005

122K 3.1K 15
                                    

Sekolah bawa anak? Emang gak papa? Gak di marahin?

Pagi harinya ketika Aira hendak pergi kesekolah, anak bayi yang baru bersama selama 2 hari bersama Aira itu, tidak mau lepas dari Aira.

Dari pagi seakan tau Aira akan pergi meninggalkannya untuk sekolah, bayi itu menjadi rewel, di tinggal mandi sebentar sudah merengek, di tinggal memakai baju sebentar merengek lagi, dan ketika sudah ingin berangkat sekolah anak itu menangis.

Padahal Aira sudah siap sedia air asi yang sudah di pompa dan di simpan di botol dot, Aira sudah mengisi 3 botol berisi air ASI-nya.

Tapi mau bagaimana lagi? Anak itu sangat rewel di tinggal sebentar oleh Aira, tapi jika sudah di dalam gendongan Aira bayi itu akan tenang dan bahkan tertidur tapi jika mau di tidurkan di kasur, bayi itu akan bangun dan menangis lagi.

Jadi max dan Aira sepakat membawa fairel kesekolah yang memang milik max.
Jadi Aira akan menidurkan dulu bayi itu sampai nyenyak lalu di tidurkan di ruangan pribadi milik max, yang berisi lengkap ada kasur ada kulkas ada juga sofa.

Berjalan di sepanjang koridor sambil bawa bayi yang tertidur di gendongannya membuat Aira jadi pusat perhatian seluruh siswa siswi, max sendiri masih di dalam mobil melakukan zoom meeting dadakan.

Tapi max, sudah memberitahukan kepada kepala sekolah dan guru-guru jika yang Aira gendong adalah anaknya, jadi tidak ada yang berani para guru menegur Aira.

Setelah sampai di dalam kelas, Aira di serbu oleh teriakan sahabat-sahabatnya, yang paling nyaring suaranya ialah siapa lagi kalau bukan Sifa.

Mereka para sahabat Aira langsung melangkah cepat lebih tepatnya berlari pada tempat Aira yang masih tepat di pintu.

"Sttt, jangan berisik anying." Ujar Aira meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya melihat fairel menggeliat tak nyaman.

Sifa mengangguk perlahan, pandangannya beralih ke bayi tampan yang tidur dengan tenang di gendongan Aira.

"Duduk dulu Ra," ujar nada.

Aira mengangguk berjalan kearah kursi dan mejanya sambil menepuk-nepuk pantat bayi tersebut.

Sahabat Aira pun juga ikut duduk di tempat meja dan kursi yang saling berdekatan dengan Aira.

"Gila Ra, jiwa ke ibuan Lo kentara banget, udah cocok itu jadi Mahmud." Ujar Sifa.

"Iya, cocok banget Ra, gue dukung deh Elo sama om gue." Ujar Anis dengan mata berbinar.

"CK, sebenernya gue juga bisa sih kaya Aira, tapi gue ngalah deh Ama sahabat sendiri, gue nyari om duda yang lain aja, gue udah pasrahin om max gue buat Lo." Ujar sifa dengan muka pasrah nya.

"Gayaan om max gue, emang om max mau sama Lo! Kagak kali!" Ujar Dila sewot.

"Lu ngapa sewot banget sama gue, salah gue apasih sama lu!" Ujar Sifa dengan mata melotot ke arah Dila.

"Shit! Muka lu kondisiin, jangan sampai gue jedotin ke tembok." Ujar Dila.

"Udah-udah tuh ponakan gue terusik sama suara kalian yang cempreng." Ujar Anis.

Aira yang sedari tadi hanya fokus pada pada fairel yang tertidur, tidak memperhatikan sahabatnya yang sedang ribut.

Sampai suara ketua kelas dari pintu membuat Aira mengangkat pandangannya menatap sang ketua kelas.

"Guru rapat! Jadi pelajaran pertama sampai terakhir di kosongkan, tolong jangan pulang dulu, karna nanti jam terakhir akan ada pengumuman penting." Ujar sang ketua kelas lantang.

Setelah memberi pengumuman tersebut, sang ketua kelas meninggalkan kelasnya.

"Ahh itu pasti disuruh om max, yakin gue mah." Ujar Sifa dengan yakin.

My Sweet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang