Setelah wleo-wleo di pagi hari hingga keluar beberapa kali membuat Jonathan dan Chitta lelah serta letih keduanya kini sama-sama terlelap dan memilih untuk tidur lagi.
Sampai jam menunjukkan pukul sebelas siang yang artinya Sandy dan Handika pulang sekolah, Jonathan yang memang menyeting alarm di jam digital nya ia terbangun saat jam itu berbunyi cukup keras.
Jonathan mengucek matanya menyesuaikan cahaya siang, ia melirik Chitta yang masih terpejam di dalam pelukannya.
Jonathan mencium pucuk kepala Chitta pelan-pelan ia memindahkan kepala Chitta pada bantal yang berada dibawah tangannya.
Chitta terganggu ia membuka matanya, "Kenapa Mas?" tanya nya.
"Udah siang Mom aku mau jemput anak-anak dulu" Jonathan mengambil celana pendeknya yang dibuang asal olehnya.
"Ohh siang aku pikir masih pagi, ya udah sana jemput nanti aku masak buat makan siang" kata Chitta ia melirik dress rumahan nya yang entah dibuang kemana, Jonathan yang menemukan lalu memberikannya pada Chitta.
"Kamu capek Yang, gak usah masak nanti aku mampir ke resto biasa kita makan, Ayang mau mam apa?" tanya Jonathan sembari mengapit kedua pipi Chitta yang makin hari makin gembul kayak pipi Chania.
"Mau sop iga" kata Chitta, Jonathan mengangkat sebelah alisnya.
"Sejak kapan Ayang suka sop iga?" tanya Jonathan, habis jarang sekali Chitta memakan sop iga.
"Yang minta anakmu loh Dad nanti beliin sop iga, rujak buah sama Mom mau es Doger" list makanan yang Chitta titip.
Nyari es Doger dimana coba! Di sekolah Handika mana ada.
"Aku males nyari es—" Jonathan di buat bungkam saat bibir Chitta membungkam bibirnya dengan ciuman menempel.
"Mau anaknya ileran?" tanya Chitta sembari mengusap perutnya yang mulai buncit.
"Ya jangan dong masa keturunan Daddy ada yang ileran, itu gak boleh terjadi kalau gitu Dad pamit ya" Jonathan ngomong depan perut Chitta sebelum pergi Bapak tiga anaknya itu mencium perut Chitta tak lupa induknya pula ikut di ciumi wajahnya.
"Bobo lagi yuk sayang" Chitta berguling kembali ke tempat tidurnya dan berguling-guling manja kesana-kemari, orang kata suaminya juga boleh-boleh aja gak ngapa-ngapain lagian kan kasian kalau Chitta banyak gerak takut Dedek bayinya kecapean, itulah pikiran Jonathan dari dulu sampai sekarang.
---
Jonathan telah menaiki mobilnya guna menjemput kedua krucil nakalnya yang sudah waktunya pulang takutnya kedua bocah itu kalau gak di jemput bisa main kemana-mana bahkan ngerinya lagi jika sampai di culik, kan Jonathan trauma.
Beberapa menit kemudian Jonathan sampai di sekolah Handika dan Sandy, netra matanya tertuju pada kedua anaknya yang duduk di emperan gerbang dengan wajah masam.
"Boy ayok pulang" ajak Jonathan yang excited mengajak anaknya pulang, Handika dan Sandy menghela nafasnya pelan.
Meski begitu keduanya menaiki mobil dengan wajah yang masih ditekuk, "Kenapa ini?" tanya Jonathan mencairkan suasana.
"Bekel nya jatuh terus Tupperware nya di injak-injak temen Dad, aku takut Mommy marah" kata Handika, Sandy ikutan mengangguk.
"Hei gak usah merasa bersalah, mending kita pulang biar nanti di omongin baik-baik" Jonathan sangat ketara melihat kedua puteranya yang dilanda rasa takut, ada-ada saja memang.
Tetapi Jonathan juga takut Chitta akan marah jika menyangkut Tupperware tersebut, karena Jonathan sendiri tau bahwa benda-benda kesayangan istrinya itu mahal-mahal dan ia juga kepikiran biar anak-anaknya gak kena marah oleh Chitta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy For Handika [ END ]
RomantikSeputar kisah cinta duda beranak satu yang mencintai pengasuh anaknya. ° Genderswitch ° Mature ° Romance ° Word 🔞 ° Nct shipper