Bagian Dua Puluh Lima

16.3K 589 18
                                    

Happy Reading !!!

***

Hari berlalu, dan Rhea cukup berat menjalaninya. Trauma yang di dapat atas perlakukan Tristan cukup menyiksa hingga Rhea tak bisa lama memejamkan mata. Di tambah rindu pada sang tercinta yang tak lagi bisa Rhea temui. Lebih tepatnya Rhea yang memutuskan untuk tidak menemui. Karena seperti yang Trika bilang, ia tak ingin berakhir semakin terluka jika terus memaksakan hubungannya. Bukan hanya restu Trika yang tidak Rhea dapatkan, tapi kenyataan dimana Xyan memiliki seseorang yang lebih berharga membuat Rhea memilih menyudahi hubungan mereka, meskipun Xyan belum mendengar keputusannya ini.

Rhea belum memiliki keberanian untuk mengatakan langsung pada sang sugar daddy. Selain itu Rhea juga takut tak bisa menahan diri. Ia takut benar-benar tak bisa melepaskan Xyan. Rhea takut dirinya egois dan mengecewakan Trika yang selama ini telah tulus menjadi sahabatnya. Rhea tak ingin dianggap tidak tahu diri.

Dua minggu, Rhea berhasil menghindar dari Xyan yang terus menghubunginya. Dan itu tidak mudah. Tapi sekuat mungkin Rhea bertahan, mengabaikan Xyan yang kerap menghubungi. Sekadar menanyakan kabar, walau di beberapa pesan pria itu mengungkapkan kerinduan. Dan jujur saja Rhea selalu berkeinginan membalas, tapi dengan segara Rhea menekadkan hati agar tak berkomunikasi dengan sang hot daddy.

Hubungannya dengan Trika memang tidak hancur begitu saja. Trika masih bersikap sama seperti biasa meskipun belakangan perempuan itu tak pernah lagi meminta Rhea datang ke rumahnya. Trika yang lebih banyak menghampiri. Dan itu membuat Rhea sadar bahwa memang setidak ingin itu Trika membuatnya bertemu dengan ayahnya. Tak apa, mungkin dengan ini pula Rhea bisa dengan cepat melupakan Xyan. Walau ia sendiri tak yakin, mengingat perasaannya sudah terlanjur dalam.

“Rhe, gue pulang ya,” Trika yang baru saja kembali setelah menerima telepon segera meraih tas selempangnya dari atas meja.

“Tumben?” dan keheranan Rhea tersebut segera di sambut cengiran Trika.

“Ada tamu di rumah,” katanya dengan raut senang yang membuat Rhea penasaran. Mengingat selama dua tahun mengenal tidak pernah sekali pun Rhea melihat kebahagiaan tergambar setiap kali Trika mengucapkan kata rumah. Meski begitu, Rhea tak berniat bertanya siapa gerangan sosok yang membuat sahabatnya semangat pulang, Rhea memilih diam dan mengangguk sebagai persetujuan, lalu mengantar Trika hingga parkiran.

“Hati-hati, Ka,” pesan Rhea begitu Trika masuk ke dalam mobilnya. Dan acungan ibu jari diberikan untuk merespons, di susul lambaian tangan yang mengantar kepergiannya.

Rhea tak langsung masuk kembali ke restoran. Untuk beberapa saat, Rhea berdiri di parkiran, menatap mobil Trika yang mulai menghilang di tengah kendaraan-kendaraan lain yang melaju dengan tujuan masing-masing.

Drett ….

Mata Rhea mengerjap saat di rasa ponselnya bergetar. Membuatnya mengalihkan tatap pada gawai di tangan, lalu mengernyitkan kening saat mendapati nomor tanpa nama yang mengiriminya pesan. Awalnya Rhea tak ingin membuka, tapi satu pesan kembali menyusul dari nomor yang sama, membuat Rhea akhirnya memutuskan untuk membaca.

+628xxxxxxxxx

Rhea, apa kabar?

Apa kamu punya waktu? Papa pengen ketemu.

Menatap kosong pesan yang baru saja di baca, Rhea tidak tahu harus bereaksi bagaimana setelah satu tahun lamanya tak mendapat kabar apa pun tentang ayahnya.

Dan sekarang, di saat dirinya sudah terbiasa tanpa sosok yang membuatnya ada di dunia, pria itu justru menghubunginya. Mengajaknya bertemu, tanpa Rhea duga sebelumnya.

Menimbang untuk membalas atau tidak, Rhea akhirnya memutuskan untuk menelepon nomor itu, memastikan bahwa yang menghubunginya memang ayahnya. Rhea tidak ingin terjebak dan berakhir mencelakai dirinya sendiri. Belajar dari pengalaman belum lama ini, Rhea mesti waspada di mana pun dirinya berada.

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang