Bagian Tiga Belas

26.3K 801 17
                                    

Happy Reading !!!

***

Karena Trika yang pergi bersama Elard, Rhea tak mesti kebingungan untuk mencari alasan agar tak pulang bersama sahabatnya. Rhea bisa pergi dengan leluasa meskipun ia harus tetap membawa mobil Trika lebih dulu ke rumah sahabatnya itu. Rhea tak masalah, toh, Xyan juga masih berada di kantornya. Pria itu baru saja menghubungi akan pulang telat sebab ada meeting mendadak. Dan Rhea tak sama sekali keberatan. Lagi pula Rhea butuh mempersiapkan diri bertemu dengan Xyan.

Setibanya di apartemen mewah Xyan dengan menggunakan taksi, Rhea masuk dengan mudah menggunakan akses yang diberikan Xyan beberapa waktu lalu.

Seperti biasa, keadaan apartemen selalu sepi karena Xyan bilang tempat ini hanya di ketahui oleh Rhea dan pria itu. Yang mana artinya ini memang persembunyian mereka berdua.

Sudah selayaknya berada di rumah sendiri, Rhea tak sama sekali merasa sungkan menggunakan dapur. Kebetulan Rhea belum makan sejak siang tadi.

Dengan bahan yang ada di dalam kulkas, Rhea menciptakan masakan yang diinginkannya sambil menunggu kedatangan Xyan. Namun walau sudah selesai makan, nyatanya sosok itu tidak juga datang, membuat Rhea mendengus bosan dan sudah berpikir untuk pulang melihat hari sudah semakin beranjak sore. Tapi Rhea tak melakukan itu, rasa rindu akan sosok Xyan yang membuatnya bertahan hingga malam datang dan Rhea ketiduran saking bosannya.

Rhea terbangun saat sebuah elusan lembut di sekitaran wajahnya ia rasakan, dan Rhea terkejut melihat sosok Xyan berada di depannya, duduk di sisi sofa dengan kepala sedikit menunduk.

“Maaf membuatmu menunggu lama,” ucapnya terlihat menyesal.

Rhea yang belum sepenuhnya mendapatkan kesadaran segera bangun dan mengubah posisinya jadi duduk. Menatap lekat Xyan yang masih mengenakan kemeja kerjanya dengan dua kancing teratas yang sudah terbuka dan lengan kemeja yang sudah di gulung hingga siku. Penampilannya sudah cukup acak-acakan. Namun justru dalam keadaan seperti itu lah Xyan terlihat lebih seksi. Membuat Rhea susah payah menelan ludah, dengan tatapan yang tak sedikit pun berpaling.

Daddy baru pulang?” akhirnya Rhea membuka juga suaranya meskipun sedikit gugup.

Hanya anggukan yang Xyan berikan, setelah itu bangkit dari duduknya. “Daddy mau mandi dulu. Kamu sudah makan malam belum?”

“Belum,”

“Kalau begitu gunakan ponselku dan pesan apa pun yang kamu mau. Sekaligus pesankan untukku juga,” ucapnya seraya menunjuk gawai miliknya yang tadi sempat di letakkan di atas meja.

Mata Rhea melirik ke arah yang Xyan tunjuk, tapi tak segera meraih benda itu. Rhea justru kembali mendongak, menatap Xyan yang dengan entengnya membuka kemeja di depan Rhea.

“Aku yang masak aja gimana?” tawarnya berusaha tak terpengaruh dengan tubuh atas Xyan yang kini sudah polos.

“Jika kamu memang tidak keberatan,” ucap Xyan seraya membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan mengurung Rhea di sofa. Lalu mencium gadis itu dengan dalam dan rakus, hingga membuat Rhea terengah dengan wajah memerah. Namun Xyan malah justru menarik sudut bibir melihat itu.

“Aku mandi dulu, baby,” satu kecupan ringan Xyan daratkan di bibir Rhea, setelah itu barulah Xyan benar-benar pergi, menaiki undakan tangga menuju kamarnya, meninggalkan Rhea yang masih berusaha mengatur napas.

***

“Aku merindukanmu,” bisik Xyan dengan tangan yang sudah melingkari perut Rhea dari belakang dan kecupan-kecupan ringan diberikannya di sepanjang leher belakang Rhea yang terkejut dengan ketiba-tibaan Xyan yang tidak sama sekali Rhea sadari kedatangannya, saking fokus dan semangatnya menyiapkan makan malam untuk mereka.

Dad, aku belum selesai masak,”

Namun Xyan tak menghiraukan itu, terus mencumbu leher dan telinga Rhea yang merupakan salah satu titik sensitifnya dengan posisi memeluk dari belakang. Xyan benar-benar merindukan gadis itu setelah empat hari lamanya mereka tak bertemu.

Kemarin, saat mendapati keberadaan Rhea di restoran tempatnya makan siang, ingin sekali Xyan menarik perempuan itu dan membawanya ke apartemen, namun Xyan tak bisa melakukan itu. Dan sekarang, setelah Rhea berada dalam pelukannya, Xyan pastikan bahwa ia tak akan melepaskannya. Rhea miliknya malam ini.

