016

51.1K 2.1K 176
                                    

Hai🙌

•••

Malam pukul 23.00 Aira masih terjaga, dia mengerjakan tugas dan catatan sekolah yang sempat ketinggalan, mumpung fairel tertidur jadi Aira menggunakan waktu sebaik mungkin.

Sudah seminggu tuan max berada di Amerika sana, dan katanya perusahaannya sudah mulai membaik lagi, tapi belum ada ketentuan kapan dia pulang.

Entahlah Aira juga kasian melihat keadaan max yang berada disana, kesehatan tubuhnya semakin menurun, max tidak menjaga pola makannya selama disana, dan juga kurang istirahat.

Aira heran, yang Aira dengar max itu mempunyai imun tubuh yang kuat, bisa dilihat dari kekarnya tubuhnya, otot yang menghiasinya, dan badan tegap sehatnya, tapi kenapa belakangan ini sering sakit.

Entahlah, Aira bingung juga.

sedang fokus-fokus nya menulis, Aira dikagetkan dengan pelukan erat dari belakangnya, sehingga punggung Aira menempel di sandaran kursi.

Tak lama terdengar hisakan tangisan dari bahunya, Aira segera berdiri dan berbalik menatap ke arah orang yang telah memeluknya begitu erat.

Aira terkejut begitu melihat max yang berada di depannya sedang beruraian air mata, yang Aira lihat max sedang menggunakan baju kaos polos hitam dan celana sampai lututnya.

Penampilannya juga berantakan, rambut yang biasanya tertata rapi, kini tidak lagi, rambut itu sudah awut awutan, wajah yang sembab dan bulu bulu tajam di rahangnya, mata yang membengkak di hiasi lingkaran hitam di bawahnya, sungguh Aira tidak percaya jika itu max yang ia biasanya ia kenal.

Aira tersentak dari lamunannya ketika mendengar tangisan yang semakin kencang dan juga pelukan yang semakin mengerat.

Aira segera membalas pelukan erat yang juga ia rindukan itu. "Stt, sudah jangan menangis." Tenang Aira sambil mengelus punggung lebar milik tuan max.

Max tetap menangis di pelukan gadis yang sangat ia rindukan dan cintai itu, kepalanya ia  sembunyikan di lekukan lehernya, air matanya tidak mau berhenti apalagi setelah menghirup wangi yang sudah sangat ia rindukan.

"Badan mas panas banget!" Ujar Aira kaget setelah kepala max berada di Lekungan lehernya, apalagi nafas panas yang menerpa lehernya.

Max menggeleng tetap memeluk Aira erat. "Ayo duduk dulu!" Ujar Aira berusaha melepaskan pelukannya.

Aira menghela nafas, kemudian menuntun max berjalan kearah kasur masih dengan max yang memeluknya.

Setelah sampai di sisi kasur, Aira mendudukkan max disana, kini max memeluk perut Aira dengan kepala berada di belahan dada Aira yang hanya tertutupi kaos tipis tanpa bra.

"Mas tiduran yah, Aira ambil kompresan dulu." Ujar Aira mengelus lembut rambut max yang berantakan.

Max menggeleng masih tetap dengan posisinya, air matanya masih mengalir.

Aira menghela nafas. "Mas istirahat dulu ya, pasti belum makan juga kan?!"

Max hanya menggeleng, "terus mas mau apa? Masa mau gini terus?" Tanya Aira.

"Nen." Kini suara max yang serak dan juga lemas terdengar.

Aira mengangguk. "Tapi makan dulu ya? Aira buatin bubur." Dan ya! Jawaban yang Aira dapat hanya gelengan dari tuan max.

Max sendiri enggan melepaskan pelukan ternyaman nya, matanya terpejam menikmati harum dan elusan di kepalanya dari gadis yang sangat ia cintai.

"Yaudah, ayo tiduran, Aira peluk sambil nen." Ujar Aira membuat max langsung mengangkat pandangannya menatap Aira dengan tatapan sendunya.
"Tapi nanti minum obat ya!" Lanjut Aira.

Max mengangguk membuat Aira tersenyum. "Yaudah, ayo tiduran, Aira mau mindahin fairel dulu."

Max mengangguk lagi, tapi bukannya tiduran max malah menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang menunggu Aira.

