Part 32 Bonus Part⚠️

1.9K 82 2
                                    

Paginya Chitta terkejut karena sang anak menangis tanpa henti bagaimana tidak baru saja waktu menunjukkan pukul tiga pagi Chania menangis keras membuat tidur Chitta dan Jonathan terusik.

"Huaaaaa pergi sana" Chania menunjuk-nunjuk pintu balkon sambil menangis histeris.

"Dek, kenapa?" tanya Chitta, aneh lah tadi anaknya anteng-anteng saja kok bisa sih Chania menangis begini secara tiba-tiba?

"Itu ada setan Mom" Chania menyembunyikan wajahnya di dada Chitta, loh ehh Chitta yang tak melihat apa-apa disana jelas takut ditambah sang suami masih tidur pulas disampingnya.

"Jangan deket-deket aku... Kamu jelek huaaaaa" Chania menangis makin keras, Chitta takut sekali ia menepuk-nepuk kasar pipi Jonathan agar bangun.

"Apa sih say— Yesus Kristus! Astaga ada setan!" Jonathan berteriak kencang sambil melempar bantal guling ke arah setan itu.

Apaan coba Chitta makin takut, "Mas jangan bohong" Chitta terlihat panik.

"Minggir lo setan! Lo tuh jelek jangan ganggu keluarga gue" Jonathan menutup matanya tetapi kakinya menendang-nendang angin seakan setan itulah yang ia tendang.

"Hiks... Sana pergi" suara Chania seketika melemas anak itu bahkan tak mampu untuk bersuara lebih keras lagi, antara serak dan lemas menjadi satu.

Jonathan membuka matanya lagi ternyata setan itu sudah pergi, barulah Jonathan bernafas lega, "Udah gak ada Dek" kata Jonathan, Chania samar-samar mengintip dari pelukan Chitta dan benar saja setan itu sudah tak ada.

"Dedek badannya panas Mas" Chitta merasakan panas yang meningkat dari tubuh Chania yang berada di pelukannya.

"Dedek pusing gak?" tanya Jonathan, Chania menganggukkan kepalanya lemah.

"Dedek sawan kali Mas, tadi kan habis liat setan" namanya orang Indonesia pasti percaya dengan mitos jika melihat setan maka berefek pada kesehatan orang yang melihatnya itu menurun alias sakit.

"Minum obat ya Nak, biar pusingnya hilang" Chania menggeleng cepat.

"Dedek gak mau obat" ucap Chania pelan.

Sebenarnya Chitta ingin memaksa tetapi melihat raut sayu dari wajah sang anak membuatnya urung apalagi Chania habis melihat sosok halus kemungkinan besar anaknya itu masih trauma bahkan untuk meminum obat pun rasanya enggan ditambah Chania tak suka obat sirup.

Jika dipaksa yang ada membuat Chania menangis kan kasihan kalau Chania menangis mana lagi sakit pula.

"Dedek bobo ya sambil nenen" Chitta mengeluarkan satu payudaranya dari dalam dress tidur yang membalut tubuhnya.

"Chaca gak mau nenen, bobo nya dipeluk aja" Chitta membenarkan posisinya ia membiarkan Chania tidur di tengah baik Jonathan maupun Chitta keduanya sama-sama memeluk tubuh Chania yang hangat.

°°°

Paginya seperti yang terjadi, Chania meringik pelan membuat Chitta panik melihat anaknya itu berlinangan air mata di pipinya, sedangkan Jonathan dengan santainya masih tidur pulas di samping sang anak yang meringik sejak tadi.

"Dedek, kenapa Nak?" tanya Chitta lalu duduk.

"Pusing Mommy" keluh Chania mengeraskan suar tangisannya.

"Daddy bangun ini anaknya nangis" Jonathan bangun dari tidurnya ia menoleh ke samping dan mendapati Chania yang memeluk nya.

"Dedek kenapa lagi?" tanya Jonathan sembari mengelus-elus punggung Chania berharap anaknya sedikit tenang.

"Pusing banget, Dedek pusing" Chania menarik-narik rambutnya hal itu tentu Chitta tepis tangan kecil Chania agar tak menyakiti dirinya sendiri.

"Kita periksa, Dedek siap-siap ya" Chania mengangguk Chitta mengambilkan baju tebal untuk Chania pakai dari mulai minyak telon, kaos kaki serta selimut kecil untuk menutupi tubuh Chania tak lupa Chitta berganti baju serta Jonathan yang ikut berganti baju, tak mungkin kan mereka ke rumah sakit dengan baju tidur Chitta yang seksi dan Jonathan yang pakai kaos oblong dengan bawahan boxer, apa kata orang-orang dirumah sakit coba yang ada mereka di hujat.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang