Happy Reading !!!
***
Masih dengan terhubung lewat panggilan telepon, Rhea melangkahkan kaki menuju Villa yang ditempati Xyan. Sampai akhirnya kaki Rhea berhenti di depan villa dengan nomor yang Xyan sebutkan.
“Aku udah di depan,” ucapnya seraya melirik ke sekeliling demi memastikan tidak ada siapa pun yang mengekorinya. Setelah itu, Rhea kembali mengayun langkah saat inderanya mendengar sebuah pintu yang terbuka dan sosok Xyan muncul dengan senyum terukir. Tak lupa tangannya meregang, siap menyambut Rhea dengan pelukan.
Tentu saja, Rhea tak menyia-nyiakan itu, berhambur ke dalam pelukan Xyan. Dan pria itu langsung menggendongnya, membawa Rhea masuk ke dalam villa. Tidak lupa Xyan menutup pintu dan menguncinya, lalu mencium Rhea begitu rakus. Seolah pria itu tengah kehausan setelah berpetualang di tengah gurun pasir yang kering.
“Aku merindukanmu, baby,” bisiknya, lalu kembali menyambung ciumannya. Namun kali ini lebih lembut. Membuat Rhea benar-benar merasa nyaman dan hatinya menghangat.
“Dad,” desahan Rhea lolos saat tangan nakal Xyan menyentuh dadanya dari balik sweater yang dikenakannya.
Tanpa merasa kesulitan, Xyan membawa Rhea menuju kamar tanpa melepaskan ciumannya, lalu membaringkan Rhea di atas tempat tidur. Membuat posisi Xyan kini berada di atas tubuh Rhea.
Gairah yang menggebu di dalam diri keduanya membuat mereka sama-sama tak sabar untuk saling menelanjangi, hingga kini kain yang semula menghalangi berhasil terlepas dari tubuh masing-masing. Baik Rhea mau pun Xyan tak lagi mengenakan apa pun, dan itu semakin membuat tatapan keduanya berkabut.
Xyan sudah mulai menjelajahi setiap inci tubuh Rhea, memberi kecupan-kecupan di sepanjang dada hingga perut. Tangannya yang tak tinggal diam memberi elusan-elusan lembut di paha bagian dalam Rhea, sampai akhirnya dua jarinya Xyan masukan ke inti Rhea. Memainkannya dengan ahli hingga membuat Rhea di buat mendesah dan bergerak tak tentu arah. Sesekali tubuhnya melengkung sementara tangannya tak henti meremas rambut lebat Xyan.
Rhea benar-benar dibuat kelimpungan, kepalanya yang mulai pening membuat Rhea tak sabar untuk segera di puaskan. Namun Xyan sepertinya masih ingin bermain-main, menggoda titik sensitif Rhea menggunakan jari dan mulutnya. Sedangkan dada Rhea dimainkan dengan satu tangannya, di bantu oleh Rhea yang sudah benar-benar merasa tak tahan.
Bersama Xyan, Rhea memang berubah menjadi wanita murahan yang haus akan belaian. Namun memang dasarnya sejak awal Rhea bukan perempuan baik yang menghindari sebuah sentuhan. Rhea bukan perempuan kolot yang tabu akan hal-hal seperti ini. Meski terkesan polos, bukan berarti Rhea tak pernah memikirkan hal-hal berbau seks. Tapi memang baru bersama Xyan Rhea seliar ini. Xyan laki-laki pertama yang mengenalkan Rhea pada seks. Dan hanya Xyan yang berhasil menyentuh Rhea sedalam dan sedetail ini. Dulu, ketika berpacaran dengan Tristan, jangan pikir Rhea tidak pernah melakukan apa pun. Pacaran jaman sekarang tidak ada yang sesuci itu, terlebih di kota besar seperti ini. Ciuman di anggap wajar, meskipun sebagian orang masih menganggapnya kelewatan.
Dulu Rhea masih cukup lugu, hingga takut dan ngeri kerap di rasa saat mendengar cerita teman-temannya. Namun seiring berjalannya waktu rasa penasaran itu timbul. Rhea masih ingat salah satu teman fakultasnya pernah berkata, ‘jangan pernah berpikir untuk mencoba demi memberi makan rasa penasaran. Karena sekali mencoba, maka akan ada kedua, ketiga dan ke seterusnya’. Awalnya Rhea tak percaya. Tapi setelah benar-benar melakukannya, Rhea mengakui itu. Terlebih dilakukan dengan seseorang yang menarik perhatian kita.
Seks bukan hal yang pantas untuk ajang coba-coba, sebab akibatnya akan kita sendiri yang rasa. Apa yang sudah dilakukan tak akan bisa dikembalikan. Tidak akan bisa di perbaiki. Jadi dari pada menyesali diri, lebih baik jangan berani melakukannya. Jangan samakan kasusnya dengan Rhea karena jelas Rhea tak sedikit pun memiliki penyesalan atas apa yang sudah dilakukannya bersama Xyan. Rhea menyukainya. Setiap sentuhan yang Xyan berikan membuat Rhea seakan terbang menembus awan. Entah ini karena Rhea yang mendamba atau Xyan yang pandai menyenangkan wanita. Yang jelas Rhea benar-benar beruntung bisa bersama Xyan.
Ciuman Xyan memabukkan walau kadang pria itu melakukan dengan kasar. Cumbuannya membuat melayang, dan penyatuan mereka selalu dilakukan dengan perlahan. Xyan menghargai perempuan, meskipun hubungan yang mereka jalani hanya sekadar untuk mencari kesenangan. Namun hal itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Xyan tak pernah memaksa. Rhea yang sejak awal tertarik. Dirinya yang menyodorkan diri. Menghampiri Xyan untuk menyetujui ajakan pria itu menjadi sugar baby. Itu mengapa Rhea tak pernah menuntut lebih.
Rhea terengah setelah mendapatkan pelepasannya yang pertama hanya dengan tangan dan mulut Xyan. Sementara pria itu terlihat masih semangat mencumbu, memilin puncak dada Rhea, memancing kembali gairahnya. Sampai tak berapa lama, desah itu kembali lolos. Rhea yang belum sepenuhnya dapat mengatur napas harus kembali tersiksa dengan sentuhan-sentuhan Xyan yang begitu menggairahkan. Belum lagi tubuh polos Xyan yang terlihat begitu indah dengan lelehan keringat menghinggapi pelipis, leher dan juga dadanya. Terlihat begitu seksi dan panas. Membuat Rhea menelan saliva susah payah.
Tangannya yang semula berada di sisi tubuhnya, merangkak naik, menyentuh perut Xyan yang berbentuk. Merayap ke dada lalu punggung. Membuat remasan Xyan di dada Rhea semakin kuat, menghadirkan desah nikmat sekaligus ringisan sakit perempuan itu. Tapi keduanya tak menghentikan kegiatan tersebut.
Dengan Xyan yang mengangkangi Rhea, keduanya saling mengunci tatapan, sebelum kemudian Rhea terpejam dan refleks menggigit bibir bawahnya. Merasakan Xyan membawa masuk miliknya ke inti Rhea dengan dorongan pelan. Untuk beberapa saat belum ada pergerakan karena Xyan seperti tengah membiarkan Rhea nyaman lebih dulu, meskipun ini bukan untuk pertama kalinya. Tapi inilah yang membuat Rhea suka dan semakin mencintai pria itu. Xyan tak memaksakan kehendak walau gairahnya tak lagi bisa menunggu.
“Siap baby?”
Rhea mengangguk, bersamaan dengan Xyan yang mulai bergerak. Memaju mundurkan miliknya di dalam Rhea yang sempit. Awalnya lembut dan hati-hati, tapi kemudian berubah cepat. Membuat desahan itu tak lagi bisa di tahan. Berkali-kali Rhea memanggil nama Xyan seiring dengan hujaman di dalam miliknya, tak jauh berbeda dengan Xyan yang memompa sambil menyebutkan nama Rhea. Seks yang mereka lakukan seperti bukan hanya sekadar saling memuaskan dan memberi kesenangan. Tapi juga menyalurkan rasa yang sama-sama mereka miliki. Rhea memang sudah jelas memiliki cinta untuk Xyan. Namun entah bagi pria itu. Rhea tak ingin menanyakannya, tidak pula ingin membahasnya. Rhea tak ingin mereka menjauh hanya karena sebuah perasaan. Jadi Rhea membiarkan saja semuanya berjalan seperti ini.
Mengubah posisi dengan Rhea yang berada di atas, Xyan meletakkan kedua tangannya di pinggul Rhea, membantu perempuan itu memaju mundurkan tubuhnya. Lalu setelahnya Xyan bangkit dari baringnya tanpa membiarkan Rhea berhenti bergerak. Xyan membawa Rhea ke sofa yang ada di kamar. Membaringkan tubuh perempuan itu di sana dan Xyan kembali mengambil alih permainan. Sampai tak lama kemudian pelepasan keduanya dapatkan.
Sayangnya itu bukan akhir dari permainan, karena setelah pelepasan itu percintaan kembali berlanjut di kamar mandi dan tempat-tempat lain di dalam kamar villa yang Xyan sewa, sampai akhirnya Rhea terjatuh tidur karena kelelahan, pun dengan Xyan yang enggan melepaskan perempuan itu. Rhea berakhir menghabiskan malam pertama liburannya di villa bersama Xyan.
Sementara di tempat lain, Trika terus mengomel karena Rhea yang tak juga kembali dan begitu sulit di hubungi.
***
See you next chap !!
Tinggalkan jejak jangan lupa ya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy
RomancePada dasarnya cinta adalah milik semua insan, tak peduli tua atau muda. Yang jelas mereka berhak memiliki rasa suka. Sama halnya dengan Rhea. Namun fakta bahwa pria yang dicintainya merupakan ayah dari sahabatnya membuat perasaan Rhea tak mudah berl...