Dad, berhenti dulu!” tegur Rhea saat Xyan malah semakin melancarkan aksinya, membuat Rhea tak fokus pada tumisan di depannya yang belum matang.

No, sayang. Aku menginginkan kamu,”

“Tapi aku lagi masak Dad,” berusaha menahan desahan, Rhea tetap mempertahankan kewarasannya meskipun tubuhnya sudah tak lagi bisa di ajak bekerja sama. Cumbuan Xyan di leher hingga pundaknya benar-benar membuat Rhea tersiksa, belum lagi tangan Xyan yang sudah berhasil menyelusup ke balik bajunya, mengelus lembut kulit perutnya sebelum kemudian meraih payudaranya yang masih terbalut bra.

“Aku lebih ingin memakanmu dari pada masakanmu,” kata Xyan dengan begitu sensual, dan tanpa meminta persetujuan, Xyan langsung mematikan kompor, lalu mengangkat tubuh Rhea dan mendudukkan gadis itu di meja bar.

Rhea hanya pasrah saat dengan tak sabarnya Xyan menyambar bibirnya, menciumnya dengan dalam dan rakus. Membuat Rhea berkali-kali mengeluarkan desahannya, terbuai dengan permainan bibir dan lidah laki-laki dewasa itu.

“Ughh, Dad,” lenguh Rhea seraya melengkungkan tubuhnya saat dengan sengaja Xyan meremas dada kembarnya, lalu melepas blus serta bra yang Rhea kenakan dengan begitu mudahnya, menampilkan payudara Rhea yang sudah menegang. Tatapan Xyan menggelap, sementara wajah Rhea memerah padam, malu di tatap seintens itu oleh Xyan.

Meskipun ini bukan untuk pertama kalinya, tetap saja Rhea masih sering merasa malu saat Xyan menatap tubuh polosnya dengan mata tak berkedip.

Rhea hendak mengarahkan tangan untuk menutupi kedua payudaranya, tapi dengan cepat Xyan meraihnya dan membawa tangan mungil itu untuk melingkar di lehernya, sementara Xyan menundukkan kepala dan mengelum puncak payudara Rhea yang mengeras.

Perlahan Xyan menurunkan tangannya, dan mulai menyusuri punggung polos Rhea dengan gerakan sensual. Satu tangannya Xyan arahkan ke payudara Rhea dan memberi remasan-remasan lembut di sana, hingga desah yang Rhea loloskan membuat Xyan semakin terbakar gairah.

Remasan dan keluman yang semula lembut berubah kuat, dan Rhea merasa tubuhnya benar-benar tak karuan. Tangan yang semula bermain-main dengan rambut lebat Xyan sedikit menekan kepala laki-laki itu hingga sebagian besar payudaranya masuk ke dalam mulut Xyan, dan itu malah membuat Rhea semakin meluncurkan desahannya. Tubuhnya semakin tak terkendali, dan Rhea menginginkan sentuhan yang lebih dari ini.

Merasa tak lagi bisa menahan diri, Xyan kembali menggendong Rhea, membawa gadis itu naik ke kamarnya dan membaringkan Rhea di atas ranjang, lalu kembali mencumbu gadisnya dengan rakus.

Satu per satu sisa kain yang masih menempel di tubuh Rhea, Xyan lepaskan begitu pula dengan pakaiannya, membuat keduanya sama-sama telanjang, dan Xyan tak lagi menunda untuk memasuki Rhea.

Percobaan pertama gagal, begitu pula dengan percobaan keduanya. Membuat Xyan menggeram kesal, namun tersimpan bangga karena ternyata dirinya yang pertama untuk Rhea. Meski tak dapat di pungkiri ada sisi lain yang membuatnya menyesal karena telah menodai gadis baik seperti Rhea. Namun Xyan tak bisa menghentikannya sekarang. Gairahnya tak lagi bisa menunggu.

Sebelum melakukan percobaannya yang ketiga, Xyan kembali menyambar bibir Rhea, menciumnya dengan lembut demi mengalihkan Rhea dari rasa sakit yang akan dirinya beri, namun sayang, itu tak sepenuhnya berhasil karena Rhea tetap merasakan kesakitan itu. Bahkan Rhea menangis saat dengan paksa Xyan memasukan miliknya, merobek selaput dara Rhea yang cukup sulit di tembus.

Tak langsung bergerak, Xyan membiarkan Rhea tenang dan terbiasa dengan keberadaan miliknya, setelah itu barulah Xyan mulai menggerakkannya dengan ritme pelan, lalu berubah cepat saat nyaris mendapat puncaknya. Dan Xyan semakin menarik senyum bangga saat Rhea akhirnya mendesah penuh kenikmatan dengan raut wajah takjub, terlihat puas. Membuat Xyan tahu bahwa gadis itu suka dengan pelepasannya.

***

See you nex chap !!!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang