Handika asik bermain beberapa permainan telah ia mainkan bahkan anak itu seolah tak ada lelahnya Handika malah semakin semangat untuk mencoba permainan time zone satu persatu sedangkan Tian dan Dita hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah aktif Handika.
"Dika jangan lari-larian dong nanti jatuh" tegur Dita habisnya Dita takut anak itu akan terjatuh.
"Nggak dong kan Dika ultraman jadi gak bakal jatuh"
Braak!
"HUAAA MAMI SAKIT LUTUT AKU" teriak Handika, benar saja anak itu tergelincir dan jatuh ditengah-tengah permainan, Tian buru-buru menggendongnya lalu membawa Handika ke salah satu restoran untuk diberi minum.
"Mami bilang juga apa kamu sih ngeyel kalau dikasih tau sama kayak Daddy mu" Dita meniup-niup luka Handika yang tidak parah hanya saja lukanya sedikit memar di lutut kirinya.
"Sakit Mami ayok ke rumah sakit nanti luka aku makin parah" anak itu terus menangis.
"Hei gak parah ini nanti juga sembuh" Tian terkekeh dengan tingkah Handika yang sedikit dramatis seperti Jonathan.
Tetapi yang namanya Handika tetap saja nangis di pelukan Tian tak lama anak itu tertidur di dada Tian dengan nafasnya yang masih sesenggukan saking sedihnya.
"Liat nih anak kamu tidur" Tian mencolek-colek pipi Handika yang tertidur pulas.
"Lucu banget biasanya dia gak bisa tidur kalau gak nenen tapi ini bisa tidur saking nyamannya kali di pelukan kamu Mas" Dita mengelus-elus rambut Handika dengan sayang.
"Mas aku ada inisiatif buat ambil Dika dari Jonathan, kalau kata kamu gimana?" tanya Dita lalu menyandarkan kepalanya di bahu Tian.
"Aku gak larang keinginan kamu tapi kamu tau sendiri kan Jonathan bagaimana kamu kan sibuk kasian kalau Handika ikut kamu sedangkan kamunya sendiri jarang di rumah nanti Dika bosen mendingan Dika di rumah Jonathan aja sewaktu-waktu kamu bisa jenguk tapi kalau kamu mau Dika sama kamu ya silahkan aku gak larang" Tian mengecup kening Dita.
"Kalau nanti aku hamil apa kamu masih mau sayang sama anak aku, Mas?" tanya Dita mengelus lengan Tian sambil menyandarkan kepalanya.
"Sayang aku akan tetap menyayangi anak kamu karena dia darah daging kamu meskipun nanti kamu hamil aku akan janji untuk tetap menyayangi Handika tanpa dibedakan" ucap Tian lagi, Dita tersenyum kecil menanggapinya.
Bagaimana ia tak jatuh dalam pesona Tian lelaki itu sayang menyayanginya dengan perlakuan nya yang sangat lembut membuat Dita memilih berpindah hati ditambah Tian juga menyayangi Handika hidup Dita seolah lengkap saat dicintai oleh Tian.
---
Beralih ke keluarga Djuanda dimana si tunggal Marka menangis ulah Ayahnya, bagaimana tidak Jeffrey dengan tak punya hatinya memakan sup semangka buatan Tyana, Tyana sedang ke rumah orang tuanya ia sengaja menitipkan Marka pada Jeffrey yang baru pulang dari kantor, mendadak orang tuanya jatuh sakit membuatnya harus segera menjenguk orang tuanya.
Marka duduk di atas meja makan sambil air matanya terus mengalir ia bahkan beberapa kali menyebut nama "Bubu Ty" berkali-kali namun percuma Tyana tak mendengar, sedangkan Jeffrey sedari tadi meminta maaf tetapi tak digubris Marka.
"Maaf Yayah tuh gak tau udah dong jangan nangis nanti bikin lagi ya" Jeffrey mencoba memeluk Marka namun anak itu menghempas tangan Jeffrey.
"Jangan ngomong sama aku, Bubu cepet pulang ini Jeffrey nya nakal" Marka masih menangis, Jeffrey menatapnya tajam, anaknya malah acuh.
"Marka ngomongnya" tegur Jeffrey.
"Apa Yayah gak terima nama Yayah kan emang Jeffrey terus salah aku dimana? Yayah mau dipanggil Jamal, nggak kan?!" Marka lalu pergi sambil menghentakkan kakinya secara kasar ia berjalan menuju pintu lalu membukanya sambil bilang. "Tyana lama banget sih pulangnya bete aku lama-lama berduaan sama Jeffrey" ucap Marka matanya fokus pada orang-orang yang melewati area komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy For Handika [ END ]
DragosteSeputar kisah cinta duda beranak satu yang mencintai pengasuh anaknya. ° Genderswitch ° Mature ° Romance ° Word 🔞 ° Nct shipper