Bagian Dua Puluh Empat

15.9K 608 26
                                    

Happy Reading !!!

***

Seperti yang sudah Rhea bayangkan, hubungannya dengan Trika pasti akan canggung saat apa yang selama ini disembunyikan terbongkar. Pengakuan Xyan tidak bisa Rhea salahkan sebab Rhea paham betul pria itu akan kebingungan saat harus mengatakan mengenai kejadian yang menimpanya. Tidak ada pilihan selain mengatakan mereka memiliki hubungan. Dan sekarang Rhea harus siap mendapati kemarahan sahabatnya. Bagaimanapun respons Trika harus Rhea terima. Termasuk ketika sahabatnya itu terus menghindari tatapannya sepanjang hari.

Di bandingkan dengan kejadian mengerikan kemarin Rhea lebih khawatir pada kekecewaan sahabatnya sekarang. Dan Rhea begitu ingin bicara dengan Trika untuk menjelaskan. Sayangnya, sahabatnya justru berbanding kebalik. Trika seolah memberi isyarat bahwa perempuan itu tidak ingin mendengar apa pun darinya untuk saat ini.

Rhea hanya bisa pasrah memberi waktu untuk Trika hingga sahabatnya itu siap mendengar penjelasannya. Dengan ini Rhea juga bisa sambil berpikir mengenai apa yang akan dirinya jelaskan pada Trika perihal hubungannya dengan Xyan.

Rhea pikir Trika akan butuh waktu lama untuk menyiapkan diri. Namun ternyata ia salah, karena sekembalinya Rhea dari rumah sakit, Trika justru tak sedikit pun ingkah dari kamarnya. Trika memutuskan untuk menginap, dan itu tentulah amat di setujui oleh Diana yang tidak bisa lebih lama meninggalkan restorannya.

Dan sekarang lah akhirnya masa eksekusi itu tiba. Trika sudah memposisikan diri duduk di ranjang, menghadap Rhea yang bersandar pada kepala tempat tidur.

Jika biasanya Trika akan menatapnya dengan jahil dan semacamnya, kali ini tidak sedikit pun ada keramahan seperti biasanya. Yang ada justru sorot tajam, yang siap menghujam. Dan sungguh, Rhea merasa tak nyaman. Duduknya gelisah dengan mata terus berusaha mencari objek lain untuk di lihat. Apa saja, asal bukan Trika. Namun sekeras apa pun Rhea menghindar obrolan ini tetap harus dirinya hadapi.

“Hubungan seperti apa yang selama ini lo jalani sama bokap gue, Rhe?” tak menjawab, Rhea cukup kebingungan menyampaikan detail mengenai hubungannya dengan Xyan. “Apa dia maksa lo?” sontak Rhea menggeleng. Tak membenarkan apa yang Trika tuduhkan sebab hubungan yang selama ini berjalan tak sedikit pun memiliki unsur pemaksaan.

Xyan memang menawarkan hubungan yang tak biasa, tapi Rhea menyerahkan dirinya sendiri. Dan apa yang sudah mereka lakukan bukan atas dasar sebuah paksaan. Rhea menyukainya, dan ia sadar sepenuhnya atas apa yang sudah dilakukan.

“Lalu?” merasa tak puas hanya karena sebuah gelengan, Trika terus mendesak. Sampai akhirnya sebuah kesimpulan Trika dapatkan. “Lo suka bokap gue?” tebaknya kemudian.

“Ka—”

“Tebakan gue benar ‘kan, Rhe? Lo suka bokap gue?” selanya cepat. Tak ingin mendengar alasan yang akan sahabatnya itu lontarkan. Dan melihat bagaimana Rhea menundukkan pandangannya, Trika tahu bahwa tebakannya tidak meleset. Namun yang membuat Trika tak habis pikir kenapa harus ayahnya yang sahabatnya sukai? Tidak adakah pria lain?

“Maaf, Ka,” cicit Rhea sedikit mengangkat kepalanya, menatap Trika dengan sorot bersalah. “Gue gak tahu kenapa bisa suka sama bokap lo. Gue gak tahu kenapa perasaan ini tertuju sama bokap lo. Sejak malam dimana Tristan mutusin gue, gue ketemu bokap lo, dan di sana gue sadar bahwa pria tampan bukan hanya Tristan di dunia ini.”

“Dan lo jadiin bokap gue pelarian?” Trika berdecak seraya memutar bola mata. Tapi lagi dan lagi Rhea menggelengkan kepala, tidak setuju dengan kesimpulan yang di ambil sahabatnya.

“Gue suka sama bokap lo tanpa alasan yang gue ketahui, Ka.”

“Apa gue harus tersanjung dengan pengakuan lo itu?” delik sinis Trika, membuat nyali Rhea menyusut dan kembali menundukkan pandangannya. “Lo memang sahabat gue, Rhe. Tapi bukan berarti gue akan setuju pada hubungan lo sama bokap gue. Selama ini gue memang mengharapkan memiliki ibu, tapi bukan berarti lo yang gue inginkan untuk mengisi posisi itu. Lo perempuan baik, Rhe. Tapi sorry, gue gak bisa merestui lo,” Kepala Trika menggeleng lemah.

“Bukan karena lo gak pantas jadi ibu gue atau pedamping di sisi bokap gue. Tapi perlu lo tahu bahwa ada seseorang yang bertahun-tahun ada di samping bokap gue. Dan gue mau dia yang menjadi pengganti Mommy gue. Hubungan mereka memang tak bernama selama ini, tapi gue tahu, Daddy begitu menyayanginya. Mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk saling menyerukan kata sepakat. Lo sahabat gue, Rhe, gue sayang sama lo. Itu kenapa gue minta lo akhiri hubungan lo sama bokap gue. Gue gak mau lo berakhir terluka.”

Sampai sini pun bahkan Rhea sudah terluka.

Orang lain yang menjadi gangguan masih bisa Rhea terima, dan itu tidak akan membuatnya terlalu merana. Tapi kenyataan bahwa Trika yang menolak hubungannya, Rhea bisa apa? Ia yakin Xyan pun tak akan memaksakan kehendak jika seandainya pria itu menginginkan Rhea. Selama ini tujuan Xyan adalah memberi kebahagiaan untuk anaknya, dan jika Trika tak bahagia ayahnya bersanding dengan Rhea maka Xyan tak akan melakukannya.

Pada akhirnya memang Rhea yang akan terluka. Hubungan yang selama ini sudah terjalin salah akan berimbas pada Rhea sepenuhnya. Namun sekali lagi, Rhea tak menyesal telah melalui beberapa waktu bersama Xyan.

Thanks udah peduli sama gue, Ka,” Rhea memaksakan senyum, menatap Trika yang ada di depannya. Tak lama, karena di detik setelahnya Rhea cepat-cepat menundukkan kepala demi menyembunyikan air mata yang saling dorong meminta di lepaskan. Sayangnya tangis itu tak bisa di sembunyikan ketika Trika malah justru menariknya ke dalam pelukan dengan bisikan yang seolah menenangkan. Tapi yang terjadi malah justru semakin membuat Rhea sesak.

“Lo perempuan baik, Rhe, lo cantik, lo masih muda, masa depan lo masih panjang. Lupain bokap gue, Rhe. Masih banyak laki-laki di luaran sana yang menginginkan lo, yang lebih pantas untuk lo. Jangan bokap gue, Rhe.”

“Tapi yang gue mau cuma bokap lo, Ka!” sayangnya itu cuma bisa Rhea ucapkan dalam hati seiring dengan tangisnya yang semakin membuat sesak.

Sejak awal Rhea tahu bahwa suka pada sosok Xyan tidak akan mudah. Selain karena usia mereka yang terbentang cukup jauh, status Xyan yang merupakan ayah dari sahabatnya pun menjadi alasan yang lebih kuat. Di tambah dengan kenyataan seseorang yang ada di samping Xyan.

Rhea memang tidak tahu mengenai perasaan Xyan terhadapnya, begitu pula perasaan laki-laki itu pada perempuan yang Trika maksud. Tapi dari kalimat Trika, Rhea tahu bahwa hubungan mereka pastilah sudah begitu dekat. Trika bukan sosok yang mudah akrab dengan orang asing, jadi bisa di pastikan bahwa sosok yang di maksud begitu membuat Trika terkesan. Dan bertahun-tahun, pastilah banyak cerita yang terlalui hingga membuat Trika percaya bahwa sosok itu yang pantas menjadi ibu sambungnya.

Rhea harus apa? Menanyakan arti dirinya di hidup Xyan? Rhea tak memiliki keberanian sebesar itu. Sejak awal mereka tak pernah membahas soal perasaan. Dan Rhea baru menyadari bahwa selama ini mereka tidak banyak berbagi hal-hal pribadi yang serius. Waktu pertemuan selalu di habiskan dengan pergulatan di atas ranjang. Jika bertelepon pun obrolan menggairahkan yang banyak mereka bahas.

Pada kenyataannya hubungan mereka memang hanya untuk sekadar senang-senang.

Diam-diam Rhea mengukir senyum miris. Dua kali ia jatuh cinta, tak satu pun yang membuatnya berakhir bahagia.

Cinta pertama yang toxic, dan cinta kedua yang tidak memiliki masa depan.

Cukup. Rhea tak bisa melanjutkan.

***

See you next Chap !!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang