Part 22

2.5K 135 9
                                    

Yudis kembali ke kamarnya, dan menutup pintu kamar ia melihat Windi yang bermain ponsel, ia duduk di antara paha Windi, Yudis memeluk perut Windi.

"Bajunya mana Kak?" tanya Windi namun atensinya masih di ponselnya.

"Nanti aja soalnya yang punya baju lagi di nenenin" Yudis mencium-cium perut Windi yang terbalut baju.

"Nenen?" Windi mengerutkan keningnya.

"Iya Jonathan lagi nenen ke Chitta" ucap Yudis, tangannya merambat naik ke atas perut Windi dan tangan jahanamnya itu nangkring indah di payudara Windi.

Yudis membuka baju Windi ia mendusal-dusalkan wajahnya di sana sembari matanya terpejam, "Kak ngapain sih" ucapnya, Windi kegelian.

"Mau kayak Jonathan" kata Yudis, Windi langsung paham dan sontak ia menampar pipi Yudis.

"Aduhhh sakit Mah, buka dong bajunya" Yudis mengusap pipi bekas ditampar Windi, tak main-main geplakan dari Windi terasa panas di pipinya.

"Minta sedikit aja Mah" bujuk Yudis menggenggam kedua tangan Windi namun Windi menepisnya dengan kasar.

"Apa sih Kak, kemarin aja Kakak minta pas aku kasih malah digigit sampe lecet kamu pikir itu gak sakit?" kesal Windi ia mencebikkan bibirnya, ada-ada saja si Yudis.

"Janji nggak Mah, buka bajunya Mama, cepet" rengek Yudis seperti bocah yang tak sabaran, Windi lalu tiduran mengabaikan Yudis yang ribut saja sedari tadi yang ada ia malah makin malas kalau Yudis sedang seperti ini.

Oke fine Yudis tetaplah Yudis si pemaksa plus tukang nyosor yang handal tapi hanya pada Windi ia begitu, Yudis bersmirk, ia merayap dari bawah untuk menindih tubuh Windi, hingga kini Yudis telah menindih tubuh Windi wajah mereka pun kini berhadapan tentu Yudis tetap menunjukkan smirknya membuat Windi meremang, ia salah ambil tindakan kali ini.

Yudis meraih ponsel dari tangan Windi ia menaruhnya di nakas tentu Windi tak bisa berkata apa-apa karena Yudis akan sangat menyeramkan jika sudah bersmirk seperti ini, Windi seketika diam saat Yudis membuka dress selutut nya, hingga terlepas sempurna hanya dalaman saja yang masih mereka di tubuh Windi.

Yudis duduk di atas perut Windi, ia melucuti kaos yang melekat di tubuhnya, setelah terlepas ia mengelus punggung Windi mencari kaitan bra-nya.

Ctakkk!

Kaitan itu terbuka Yudis menarik bra yang masih menutupi payudara Windi dan kini benda itu sudah tak terbalut apa-apa, Yudis meremas kedua payudara Windi dengan sensual membuat Windi berkali-kali memejamkan matanya guna nikmati sentuhan tangan kekar suaminya.

Yudis memilin kedua nipple Windi tak segan Yudis pun membasahi telapak tangannya agar bisa memilin-milin nipple Windi dengan leluasa karena basah ditangannya.

"Engghh" desahan halus nan merdu berhasil Windi keluarkan, Yudis semakin semangat menggerayangi tubuh istrinya.

"Ahhh Pah jangan kencang-kencang remasnya" tegur Windi! Oke fine Yudis menuruti perintah Windi.

Yudis membaringkan tubuhnya di samping Windi Yudis masih menunjukkan wajah smirknya yang mampu membuat Windi diam saja kalau sudah mode begini bergerak pun Windi takut lebih baik ia mengikuti alur yang Yudis inginkan saja daripada nanti ia yang diperkosa oleh Yudis.

Yudis meremas-remas payudaranya menatap Windi dengan wajah yang seram, ditambah senyum seperti psikopat, "Papa liatnya jangan gitu" Windi menutup matanya dengan kedua tangannya, Yudis terkekeh membuka penutup mata Windi.

"Apa sih orang aku biasa aja liatnya kamu tuh yang salting" Yudis mencium bibir Windi.

"Kak, jangan sekarang nanti aja di rumah" Windi menciumi leher Yudis yang kini posisi keduanya saling berpelukan hangat, Yudis membiarkan dadanya menjadi tumpuan kepala Windi.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang