Part 16

1.8K 157 5
                                    

Chitta masih memejamkan matanya sudah lima jam usai melahirkan Chania, Chania dipindahkan ruang bayi agar Chania bisa tidur pulas sudah ada Bianca yang menjaga Chitta beserta kedua anaknya yang ikut menjaga, sedangkan Dimas membantu bekerja seperti biasa di cafe yang ia kelola bersama Chitta.

"Mami-Mami Aunty bobo terus kenapa gak bangun-bangun?" tanya Leon ia mendekati bangsal Chitta, sudah sekitar dua jam mereka menjaga Chitta namun wanita itu enggan untuk buka mata.

Bianca menatap Chitta sendu, "Aunty capek, Leon jangan ganggu" peringat Bianca saat melihat Leon yang seolah ingin tau soal benda-benda medis yang ada di meja nakas rumah sakit.

"Mami Chania anaknya Aunty ya? Kok gak ada Papi nya? Rena sama Leon kan ada Papi Chan kalau Chania Papi nya siapa?" tanya Leon, Bianca sedikit terdiam ia bingung harus bilang apa pada Leon yang selalu ingin tau, bahkan anak sekecil Leon saja mengerti bagaimana nanti dengan Chania? Apa Chania akan hidup dibayang-bayangi pertanyaan 'Siapa Ayah kamu?' Membayangkannya saja Bianca sudah kasian.

"Papi Chania udah jadi malaikat di surga, makanya Leon harus sayang ya sama Chania nanti kalian berbagi Papi aja jadi Papi Chan anaknya ada tiga: Abang Leon, Kakak Rena sama Dedek Chania" ucap Bianca mengelus rambut Leon berusaha membuat Leon percaya meskipun Leon mungkin belum terlalu paham dengan apa yang Bianca ucapnya, Leon hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Chania gakpapa kok jadi anaknya Papi Chan" kata Leon duduk di sofa ia melihat adiknya yang tertidur di sofa yang dilapisi kain serta bantalan bayi.

Sampai kapanpun Jonathan gak akan aku biarin buat ketemu Chania - batin Bianca

Ia sudah memutus hubungan antara dirinya dengan Jonathan bahkan Bianca tak segan-segan untuk menjauhkan adiknya dengan Jonathan, Bianca menyesal karena merestui hubungan mereka jika akhirnya harus Chitta yang menanggung sendiri demi Tuhan dari dulu juga Bianca takkan memberi izin mereka untuk berpacaran.

Namun nasi telah menjadi bubur dan takdir sudah digariskan tidak ada penyesalan yang harus terus disesali kini Bianca hanya memikirkan bagaimana adiknya sembuh kembali dan bahagia bersama Chania sudah itu saja keinginan dari lubuk hati Bianca untuk Chitta.

---

"Beberapa jam pas gue keluar ada bayi yang meninggal" ucap Jonathan, ia masih memikirkan bayi tersebut membuatnya buka suara.

"Astaga kasian banget, terus gimana sekarang?" tanya Tyana wanita itu sudah sadar ia bersandar pada bangsal dengan Joelino ditangannya.

"Ya mungkin udah dikubur tapi gue kayak gak asing deh sama bayinya, mukanya kayak pernah gue temuin tapi gak tau dimana" Jonathan mengingat-ingat wajah bayi tadi.

"Mungkin lo pas liat bayi itu bayinya mirip Handika kali ya semua bayi kan mukanya mirip nanti agak gedean juga keliatan muka aslinya" timpal Windi, Jonathan menganggukkan kepalanya namun hatinya masih mengganjal tentang siapa bayi itu mengapa ia begitu khawatir pada bayi yang entah anak siapa.

"Lo pengen punya anak lagi ya?" tanya Jeffrey dengan wajah meledek, Jonathan menatapnya kesal.

"Apa sih lo udah lah males gue di ledekin terus, gue pulang nanti gue kesini lagi bawa Handika" Jonathan beranjak, ia mencium pipi Joelino lalu lelaki jangkung itu pergi.

"Ngomong-ngomong gimana ya keadaan Chitta? Udah lama gue lost kontak sama dia, kandungannya gimana ya?" tanya Tyana, Windi juga ikut lost kontak dengan Chitta.

"Dia udah lahiran belum ya?" tanya balik Jeffrey sembari menoel pipi gembul Joelino.

"Gue pengen deh ketemu Chitta pasti berat banget rasanya hamil sendirian gue yang ada suaminya aja kadang kesepian gimana dia" Windi menyandarkan kepalanya di bahu Yudis, Yudis mengelus rambut Windi.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang