Bagian Tiga Puluh Enam

19.1K 688 12
                                    

Happy Reading !!!

***

“Om dimana?” tidak ada basa-basi, Rhea langsung melontarkan tanya itu kala Xyan menerima panggilannya.

Beberapa menit lalu Rhea baru saja tiba di rumah ibunya. Rhea memutuskan untuk pulang hari itu juga. Tidak lagi bisa menunda saat penjelasan mengenai alasan perjodohannya yang batal di dengar. Rhea ingin bertanya apa maksud dari tindakan Xyan. Rhea butuh kejelasan dari pria itu.

“Bisa ketemu?” tanya Rhea begitu mendapat jawaban keberadaan Xyan. Meski dari nadanya Rhea dapat menangkap kebingungan. “Jangan di rumah,” karena Rhea tidak ingin Trika mengetahui apa yang akan dirinya bahas dengan Xyan. “Oke, setengah jam lagi aku berangkat.”

Dan tanpa menunggu balasan dari Xyan, Rhea langsung memutuskan sambungan. Bergegas siap-siap untuk menemui Xyan malam ini. Tidak peduli dengan lelah, Rhea butuh menyelesaikan segala kelumit hatinya, juga masalah yang ditimbulkan ayahnya.

Ah, perlukah ia menamakan begitu? Tentu saja, karena nyatanya hal ini tidak akan ada jika Tama tidak datang tiba-tiba dengan mengabarkan kebangkrutannya.

Pada akhirnya Rhea juga yang disulitkan.

Menggunakan taksi, Rhea pergi menuju restoran yang Xyan sebutkan. Dan tidak butuh waktu lama untuknya tiba, membuat Rhea menarik dan membuang napasnya lebih dulu sebelum keluar dari kendaraan yang membawanya, lalu masuk ke dalam restoran terkenal yang seumur hidup belum pernah dirinya singgahi. Tapi berkat Xyan, sekarang Rhea berada di sini.

“Rhea?” baru saja hendak bertanya letak meja Xyan pada resepsionis, langkah Rhea terhenti oleh panggilan seseorang, membuatnya menoleh, dan netranya langsung dipertemukan dengan sosok tampan berpakaian rapi ala pengusaha-pengusaha sukses.

Wajah matangnya terlihat begitu memukau, membuat Rhea sejenak terpesona, bersamaan dengan rindu yang menyelusup malu-malu. Namun teringat akan tujuannya, Rhea mengenyahkan dulu perasaannya. Ada yang lebih penting dari rasa rindunya sekarang ini.

“Baru sampai?” dan hanya anggukan singkat yang Rhea berikan.

Sejujurnya Rhea gugup. Ia belum sepenuhnya mempersiapkan diri.

Sejak di rumah ayahnya ia memang sudah bertekad untuk memperjelas semuanya, tapi ketika berhadapan dengan sosoknya, nyali Rhea seketika menciut. Ia bingung, dan Rhea tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Bahkan sampai bermenit-menit mereka duduk di ruang privat yang sudah Xyan siapkan. Seolah tahu bahwa obrolan mereka akan berjalan dengan alot.

“Di makan Rhe,”

Karena memang makanan yang tak begitu sadar Rhea pesan sudah terhidang di meja mereka. Semua makan itu terlihat menggiurkan, tapi sekarang Rhea tidak begitu berselera. Pikirannya sedang penuh, hatinya tengah gundah, dan perasaannya begitu bergejolak. Rhea tidak bisa mengartikan, karena ada gugup yang menyelimuti, meski rindu tetap memberi atensi.

Berkali-kali Rhea melirik ke arah Xyan yang tenang menikmati makanannya. Beberapa kali Rhea ingin membuka suaranya, tapi urung dilakukan. Bibirnya berubah kelu. Keberaniannya yang sudah dikumpulkan sejak dalam perjalanan dari kota ayahnya hilang begitu saja. sekarang Rhea hanya bisa diam. Sambil berusaha mengumpulkan keberanian yang tidak juga dirinya dapatkan.

Mendesah pelan, Rhea akhirnya menyuapkan potongan daging yang di pesan. Memilih menikmati hidangan di depannya lebih dulu sebelum nanti mulai membicarakan tujuannya.

Xyan yang lebih dulu menyelesaikan makannya. Pria itu kemudian melarikan atensi pada sosok Rhea di depannya. Perempuan itu terlihat tak nyaman dalam duduknya. Membuat kening Xyan mengerut bingung, tapi tak berniat menanyakan keresahannya. Xyan memilih menunggu hingga sosok itu membuka suara. Namun setengah jam berlalu, dan hidangan penutup sudah selesai di sajikan, Rhea tidak juga kunjung membuka suara meski sesekali Xyan pergoki perempuan itu berniat bicara.

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang