Bagian Dua Puluh

18.9K 626 12
                                    

Happy Reading !!!

***

Pulang dari puncak, Rhea menginap di rumah Trika karena rute yang diambil oleh bis yang menjadi kendaraan yang mereka gunakan memang lebih dekat ke rumah Trika, belum lagi hari yang sudah malam membuat Rhea akhirnya setuju dengan ajakan sahabatnya itu. Ia juga sudah lelah, dan tidak tega jika harus meminta adik atau ibunya menjemput. orang-orang rumah pasti sudah tertidur. Dan pilihan yang tepat memang lebih baik ke tempat Trika. Toh ini bukan untuk pertama kalinya. Rumah Trika sudah seperti rumah kedua untuk Rhea. Jadi tak masalah.

“Gue mandi duluan, ya? Lo kalau udah gak sabar pake kamar mandi kamar sebelah aja,”

Di lantai dua rumah Trika memang ada beberapa kamar. Dulu itu di gunakan oleh kakek dan nenek Trika, namun sekarang diperuntukkan untuk tamu. Tapi berhubung jarang ada tamu yang datang membuat kamar itu akhirnya kosong. Sementara Rhea selalu tidur di kamar Trika setiap kali menginap. Ya, karena mereka selalu menghabiskan waktu dengan menonton atau sekedar bercerita.

“Bentar lagi deh, gue pengen rebahan dulu,” ucap Rhea seraya menjatuhkan diri di sofa Trika dengan barang bawaan yang diletakkan begitu saja di lantai bergabung dengan milik Trika.

“Sepanjang jalan lo tidur, masih aja sekarang pengen rebahan,” cibir Trika, lalu melempar gaun tidur juga handuk ke wajah Rhea.

“Di bis mana nyaman,”

“Heleh, tetap aja lo pulas!”

Rhea hanya tertawa menanggapi itu, tak mampu mengelak karena dasarnya apa yang Trika katakan memang benar. Rhea cukup nyenyak tidur sepanjang perjalanan. Gimana lagi, namanya juga lelah. Apalagi Rhea bukan hanya mengikuti kegiatan yang panitia kemah adakan. Bercinta dengan Xyan menjadi aktivitas yang menambah liburannya. Siang tadi puncaknya. Di saat yang lain sibuk berkeliling demi mencari oleh-oleh untuk orang rumah, Rhea malah justru menyelusup pergi ke villa Xyan dengan alasan Rhea memilih memetik strawberry untuk oleh-olehnya. Sedangkan Trika entah pergi ke mana bersama Elard. Awalnya Rhea jelas di ajak, tapi dengan dalih tak ingin menjadi nyamuk di antara pasangan yang kasmaran akhirnya Rhea dan Trika bisa berpisah dengan tujuan masing-masing.

Kurang dari setengah jam, Trika keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Sedangkan Rhea sudah duduk di lantai dengan strawberry di tangan. Itu bukan hasil petiknya sendiri seperti apa yang di katakan. Melainkan hasil petik orang lain yang Xyan perintahkan. Membuat kebohongan Rhea tidak di cium siapa pun.

“Mau gak, Ka?” tawarnya pada sang sahabat yang tengah mengeringkan rambut.

“Mau lah!” sahutnya cepat. “Tapi bentar dulu deh, bisa masuk angin gue kalau ngebiarin rambut basah di tengah malam kayak gini,” tambahnya kembali melanjutkan aktivitas di depan meja rias.

Tidak ada respons yang Rhea berikan. Perempuan itu terlalu menikmati dengan buah merah kesukaannya sampai mengabaikan lengket di tubuhnya. Namun itu segera berakhir setelah Trika memberi teguran. Membuat Rhea akhirnya bangkit dan meninggalkan strawberry-nya.

“Jangan lo abisin!” ujarnya memberi peringatan terlebih dulu. Setelah itu barulah masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuh lengketnya sebelum kembali bergabung dengan Trika. Menonton film yang sebenarnya sudah pernah mereka tonton. Tapi karena Trika menginginkan tontonan itu kembali, mau tak mau Rhea setuju saja.

“Susu apa cokelat panas, Rhe?”

“Cokelat panas,”

“Oke,”

Setelah itu Trika melenggang pergi, keluar dari kamarnya. Hanya butuh beberapa menit hingga Trika kembali dengan dua gelas cokelat panas dan puding yang sepertinya perempuan itu dapatkan dari kulkasnya. Tidak lupa beberapa camilan ikut Trika bawa juga.

“Lo benar-benar nyuruh gue gemuk!” delik Rhea tak suka. Dan Trika hanya menanggapi dengan tawa.

“Si Fino ngajak ke pantai untuk liburan selanjutnya,” kata Trika di tengah tontonannya.

“Ck, baru juga pulang udah bahas liburan selanjutnya aja,” Rhea memutar bola mata, tak habis pikir pada temannya yang menjabat sebagai ketua panitia acara liburan kemarin. Fino terkenal dengan sebutan si petualang. Hari-hari luangnya selalu diisi dengan kunjungan ke tempat-tempat wisata, entah itu pegunungan, pantai atau wisata lainnya. Fino selalu semangat jika membahas masalah liburan-liburan seperti ini. Dan sialnya banyak yang mendukung usul pria itu untuk liburan selanjutnya. Padahal sebentar lagi mereka harus kembali kuliah. Tugas demi tugas yang akan lebih dulu menghampiri mereka di bandingkan liburan.

“Biar rencananya tersusun dengan matang, Rhe,” sanggah Trika.

“Pada akhirnya nanti malah pada gak bisa pergi. Lebih baik kayak kemarin. Meskipun rencananya dadakan tapi banyak yang ikut.”

“Tapi acara kita jadi gak tersusun matang, Rhe. Kita lebih banyak kumpul-kumpul gak jelasnya,”

Itu memang benar. Tapi tetap saja liburan kemarin tidak begitu buruk. “Yang penting tetap senang-senang ‘kan?”

“Iya juga sih.”

Setelahnya mereka memilih fokus pada tontonan di depan, hingga perlahan kantuk mulai menghampiri dan Rhea menjadi orang pertama yang naik ke tempat tidur, di susul Trika setelah mematikan televisi juga lampu utama hingga hanya lampu tidur yang memberi cahaya.

Saking lelapnya tertidur, Rhea dan Trika tidak sama sekali menyadari kedatangan Xyan ke kamar. Seperti biasa, laki-laki itu akan membenarkan selimut putrinya, lalu memberi kecupan sayang di kening Trika.

Jika biasanya hal tersebut berhenti di sana. Kali ini tidak, sebab ada satu sosok lagi yang Xyan hampiri. Rhea. Tak hanya sebuah kecupan di kening, Xyan juga memberikan ciuman lembutnya di bibir sang wanita. Meskipun tidak ada balasan dari Rhea, Xyan tetap menikmatinya. Dan kegiatannya itu tidak cukup berhenti di sana sebab tangan nakalnya sudah mampir di dada Rhea yang tak terlindung bra. Memberikan remasan-remasan pelan, sebelum kemudian mengelumnya lembut dari balik gaun tipis yang dikenakan perempuan itu.

Sejujurnya Xyan ingin membangunkan Rhea dan membawanya ke kamar. Tapi itu tidak bisa Xyan lakukan karena selain Rhea yang terlihat begitu lelah, Xyan juga butuh istirahat sebelum kepergiaannya ke Jerman besok pagi. Membuatnya akhirnya cukup hanya bermain-main kecil dalam keadaan Rhea yang tak sadar. Namun itu tak berlangsung lama sebab Xyan pun tidak ingin membangunkan miliknya yang mudah menegang. Jadi, sebelum berakhir dengan sulitnya Xyan menidurkan kembali adik kecilnya, Xyan memilih untuk berhenti. Hanya memandang wajah lelap Rhea dalam diam sambil terus berpikir mengenai bagaimana sebenarnya perasaannya terhadap perempuan muda itu.

Xyan akui, Rhea adalah gadis yang cantik. Namun bukan itu daya tariknya. Saat pertama kali menatap wajah cantik itu, Xyan merasa hatinya bergetar. Dan sesungguhnya kejadian di depan pintu beberapa waktu lalu, bukan untuk pertama kalinya. Xyan sudah sering melihat wajah Rhea, tapi dalam keadaan perempuan itu tertidur, karena Xyan memang selalu pulang larut malam, bahkan jarang pulang. Namun biasanya Xyan tak begitu memperhatikan Rhea. Baru saat berpapasan di depan pintu malam itu Xyan benar-benar memperhatikannya. Dan efeknya malah membuat Xyan terus terbayang wajah cantik sahabat putrinya.

Melewati banyak pemikiran panjang sebelum akhirnya Xyan memutuskan menawarkan hubungan sugar baby pada Rhea. Dan sekarang Xyan seakan tak ingin melepas gadis itu. Bukan hanya soal nafsu, tapi juga perasaan lain yang belum bisa Xyan beri nama.

Setiap hari Xyan menginginkan perempuan itu sampai Xyan nekad menyusul Rhea ke puncak, padahal tiga hari sebelumnya mereka sudah menghabiskan waktu bersama. Sayangnya rasa puas itu tidak pernah ada jika berhubungan dengan Rhea, membuat Xyan menginginkannya lagi dan lagi.

Xyan sadar usianya tidak lagi mendukungnya untuk main-main. Xyan juga sudah merasa lelah dengan hal itu. Tapi selama ini Xyan memang belum juga mendapatkan sosok yang cocok di hati. Banyak perempuan yang sudah Xyan kencani, namun tidak ada satu pun yang membuatnya terkesan. Sepanjang hidupnya, hanya satu perempuan yang berhasil mencuri hatinya, dan itu mendiang istrinya. Demi mendapatkan Aquila, Xyan sampai melakukan hal yang amat berengsek. Dan karena ulahnya itu Xyan akhirnya kehilangan Aquila untuk selamanya.

Kini, di saat jantungnya berdebar karena wanita, kenapa malah Rhea orangnya? Bukan berarti Xyan tak suka, tapi masalahnya kenapa harus sahabat anaknya?

***

See you next part!!!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang