Part 12

1.7K 149 5
                                    

Hari sudah malam Chitta sudah menelan obat serta vitaminnya waktunya ia tidur karena jam sudah pukul 22:30 tetapi matanya masih belum juga terpejam, Chitta gelisah sendiri ia lalu bangun dan duduk didekat jendela menghirup aroma hujan yang sedikit merilekskan pikirannya ditambah suaranya yang ramai membuatnya semakin tenang.

Chitta mengelus perutnya ia membuka ponselnya berharap ada notifikasi dari Jonathan namun yang ada hanyalah nomornya bahkan di blokir oleh Jonathan, Chitta tersenyum kecil melihat layar ponselnya.

"Dedek gakpapa kan kalau lahir tanpa Daddy?" gumam Chitta sembari mengelus perutnya.

"Sehat terus ya sayang, Mommy sayang kamu" ucapnya dengan suara melirih.

Chitta keluar dari kamarnya ia mengendap-endap menuju pintu utama setelah berhasil keluar Chitta berlari kecil meninggalkan rumah, Chitta terkekeh pelan kaki kecilnya mulai berjalan menyusuri jalanan yang sepi.

Netra matanya tertuju pada toko biru yang masih buka kakinya mulai melangkah masuk di dalam toko biru, Chitta mengitari rak mie sampai akhirnya ia mengambil satu cup mie kemasan lalu diisi air panas serta minuman dan cemilan setelah membayar Chitta keluar dan duduk ditempat yang disediakan toko biru.

"Pop mie panas" serunya saat mie instan nya matang Chitta lalu menyantapnya dengan semangat.

Jonathan memarkir kan mobilnya di depan toko biru, Jonathan jelas melihat Chitta yang asik memakan mie nya dengan lahap, Jonathan acuh kakinya tetap berjalan ke toko biru meski ada Chitta di depan sana.

Belum sempat sampai di dalam Jonathan berhenti didepan Chitta sambil, "Huek... Huek" Jonathan memuntahkan cairan bening didepan Chitta, Chitta jelas terkejut atas kedatangan Jonathan, Chitta menaruh mie nya lalu mendekati Jonathan yang masih muntah-muntah, Chitta memijat tengkuk Jonathan agar semua isi perutnya keluar.

"Huek... Huek... Huek" Jonathan masih muntah hingga wajahnya memerah.

Jonathan terlanjur lemas tubuhnya bahkan dipapah Chitta agar duduk, "Mas kenapa?" tanya Chitta khawatir, Jonathan menatapnya acuh.

"Apa perduli kamu tentang sakitnya saya? Ohh saya tau kamu takut ya saya mati karena kamu gak kebagian harta, basi tau gak usah sok khawatir" ucap Jonathan membuang muka, Chitta jelas sedih mendengarnya.

"Terserah kamu Mas mungkin di mata kamu aku selalu salah" Chitta jengah dengan sikap Jonathan yang terus menuduhnya sebagai otak dari penculikan Handika.

"Ya emang saya naruh hati ke kamu juga salah, bisa-bisanya saya dulu mencintai penjahat kayak kamu saya nyesel tau" Jonathan terkekeh pelan seolah merendahkan Chitta.

Chitta memejamkan matanya ia benar-benar sedih mendengar ucapan Jonathan yang sangat menusuk hatinya, ia bangkit dan berniat pergi tetapi kepalanya justru pening pandangannya menjadi hitam, langkah jalannya pun mulai limbung detik itu juga Chitta tak sadarkan diri, Jonathan jelas panik bagaimana pun Chitta adalah mantan kekasihnya ia segera membopong tubuh kecil Chitta untuk dibawa ke rumah sakit.

Chitta pingsan di sebelah Jonathan, Jonathan khawatir karena raut wajah Chitta sungguh berbeda tak seperti biasanya, "Chit bangun kamu jangan begini Mas khawatir"

"Chitta" panggil Jonathan namun Chitta tetap memejamkan matanya tanpa mau bangun.

Jonathan meminggirkan mobilnya ia melepas sabuk pengaman yang dipakaikan untuk Chitta, Jonathan benar-benar khawatir ia menepuk-nepuk pipi Chitta berulang kali.

"Bangun Chit" panggilnya pelan.

"Dedek" ucap Chitta dibarengi dengan matanya yang mulai terbuka.

"Dedek siapa? Kamu mimpi ya?" tanya Jonathan memegang pipinya.

Mommy For Handika [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang