Part 2⚠️

4.3K 223 7
                                    

Chitta duduk di samping kemudi sedangkan Tyana yang menyetir, Chitta diam karena bingung mau ngobrolin apa ia juga canggung semobil sama Tyana.

"Chit nanti mau beli apa?" tanya Tyana membuka percakapan.

"Gak tau Mbak palingan Dika yang belanja" Chitta tersenyum kikuk.

"Ehh bentar deh kayaknya ngajak Dita seru juga ya" Tyana mengambil ponselnya memencet tombol hijau untuk memulai panggilan dengan Dita sahabatnya.

"Lo dimana ini gue, anak-anak, Chitta sama Windi mau ke mall lo mau gabung gak?"

"Boleh tuh kebetulan gue mau ketemu Dika juga ya udah gue nunggu di mall aja"

Tut

"Chit gakpapa kan kalau disana ada Dita?" tanya Tyana.

"Gakpapa Mbak" jawab Chitta.

Mereka sampai di mall di depan mall sudah ada Dita yang menunggu serta ada Windi dan anak-anak disana ada Handika yang berpelukan dengan Ibunya.

"Semalam tidurnya gimana Mami kepikiran terus tau kan Dika gak bisa tidur kalau gak nen sama Mami" Dita mengecupi wajah Handika melepas rindu karena seharian tak bertemu.

"Dika nen sama Tata" jawab anak itu, kedua pipi Chitta memerah padam akibat malu bukan masalah menyusui Handika tetapi disana ada Dita, Tyana dan Windi yang menatapnya aneh seolah penuh selidik sungguh mulut Handika tidak bisa di kontrol dulu sebelum berucap.

"Maaf Bu saya lancang tapi kemarin Dika nangis minta susu, kalau Ibu gak suka saya berhenti kok nyusuin Dika nya" Chitta tertunduk takut akan ia merutuki kebodohannya sendiri ia sangat malu sekarang ingin rasanya Chitta lari untuk pulang.

"Gakpapa Chit saya gak keberatan kok kalau bisa sering-sering ya nyusuin Dika" Dita terkekeh sambil mengelus punggung Chitta, Chitta sangat lega karena tidak dimarahi Dita.

"Chit bentar deh leher lo kenapa kok merah-merah gini apa di rumah Om Gibran banyak nyamuk?" tanya Windi menyentuh leher Chitta yang penuh ruam merah, Tyana pun sadar sedari tadi ia ingin bertanya tetapi Windi lebih dulu bertanya.

"Dika juga gak tau tadi pagi Tata abis dipeluk Daddy ehh tiba-tiba merah-merah gitu mungkin pelukan Daddy bikin Tata alergi" dengan polosnya Handika berujar, Handika mulutmu Nak gak di filter dulu. Hari ini sial banget secara langsung aib nya Chitta di bongkar sama anak se-menggemaskan Handika rasanya Chitta ingin nangis saja karena malu.

"Bubu ayo Marka mau beli topeng Spiderman" Marka menarik-narik ujung baju yang Tyana kenakan, tak ingin mempermalukan Chitta lebih lama Tyana pun menuruti keinginan puteranya yang sedari tadi jingkrak-jingkrak antusias.

Tujuan mereka di salah satu pusat mainan anak-anak membiarkan Marka, Handika dan Dhea masuk sedangkan Ibu-ibu melipir ke toko baju-baju di sampingnya karena paksaan Tyana akhirnya Chitta ikutan para Ibu-ibu untuk mencari-cari baju.

"Win ini cocok gak buat gue?" tanya Tyana mengambil dress berwarna merah dengan renda-renda di bagian bawahnya.

"Bagus tapi itu terlalu lebay" ucap Windi.

"Bajunya lucu banget tapi mahal ehh Pak Jo bilang katanya dia transfer liat dulu ahh nominalnya" Chitta membuka ponselnya membuka pesan wanita itu memelototkan matanya dengan uang yang dikirim Jonathan bagaimana tidak tertulis bahwa Jonathan mengirim uang 50.000.000,00 bahkan lebih besar dari gajinya gila emang Bos-nya itu tanpa basa-basi Chitta mengambil dress lengan panjang lalu dibawanya ke bagian kasir.

"Mbak aku ke anak-anak ya" setelah transaksi Chitta lalu pergi untuk mengecek Handika, anak kecil itu membawa keranjang belanjaan yang sudah terisi beberapa mainan Chitta tersenyum melihat anak itu kembali aktif berlarian mengambil mainan.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang