chapter 30.

46.2K 1.7K 102
                                        

Hay🥰 pakabar? Baik?

e👀

Bacanya pelan-pelan aja🥰🖤
•••

2 bulan sudah Aira dan max menjalani hidup sebagai suami istri.

Selama ini hidup mereka aman damai, pastinya ada konflik di setiap rumah tangga, tapi Aira dan max menanggapi nya dengan dewasa, tak ada pertengkaran yang ada hanya rengekan.

Tuan max yang semakin tua itu, juga semakin manja di umurnya saat ini, kemanjaannya tak pernah berkurang yang ada semakin meningkat.

Aira sebagai istri dan ibu untuk suami dan anaknya, juga harus pandai membagi waktu untuk keduanya, jika Aira tak pandai-pandai membagi waktu, yang ada mereka membuat kerusuhan, yang satu di manja dan yang satunya tak mau mengalah ingin dimanja juga.

Tapi seperti inilah yang Aira harapkan dari kehidupannya, mendapatkan suami yang mencintainya dan juga menjadikannya sebagai ratu di hidupnya.

Aira bahagia dengan kehadiran ke 2 lelaki yang ia cintai, walaupun para sahabatnya melanjutkan pendidikannya, Aira lebih memilih untuk mengurus rumah tangganya saja.

*

Di tengah malam Aira terbangun, merasakan tubuhnya di tindihi sesuatu yang berat, dan juga nafas panas yang berada di lehernya.

Aira mengerjabkan matanya, tersenyum mengetahui suaminya yang menindihnya.

Tapi terkejut saat mendengar isakan tangis dari seseorang di atasnya. Ia berusaha menggulingkan tubuh max ke sampingnya.

"Mas kenapa sayang, hm?" Tanya Aira setelah berhasil memindahkan max dari atas tubuhnya berbaring di sampingnya.

Max menggeleng, semakin merapatkan tubuhnya pada Aira, menenggelamkan wajahnya di leher Aira.

Aira terkejut merasakan suhu tubuh suaminya yang panas, dengan segera tangannya mendongakkan wajah max hingga terpampang lah wajah sembab max.

"Astaga! Mas sakit, mas!?" Panik Aira yang malah membuat Max semakin menangis, Aira yang terkejut kembali mendekap kepala max erat, pun dengan max yang kembali memeluk istrinya erat.

Aira mengelus lembut rambut max, tubuh max masih terbalut jas dan kemeja kantornya, belakangan ini pekerjaan max menumpuk di kantornya, maka dari itu max sering begadang dan pulang larut sekali, bahkan max pernah pulang pagi hari.

"Mas belum makan kan?" Tanya Aira, yang di balas gelengan oleh max. "Nanti kompres ya." Bukan pertanyaan yang Aira layangkan, melainkan perintah yang harus di lakukan, karna max susah sekali jika hendak di kompres, katanya ia tak bisa memeluk Aira jika di kompres.

Max tak menggeleng maupun mengangguk. Kemudian, "mau nen." Ujarnya lirih.

Aira mengangguk. "Tapi nanti kompres yah!" Ujar Aira yang diangguki terpaksa oleh max.

Aira menggeser sedikit tubuhnya guna membuka kancing bajunya, setelahnya ia kembali memeluk kepala max dengan max yang menyusu padanya.

Aira Menghela nafas, akan semakin repot jika max sakit, fairel, bayi itu juga semakin hari tak mau lepas darinya, jika fairel terbangun maka max harus mau tak mau mengalah dengan anaknya, fairel akan berteriak dan menangis jika Aira berdekatan dengan orang lain.

Anak itu seperti bayi posesif, entah bagaimana jika nanti fairel dewasa, mungkin dia akan di kelilingi oleh lelaki posesif.

"Jangan di gigit mas!" Tegur Aira pada max yang menggigit kecil putingnya.

*

Setelah max terlelap tidur, Aira melepaskan pelukannya, beranjak berdiri melangkah keluar kamar menuju dapur guna mengambil kompresan untuk max.

My Sweet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang