Happy Reading !!!
***
Teng nong …
Rhea baru saja akan mengistirahatkan tubuhnya di sofa sambil menonton netflix setelah Xyan pergi menemui temannya untuk membicarakan pekerjaannya beberapa menit lalu.
Pemikiran Rhea tentang kegiatan panas mereka yang akan berlangsung lebih awal dari seharusnya ternyata tidak berlangsung karena ternyata Xyan hanya mengantar Rhea. Laki-laki itu masih harus pergi menemui temannya lebih dulu. Dan itu membuat diam-diam Rhea bersyukur karena setidaknya ia memiliki waktu untuk mempersiapkan diri sebelum benar-benar melakukan percintaan di luar ruangan bersama Xyan.
Teng nong …
“Ya, sebentar!” teriak Rhea kesal dengan ketidak sabaran orang di luar, yang Rhea pikirkan sebagai salah satu petugas restoran yang memang di minta Xyan untuk mengantarkan makanan, mengingat Rhea belum sarapan. Namun begitu pintu terbuka, justru sosok Tristan lah yang Rhea dapatkan di depan pintu.
“Beneran kamu ternyata. Tadinya aku kira cuma salah liat karena saking kangennya” katanya dengan seulas senyum.
“Lo ngapain di sini?” Rhea jelas tak suka dengan keberadaan sosok itu di depannya terlebih setelah apa yang laki-laki itu katakan di tempat kemah kemarin.
“Ngikutin kamu.”
Rhea mulai was-was saat Tristan mengambil langkah. “Ngapain?” namun berusaha terlihat tenang, karena tidak ingin hal itu di jadikan Tristan untuk melumpuhkannya. Sayangnya Tristan tidak juga berhenti, laki-laki itu terus melangkah hingga kini jarak mereka tak sampai satu langkah. Tangan Rhea yang berada di tuas pintu mencengkeram erat, benar-benar mulai ketakutan saat tatapan Tristan yang semula lembut berubah tajam dengan pandangan yang lurus ke arahnya.
“Mau memastikan kalau mantan pacar gue yang dulu lugu sekarang jadi simpanan om-om,” katanya dengan nada sarat akan merendahkan. Dan sialnya Rhea tak mampu membantah, karena seperti apa yang Tristan katakan, nyatanya Rhea memang seorang simpanan dari ayah sahabatnya sendiri. Beruntung Tristan tidak tahu siapa Xyan sebenarnya. Tapi tetap saja ini bukan hal yang baik.
“Sepertinya lo nyari yang kaya, ya, Rhe?” cemoohnya. “Jangan bilang kalau laki-laki yang di puncak kemarin juga om-om itu?” tebaknya tepat sasaran. “Atau lo punya banyak om-om?” tambahnya semakin menghina. “Tapi gue akui, lo pintar nyari mangsa. Selain kaya, laki-laki tadi juga terlihat tampan. Dan sepertinya belum terlalu tua. Kira-kira cowok tadi punya istri gak?”
“Apa pun itu bukan urusan lo!”
“Ya, ya, ya. Tapi gue penasaran, kenapa lo malah pilih jadi wanita simpanan setelah putus dari gue. Apa karena patah hati atau justru lo kekurangan uang? Kalau memang lo lagi kesulitan karena itu gue bisa bantu. Lo tahu sendiri kan kalau gue bukan dari kalangan biasa? Kenapa lo gak serahin diri ke gue aja? Udah jelas-jelas gue masih muda, masa depan gue cerah. Gue yakin lo akan bahagia sama gue, Rhea.”
Itu memang benar. Dulu, ketika pacaran dengan Tristan Rhea sempat berpikir seperti itu. Sayangnya Rhea tidak lagi berminat setelah sadar bahwa Tristan semudah itu mempermainkan perasaannya. Bukan hanya kejadian dimana kalimat putus yang berasal dari game yang dimainkan laki-laki itu, tapi juga kenyataan Tristan yang beberapa kali menyelingkuhinya menjadikan alasan lain Rhea tak ingin kembali. Seberapa pun baik dan perhatiannya Tristan kepada Rhea, tak bisa menutupi seberapa berengseknya laki-laki itu di belakangnya. Tristan mengkhianatinya. Dan selama ini Rhea bukannya tidak tahu, tapi berusaha untuk diam sebab laki-laki itu selalu kembali kepadanya. Sayangnya, Rhea tak ingin terus menerus menjadi bodoh hanya karena laki-laki yang dicintainya.
“Tinggalin dia, Rhe. Gue bisa bayar lo berapa aja.”
Sayangnya apa yang Tristan ucapkan malah justru semakin membuat Rhea terluka. Harga dirinya semakin di hancurkan oleh mantan kekasihnya itu. Dan sungguh Rhea benci dirinya yang pernah jatuh cinta pada Tristan.
“Gue gak sudi!”
“Jadi lo lebih milih om-om itu dari pada gue?”
“Kalau iya memangnya kenapa?’ tantang Rhea. Sialnya itu malah justru membuat Tristan murka. Dan tanpa aba-aba mendorong Rhea hingga masuk ke dalam.
“Kenapa Rhe? Apa memang semurahan itu diri lo sampai lebih memilih jadi simpanan dari pada jadi pacar gue? Ah, sepertinya lo belum tahu performa gue di atas ranjang,” ujarnya dengan seringai mengerikan yang membuat Rhea semakin merengut ketakutan. Perlahan Rhea mundur saat Tristan bergerak maju. Selama ini Rhea tahu tingkat keberengsekan mantan pacarnya, dan sekarang Rhea sedang ketakutan. Disini tak ada orang selain dirinya, Tristan bisa saja melakukan hal-hal yang tidak Rhea inginkan.
“Jangan macam-macam Tristan!” teriak Rhea saat Tristan tak juga menghentikan langkahnya. Membuat mereka semakin masuk ke dalam. Dan sekarang Rhea menyesali keputusannya membuka pintu tanpa melihat monitor lebih dulu. Sekarang ia dalam bahaya, dan tidak ada seorang pun yang akan menolongnya selain dirinya sendiri.
“Gue gak akan macam-macam, Rhe. Gue cuma mau nunjukin sama lo kalau gue lebih hebat dari om-om itu. Bagaimana? Di sini gak buruk sepertinya,” ucapnya seraya melirik sekeliling apartemen. “Tempat mana yang belum pernah lo pakai sama laki-laki itu?”
“Tristan, please!” melas Rhea begitu kakinya tak lagi bisa melangkah sebab ada tembok yang menghalanginya. Sedangkan Tristan semakin mendekat dengan seringai mengerikan yang membuat Rhea semakin gemetar ketakutan. Dalam hati nama Xyan terus Rhea lantunkan, berharap laki-laki itu datang menolongnya. Atau siapa pun. Rhea tak sudi berakhir di tangan Tristan yang kali ini benar-benar terlihat seperti pemangsa yang tak akan membiarkan buruannya lepas.
“Gunakan kalimat itu nanti, ketika kita sudah sama-sama telanjang. Atau lo udah gak sabar?” cepat Rhea menggeleng seraya terus meminta Tristan berhenti. Namun laki-laki itu malah justru semakin mengikis jarak dan tanpa aba-aba melumat bibir Rhea dengan begitu brutal. Dan air mata Rhea sontak luruh sambil berusaha menyingkirkan tubuh Tristan yang menghimpitnya.
Kekuatan yang tidak sebanding tak lantas membuat Rhea menyerah untuk berontak, sampai akhirnya Rhea berhasil mendorong Tristan menjauh. Tapi dengan mudah Tristan kembali mendapatkan Rhea yang belum sempat mengambil langkah untuk melarikan diri. Kali ini Tristan bahkan berhasil merobek blus yang Rhea kenakan, lalu menjatuhkan Rhea di lantai dan langsung menindihnya seraya meninggalkan tamparan kuat pada pipi Rhea yang terus berontak. Mulutnya terus memaki menggunakan kalimat-kalimat yang menyakiti hati Rhea, dan tangannya begitu kasar berusaha meloloskan pakaian yang Rhea kenakan.
Di setiap usahanya yang Rhea hambat dengan berontakan maka satu tamparan akan Tristan berikan. Membuat bukan hanya hatinya saja yang sakit tapi juga fisiknya. Tristan seolah tengah melampiaskan kemarahannya. Dan Rhea hanya berharap seseorang segera menolongnya. Ia benar-benar sudah tak lagi memiliki kekuatan untuk menyingkirkan Tristan dari atas tubuhnya. Rhea hanya bisa menangis sambil memohon agar Tristan berhenti. Tapi semua hanya sia-sia karena kini mantan kekasih bajingannya itu telah berhasil menelanjangi Rhea. Membuat Rhea semakin gemetar ketakutan.
Kepalanya terus menggeleng dan air mata tak hentinya mengalir dengan bibir terus menggumamkan permohonan agar Tristan tak melakukannya. Tapi Tristan seolah tuli, laki-laki itu malah justru menyeringai seraya mengarahkan miliknya ke arah inti Rhea. Dan di sana ketakutan Rhea semakin menjadi sampai akhirnya Rhea membenturkan kepalanya sendiri keras-keras pada lantai sebagai bentuk usaha terakhirnya memberontak. Rhea memilih mati dari pada harus menyerahkan diri kepada Tristan. Ia memilih mati dari pada harus mengetahui kenyataan dirinya di perkosa.
Tidak.
Rhea tidak bisa.
***
See you next chap !!!
![](https://img.wattpad.com/cover/294995219-288-k682365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy
RomancePada dasarnya cinta adalah milik semua insan, tak peduli tua atau muda. Yang jelas mereka berhak memiliki rasa suka. Sama halnya dengan Rhea. Namun fakta bahwa pria yang dicintainya merupakan ayah dari sahabatnya membuat perasaan Rhea tak mudah berl...