Part 14

1.7K 154 3
                                    

Keesokan harinya Chitta sudah sibuk dimeja dapur dengan beberapa bahan makanan yang akan dibuatnya untuk Handika, menu yang tak begitu sulit namun ia jamin bahwa Handika akan terus menambah porsi makannya mengingat Handika kini sedikit kurus membuatnya berinisiatif membuat makanan kesukaan Handika agar si nakalnya makan banyak.

Handika tentu masih tidur apalagi sedari malam Handika terus berceloteh tentang hari-harinya tanpa Chitta, Chitta yang dasarnya suka dengan cerita Handika jadilah ia mendengarkannya hingga larut malam bedanya ia harus bangun pagi-pagi untuk membuat sarapan sedangkan Handika masih terbungkus oleh selimutnya.

Chitta memotong-motong sayuran yang akan ia tumis tak lupa makanan andalan kesukaan Handika adalah nugget kornet sapi buatannya pun ikut di goreng.

"Chit" panggil Dimas yang menyembulkan kepalanya didepan pintu.

"Ada apa Yah?" tanya Chitta tanpa menoleh.

"Randy tuh" ucapnya,

"Suruh kesini aja soalnya aku gak mungkin kesana" balasnya dapat Chitta tau bahwa Dimas pergi dari dapur namun ada sosok lain yang sedang memperhatikannya dari belakang.

"Huhu titan aku" ucap Chitta saat Randy memeluk perutnya dari belakang, Chitta tak masalah karena Randy kan sahabatnya lagipula mana mungkin Randy suka sama dengannya.

"Masak apa kok wangi banget" Randy menumpukan dagunya di bahu Chitta, sialnya kini Chitta yang grogi diperlakukan seperti itu.

"Sarapan lah, ohh iya anaknya mantan aku lagi disini dia nginep semalam" ucap Chitta, dapat dilihat Randy menoleh membuat wajah mereka semakin berdekatan.

"Mau dong liat gimana mukanya" Randy semakin mendekatkan wajahnya hingga ia mencuri satu kecupan di pipi kanan Chitta, damn! Chitta salah tingkah dan memalingkan wajahnya karena menahan malu.

"Mommy" panggil Handika yang berdiri dibelakang Chitta, Chitta dan Randy sontak melepaskan pelukannya dan menengok kebelakang mendapati Handika yang masih setengah sadar.

"Loh kamu yang waktu itu korban penculikan itu kan?" tanya Randy, Handika yang masih belum sadar lalu memeluk perut Chitta.

"Kamu kenal Ran?" tanya Chitta sembari mengelus rambut tebal Handika.

"Kenal kah orang dia pasien aku, ohh iya minggu depan juga dia kontrol soalnya dia masih trauma sama beberapa orang terutama sama Mami nya" ucap Randy ikut mengelus rambut Handika.

"Dika duduk dulu ya sama Dokter Randy, Mommy mau lanjut masak dulu" Randy lalu menggendong tubuh Handika, Randy duduk disalah satu kursi meja makan dengan posisi memangku Handika.

"Daddy nya juga jarang ke rumah sakit palingan yang sering tuh keluarganya Bu Tya, mana Daddy nya mukanya sangar gitu aku aja sampe takut liatnya" ucap Randy yang membuat Chitta terkekeh pelan, apa katanya Randy takut pada Jonathan? Aneh-aneh saja badannya gedean Randy tinggal dorong aja tubuh Jonathan pasti nyungsep.

"Ada-ada aja kamu mah ya dia emang sangar tapi kalau sama aku nggak malahan manja banget melebihi Handika" Chitta masih terkekeh, ini benar-benar lucu baru kali ini ada orang yang takut pada Jonathan padahal kan Jonathan sangat manja—— jika bersama Chitta sih.

"Om Dokter gak boleh peluk-peluk Mommy nanti Daddy aku marah!" peringat Handika saat sudah sadar.

"Marah kenapa? Kan udah putus jadi Om Dokter boleh dong peluk Mommy" pagi-pagi Randy sudah meledek Handika.

"Mommy putus itu apa?" tanya Handika turun dari pangkuan Randy dan berdiri disamping Chitta.

"Hmmm nanti juga Dika ngerti" Chitta tersenyum tipis, masakannya sudah jadi Chitta memanggil Dimas untuk makan bersama serta Randy juga.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang