Part 10

2.3K 135 9
                                    

Pagi harinya seperti biasa Handika diantarkan ke sekolahnya dengan Chitta serta supir, Jonathan sudah di kantor sejak petang tadi katanya ada berkas yang belum diselesaikan.

Setelah sampai di sekolah Handika kebetulan disitu sudah ada Windi dan Tyana yang sedang berpelukan Chitta ikut nimbrung sambil tersenyum tipis.

"Udah kali Ty jangan ngambek begitu jelek tau muka lo" ucap Windi mengelus lengan Tyana memberi ketenangan pada sahabatnya yang sedari tadi menangis di pelukannya.

"Mbak Tya kenapa?" tanya Chitta ia pun heran melihat Tyana yang tampak sedih tak seperti biasanya.

"Ya gak bisa dong lo tau gak sih Marka belum SD masa udah punya adik gue kan pengen liat pertumbuhan dia masa nanti gue punya tiga bayi lo tau sendiri kan dua aja gue emosi mulu tiap hari gimana tiga, gak mau gue pengen gugurin aja" Tyana meneteskan air matanya, setelah dicerna ternyata Tyana hamil.

"Mbak hamil?" tanya Chitta memastikan.

"Iya Chit udah empat minggu gitu" jawab Tyana masih menitikkan air matanya.

"Wah selamat ya, pasti nanti bakal lucu banget kayak Marka" Chitta membayangkan bagaimana rupa anak yang sedang dikandung Tyana padahal baru berumur sekitar satu bulan.

"Gak mau gue Chit, lo ngerti gak sih gue tuh belum siap" Tyana menutup wajahnya dengan jari-jarinya, tentu masih menangis.

"Ty, jangan sedih dong gue juga sebenernya sama kayak lo tapi gue gak bilang sama Kak Yudis ataupun Dhea takutnya Dhea gak mau jadi gue rahasiain dulu nanti pas udah gede gue kasih tau" ucap Windi menundukkan kepalanya, Windi juga sedang hamil.

"Windi serius demi apa lo?" tanya Tyana membuka matanya memastikan ucapan Windi.

"Serius Ty malahan udah 2 bulan tapi Kak Yudis belum tau" Windi mendongakkan kepalanya menatap Tyana.

"Parah lo masa hamil gak kasih tau laki lo entar kalau Yudis nyangka lo hamil sama orang gimana?" tanya Tyana sedikit kesal, karena sahabatnya ini gemar menutupi masalahnya dari Yudis.

"Nanti deh gue bilang Kak Yudis" Windi menyibak rambutnya.

"Ohh iya Chit lo gak ada tanda-tanda hamil? Maksud gue lo sama Jonathan kan udah gituan apa lo gak ngerasa ada yang beda dari diri lo ehh tapi maaf ya Chit gue lancang tapi gue pengen tau" ucap Tyana, Tyana sangat ingin tahu apalagi sudah lama ia mencurigai hubungan Chitta dan Jonathan tak mungkin juga bila Chitta masih gadis orang Handika sering cerita padanya bila Handika sering mendengar Chitta mendesah kesakitan.

"Belum Mbak, lagian saya juga gak mau hamil dulu" Chitta tersenyum canggung.

"Loh kenapa apa lo gak mau tambah anak?" tanya Tyana lagi, emang dasar kepo si cantik imut ini.

"Tyana si goblok udah tau mereka belum nikah ya masa udah bahas hamil sih" protes Windi yang menjitak pucuk kepala Tyana.

"Gue baru ingat iya ya lo berdua kan belum nikah, rencana mau nikah kapan?" tanya Tyana cengengesan, Chitta terdiam ia bingung harus menjawab apa.

"Gak tau Mbak, Mas Jo masih trauma katanya" Chitta jadi ingat bahwa Jonathan tak akan menikahinya sekarang karena Jonathan masih trauma.

"Maaf ya Chit gue gak tau, tapi gue doain deh semoga Jonathan cepet nikahin elo" Tyana jadi iba tentu ia tau yang dirasakan Chitta, karena cinta tanpa kepastian sangat menyakitkan.

Sekolah sudah dibubarkan Tyana, dan Windi pun sudah pulang dahulu.

"Kita ke kantor Daddy ya nanti ajak makan Daddy, kasian Daddy belum sarapan" ucap Chitta, Handika hanya berdehem saja dan asik pada iPad-nya.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang