Taehyun mengernyit, membentuk garis-garis halus di sekitar dahinya yang paripurna sempurna dewantara. Bagaimana tidak, sejak tadi Seokjin memperlakukannya sangat aneh. Mulai dari membukakan pintu mobil untuknya begitu mereka sampai di rumah, lalu membukakan pintu rumah dan mempersilahkan dia masuk dengan manis, dan sekarang lihatlah.
Ayahnya itu kini tengah tersenyum lebar padanya. Walaupun raut lelah masih nampak di wajah itu, tapi senyumnya tersebut seolah mampu menutupinya.
Jujur, Taehyun ngeri sekarang.
Makanya ia buru-buru melepas sepatunya dan meletakkannya di rak. Tapi lagi-lagi Seokjin bertingkah.
"Sini ayah aja yang taro sepatunya" Seokjin mengambil alih sepatu Taehyun saat ia hendak menunduk menuju rak sepatu di dekat pintu.
Taehyun hanya diam memperhatikan. Setelah urusannya selesai, Seokjin kembali menatap Taehyun. Dengan senyum yang sama. Ini tidak benar. Rasanya horor.
"Apa sih?" Tanya Taehyun akhirnya, ia sudah jengah. "Mau minta nikah lagi?"
Senyum Seokjin luntur, berganti cemberut. Oh ayolah. Umurnya sudah tidak cocok untuk bertingkah sok imut seperti itu. Membuat Taehyun mendengus.
"Kenapa?" Taehyun bertanya lagi. "Ayah aneh banget tau dari tadi"
"Kamu yang aneh" Kata Seokjin. "Ayah bertingkah manis kayak ini malah berprasangka buruk. Ayah kira tiga hari dirumah Soobin kamu bisa manis juga macam Soobin. Yah, tapi ayah sadar. Sifat seseorang gak semudah itu berubah"
Taehyun kembali mendengus. "Yaudah, tuker aja Taehyun sama kak Soobin. Taehyun gak keberatan jadi anak Pak Namjoon"
Seokjin menganga. Ia mengikuti Taehyun yang sudah berjalan dari belakang. Memeluknya. Astaga, rasanya sudah lama sekali sejak ia memeluk anak-anaknya. Rindu sekali rasanya. Nyaman. Seolah semua bebannya runtuh seketika.
Seokjin kembali merasa bersalah karena tiga hari ini ia seolah melarikan diri dan membiarkan Taehyun sendiri.
"Kamu wangi" Gumam Seokjin, Taehyun hanya pasrah saja berjalan dengan menaggung beban ayahnya yang menyenderkan badannya.
"Wangi bayi" Lanjut Seokjin. Taehyun mencubit lengan ayahnya yang melingkar di lehernya. Terlalu erat, rasanya mencekik. Tapi Seokjin hanya mengendurkan pelukannya saja.
"Minggir ah, Taehyun mau ganti baju" Omel Taehyun. Sepertinya Seokjin benar harus menikah lagi. Ia pasti rindu dimanjakan. Makanya sekarang manja pada anaknya.
"Tae" Seokjin melepas pelukannya, membalik tubuh Taehyun hingga berhadapan. Suaranya berubah serius.
Taehyun menatap mata Seokjin, tergambar sorot lelah, kecewa, sedih, dan entahlah. Tapi ia nampak kesakitan. Bukan raganya. Tapi jiwanya.
"Ayah minta maaf, udah terlalu egois. Ayah terlalu fokus berusaha cari Beomgyu sampe tanpa sadar ayah biarin Taehyun sendirian. Harusnya kita tetap bareng-bareng, berusaha bareng-bareng, saling menguatkan bareng-bareng. Bukannya ayah malah melarikan diri"
Suara Seokjin terdengar putus asa, namun ada ketulusan dan penyesalan mendalam tersirat disana. Menyentuh relung hati Taehyun.
Taehyun memang terlihat dingin dan apatis. Tapi percayalah, ia memiliki hati yang mudah untuk disentuh. Ya walaupun hanya oleh orang-orang yang berada dalam boundary-nya.
"Ih yaudah sih, Taehyun baik-baik aja. Taehyun paham karena aku juga pengen Beomgyu cepat balik, kumpul sama kita lagi" Taehyun menepuk bahu Seokjin.
Seokjin tersenyum, mengusap kepala Taehyun.
"Ayah bakalan berusaha lebih keras biar Beomgyu cepat balik"
KAMU SEDANG MEMBACA
TXT (Tamvan X Tajir) Ft. BTS (REVISI)
Fiksi PenggemarWARNING ⚠️ BUKAN LAPAK BXB Ini kisah klasik tentang 5 orang anak remaja yang tengah menikmati masa mudanya Ranking history in top 10 #5 (Hueningkai)🎖️ #7 (Hueningkai)🎖️ #3 (Hueningkai)🥉 #4 (Hueningkai)🎖️ #4 (TXT)🎖️ #9 (Soobin)🎖️ #6 (TXT)🎖️ #8...