Aira sendiri melangkah ke sisi kasur sebelahnya dan mengangkat fairel yang masih tertidur untuk ia pindahkan pada box bayi.

Tapi sebelum Aira melangkah, tarikan pelan di bajunya terasa, Aira membalikkan badannya menatap max yang kini menggeserkan tubuhnya mendekat kearahnya.

Max mencium kening dan juga pipi anaknya yang bertambah bulat menggemaskan itu, tak ingin terlalu berinteraksi terlalu dekat dengan anaknya, takut demamnya menular lagi.

Setelah menidurkan fairel di tempatnya dan memastikan fairel tidak terganggu, Aira melangkah kembali ke arah kasur di mana sudah ada tuan max yang menunggu.

Melihat Aira mendekat kearahnya, max segera menarik Aira dan merebahkan tubuhnya, max dengan tergesa mengangkat kaos Aira keatas sampai terpampang lah benda bulat besar dan puting pink yang sangat ia rindukan.

Dengan segera max melahap puting itu dan menghisapnya kuat hingga membuat Aira meringis.

"Pelan-pelan mas." Ujar Aira menepuk pelan punggung max.

Cukup lama dengan posisi seperti itu, max masih dengan menyusu pada Aira dengan mata terpejam menikmati, tangannya memeluk pinggang Aira, menekannya hingga menempel tidak ada jarak pada tubuhnya, pahanya menindihi Aira menjadikannya guling.

"Mas kok nggak bilang mau pulang? Kalo tau  gitukan bisa Aira siapin bubur dulu." Tanya Aira, yang pastinya tidak di jawab oleh tuan max.

"Badannya panas banget loh, aira kompres dulu ya?" Khawatir Aira yang hanya di balas gelengan oleh tuan max karna masih menikmati benda bulat yang berada di dalam mulutnya.

"Mas! Kompres dulu ya? Nanti tambah parah loh!" Max lagi lagi hanya menggeleng, membuat Aira pasrah, Aira mengangkat sedikit badannya sambil menahan kepala max agar masih menyusu padanya, tangannya menaikan selimut hingga batas lehernya, membuat kepala dan tubuh max tenggelam di bawah selimut.

"Yaudah tidur aja, pasti ngantuk banget." Aira mengelus punggung dan rambut max lembut, membuat max nyaman hingga matanya memberat dan tertidur, tapi mulutnya masih menghisap hisap puting Aira.

Mata Aira menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 00.00, biasanya jam segini Aira masih bertelponan dengan max.

Dengan badannya menempel tanpa jarak dengan max, membuat Aira merasakan panasnya tubuhnya max.

Matanya tetap terjaga hingga merasa max sudah terlelap tidur, Aira menurunkan selimut menatap max yang tertidur dengan nafas memburu panas, Aira secara perlahan melepaskan putingnya.

Setelah terlepas Aira beranjak berdiri, berjalan ke arah pintu dengan perlahan  berusaha agar tidak mengeluarkan suara, Aira akan ke dapur mengambil kompresan agar panas max menurun, tangannya sambil membenahi penampilannya yang berantakan karna ulah max itu.

Tapi sebelum memutar knop pintu, suara serak tuan max terdengar. "Aira."

Aira terdiam sejenak kemudian membalikkan badannya menatap max yang meraba kasur di sebelahnya.

Merasa tidak menemukan Aira di dekatnya max melengkungkan bibirnya ke bawah hendak menangis, masih dengan mata tertutup karna rasanya matanya sangat panas dan berat saat akan dibuka.

Aira yang melihat itu segera menghampiri max. "Aira disini mas, tidur lagi ya." Ujar Aira menaiki kasur dan duduk di samping kepala max sambil mengelus kening yang mengerut itu.

Max menaruh kepalanya di paha Aira, menenggelamkan kepalanya dan kembali tertidur.

Aira sendiri sudah pasrah tangannya tetap mengelus rambut max dan kembali menarik selimut membaluti tubuh max.

••••

Gimana? Suka nggak?

Makasih 60k nya❤️ sabi lah kali promosikan cerita author pada teman-teman terdekat kalian. Hehe:)

Mau vote 85 + komen 85, boleh?

Sampai ketemu di chapter selanjutnya ya🙌

26-01-22

My Sweet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang