chapter 32.

62.9K 1.8K 231
                                    

Hay🥰 maaf baru up, makasih buat kalian yang mau nunggu cerita ini🙏🥰 untuk kalian author harap nggak bosen Ama cerita uthor yang ini😘

And terimakasih sebanyak banyaknya untuk 400k nya😘🥰🥰😘 nggak nyangka banget bisa sampe sebanyak ini, tanpa kalian uthor nggak tau apa yang terjadi dengan cerita ini, untuk itu terima kasih banyak buat yang udah mau baca cerita ini🙏😭🥰😘🖤❤️

Dan ya! Sesuai keinginan kalian, uthor bakal buat cerita Dila Ama Nevan, tapi nanti setelah cerita uthor yang ini tamat~
Dan untuk cerita Dila Ama Nevan uthor angkat ceritanya pas mereka udah nikah.
Jadi bagian sekarang waktu mereka belum married.

Ok... Happy reading~~~

•••

Tak ada yang tau takdir kita seperti apa, begitupun dengan Aira, mendapatkan suami duda yang sudah memiliki anak satu, dan menikah di usia muda itu tak ada di pikiran Aira, tapi tak ada secuil pun rasa menyesal telah melewati itu semua.

Justru Aira bersyukur, bersyukur karna memiliki suami yang mencintainya, dan sangat menjaganya, mencukupi semua kebutuhan dan keinginannya, rasa bahagia selalu Aira rasakan.

Memang setiap rumah tangga terdapat konflik, konflik berat ataupun ringan, tapi Aira dan Max berhasil melewatinya dengan dewasa, mendengar kan penjelasan dari sisi satu dan satunya lagi, tak ada pertengkaran yang mengakibatkan mereka mengucapkan perceraian.

Cerai? Hell tentu saja Max tidak mau, malam saja tidak bisa tidur jika tidak ada Aira. Dan apa? Cerai?! Itu tentu tak ada dalam rumus tuan Max Lamuel Xander, sampai kapanpun max tak akan membiarkan Aira lepas dari pelukannya.

Seperti saat ini, Max yang tua tengah rebutan Aira dengan anaknya, yang tua tidak mau mengalah dan yang satunya juga. Percayalah, pada waktu saat ini yang membuat Aira ingin berteriak sekencang-kencangnya.

Bagaimana tidak, fairel yang berteriak di tambah dengan max yang grasak-grusuk diiringi dengan rengekan menyebalkannya.

"Diam!" Tegas Aira dengan menggebrak meja makan, sehingga Max dan fairel terdiam.

Aira menghela nafas dan kembali menyuapi fairel dengan bubur nya menghiraukan max.

Bayi itu seakan senang melihat penderitaan ayahnya tersenyum lebar di tengah kecapannya.

Aira menghela nafas setiap harinya lebih tepatnya setiap pagi pasti akan ada keributan seperti ini di meja makan.

Mereka berebutan ingin disuapi oleh Aira, padahal Aira bilang ia bisa menyuapi keduanya secara bergantian, tapi mereka kekeh ingin Aira fokus pada satu saja, itulah yang membuat terjadinya keributan.

Menyenangkan memang, karna itu yang membuat paginya cerah tak ada kesedihan, tapi jika setiap hari begitu membuat Aira kesal sendiri, apalagi Max yang tak mau mengalah pada anaknya sendiri.

"Kau tak adil Aira!" Kesal Max menyimpan sendoknya keras pada piring kaca hingga menimbulkan bunyi yang keras.

Aira hanya meliriknya, menyuapi fairel dengan telaten sesekali mengelap pipi gembul itu dengan tisu, setelah selesai menyuapi fairel, Aira memanggil salah satu maid untuk memandikan fairel.

Susah memang, apalagi bayi itu tak mau berjauhan dengan Aira, tapi dengan bujuk rayu Aira, akhirnya fairel mau dimandikan oleh maid itu.

Kini saatnya Aira mengurus bayi yang satunya, jika tidak diurus Aira yakin max tak mau sarapan dan Tak akan berangkat ke kantor.

"Mas sarapan dulu, yuk." Ujar Aira lembut.

Max sendiri membalas Aira dengan hanya meliriknya, dan kembali sok sibuk dengan laptop di depannya. Tadi saat Aira sibuk dengan fairel Max menyibukkan dirinya dengan laptop yang sudah ia siapkan di tas kerjanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang