PROLOGUE

558 20 0
                                    

Perlahan sepasang mata itu terbuka. Pemandangan serba putih yang pertama kali dia lihat. Ternyata perempuan itu terbaring di ranjang rumah sakit. Dia melihat dokter dan suster sedang berbicara di dekatnya.

"Permisi," ucap gadis itu.

Dokter dan suster menoleh padanya. "Syukurlah Anda sudah siuman, Nyonya."

Dokter segera memeriksa keadaan perempuan itu. Suster membantunya.

Perempuan itu tampak bingung. "Apa yang terjadi padaku?"

"Anda mengalami kecelakaan yang menyebabkan benturan keras di kepala. Selama 2 minggu Anda mengalami koma dan dirawat di rumah sakit ini," jawab dokter.

Perempuan itu mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya, tapi dia tidak ingat apa pun. Semakin dia mengingatnya, kepalanya semakin terasa sakit.

"Saya akan merawat Anda," kata suster.

Dokter mempercayakan perempuan itu pada suster kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Apa aku baik-baik saja?" Tanya perempuan itu yang tampak khawatir.

Suster tersenyum kecil. "Anda akan mengetahuinya nanti. Sekarang minum obatnya."

Setelah meminum obat, perempuan itu kembali merebahkan tubuhnya. "Siapa namamu?"

Suster menjawab, "Bella, panggil saja aku Bella."

Perempuan itu mengangguk. "Terima kasih, Bella."

Selama dua hari perempuan itu berada di rumah sakit tanpa tahu atau ingat apa pun. Bella memberikan sebuah cermin pada perempuan itu.

Wajah cantik itu terpantul dari cermin. Perempuan itu menyentuh wajahnya. Dia masih belum menyadari jika itu wajahnya. Wajah aslinya. Ada perban yang membalut dahinya.

"Apa ini aku?" Tanya perempuan itu.

Bella tersenyum kemudian mengangguk. "Anda sangat cantik, Nyonya."

Perempuan itu meletakkan cerminnya ke meja. "Tapi, aku masih khawatir dan bingung. Aku tidak mengenali diriku sendiri. Apa aku amnesia?"

Bella tidak langsung menjawab. Dia berkata, "Sebentar lagi polisi dan suami Anda akan datang. Anda akan tahu jawabannya."

Perempuan itu tampak berpikir. "Apa polisi yang menolongku saat aku mengalami kecelakaan?"

Bella mengangguk.

Di luar ruangan terlihat ada dua orang polisi yang berjaga. Selama perempuan itu koma, dua orang polisi bergantian berjaga di depan ruang rawatnya.

Seorang pria berseragam lengkap mendatangi ruangan itu. Kedua polisi yang berjaga memberikan hormat. "Pak Ferdad."

Pria berseragam yang beranama Ferdad itu mengangguk. "Apa dia sedang istirahat?"

Salah satu dari mereka menjawab, "Tidak, Pak. Dia sedang berbicara dengan Bella."

Ferdad mengangguk. Dia pun masuk. Dua perempuan di dalam ruang rawat itu menoleh padanya.

"Nyonya, dia adalah Pak Ferdad, suami Anda," kata Bella sambil beranjak dari kursi.

Ferdad mengangguk formal. Perempuan itu tampak bingung. "Huh?"

"Aku keluar dulu, jika Anda membutuhkanku, panggil polisi di depan ruangan saja. Mereka akan memanggilku, permisi." Bella berlalu.

Ferdad duduk di kursi tempat Bella duduk tadi. Dia menatap perempuan itu yang kini juga sedang menatapnya.

Ferdad melepaskan topi kebesarannya. "Aku senang kau baik-baik saja."

Perempuan itu masih tertegun. "K-kau polisi?"

Ferdad mengangguk.

"Kau... kau suamiku?"

Lagi-lagi Ferdad mengangguk.

Perempuan itu pun bertanya, "Kau pasti tahu namaku, kan?"

Fedad mengangguk. "Tentu saja, kau istriku, Rayna Harrel."

"Rayna," gumam perempuan itu.

"Mungkin ini berita buruk, tapi aku harus mengatakannya padamu, Rayna," kata Ferdad.

Rayna mengangguk siap mendengarkan ucapan Ferdad.

"Dokter bilang, kau mengalami amnesia setelah kecelakaan itu. Benturan keras di kepalamu penyebabnya," ucap Ferdad.

Rayna sudah menduganya, karena sejak dia bangun dari koma, dia tidak ingat apa pun. Rayna menunduk sedih. "Maafkan aku, aku tidak mengenalmu, padahal kau suamiku. Aku bahkan tidak tahu namamu."

"Namaku Ferdad, panggil saja seperti itu," kata Ferdad. 

"Apa aku... kurasa tidak sopan memanggil namamu seperti itu." Rayna mengalihkan pandangannya dengan pipi memerah.

"Kau biasa memanggilku seperti itu," ucap Ferdad.

"Benarkah? Aku pasti memiliki sifat yang buruk," gumam Rayna.

Ferdad tersenyum. "Kau tidak pernah bersikap buruk."

Rayna menatap Ferdad. "Apa aku boleh memelukmu?"

Tanpa menjawab, Ferdad merangkul dan memeluk istrinya. Dalam pelukan Ferdad, Rayna mendengar detak jantung Ferdad yang berdetak kencang. Perempuan itu tersenyum kecil. Kedua pipinya memanas.

Di luar ruangan, kedua polisi yang berjaga sedang mengintip lewat kaca di pintu.

"Pak Ferdad membuatku iri."

☆★☆

⇩⇩⇩ Ferdad Harrel ⇩⇩⇩

⇩⇩⇩ Ferdad Harrel ⇩⇩⇩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07.42 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang