celingak-celinguk mencari satu sosok makhluk jelmaan titan berkaki panjang seperti pohon pinang bernama Soobin. Dari tadi pagi Soobin tidak terlihat batang hidungnya, entah kemana. Yeonjun berfikir anak itu akan muncul saat upacara, tapi tidak ada juga. Apa Soobin sakit? Atau izin? Tapi tidak ada kabar. Padahal tadi pagi ia mengatakan bahwa sudah otw ke sekolah.
Apa Soobin bolos? Tidak mungkin, yang ada dia dihukum papanya langsung. Tapi kemana?
Ah, sudahlah. Nanti ia akan menelpon Soobin. Sekarang ia sudah cukup emosi jiwa mendengar pidato kepala sekolah yang panjangnya minta tolong.
Setelah hampir satu jam akhirnya upacara selesai, Yeonjun langsung berlari ke kantin, membeli air dingin untuk menyegarkan tenggorokan dan nongkrong dulu sebentar. Baru ingat untuk menelpon Soobin saat sampai ke kelas melihat bangku di sebelahnya masih kosong. Dengan menggerutu, Yeonjun mengeluarkan ponselnya dan berniat menelpon Soobin. Tapi guru matematika sudah lebih dulu masuk, dan Yeonjun terpaksa membatalkan niatnya.
Oke, penderitaan dimulai. Yeonjun diam-diam merutuki Soobin didalam hatinya.
"Soobin, curang banget lo kabur gak ngajak gue"
Sedangkan orang yang sedari tadi Yeonjun cari, kini tengah berdiri diatas roof top, menikmati semilir angin. Soobin benar-benar gak mood masuk kelas. Suasana hatinya tidak membaik juga. Soobin hanya ingin sendiri sekarang. Ia menatap kebawah, menyaksikan aktivitas murid dan guru yang berlalu lalang. Murid yang sedang dihukum karena telat di lapangan, yang sedang kelas olahraga, dan banyak lagi. Semua terlihat jelas dari lantai 3 ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TXT (Tamvan X Tajir) Ft. BTS (REVISI)
Fiksi PenggemarWARNING ⚠️ BUKAN LAPAK BXB Ini kisah klasik tentang 5 orang anak remaja yang tengah menikmati masa mudanya Ranking history in top 10 #5 (Hueningkai)🎖️ #7 (Hueningkai)🎖️ #3 (Hueningkai)🥉 #4 (Hueningkai)🎖️ #4 (TXT)🎖️ #9 (Soobin)🎖️ #6 (TXT)🎖️ #8...