Danuarga HospitalFerdad memegang dadanya yang diperban. Dia bersyukur karena tembakan wanita itu tidak berakhir di jantungnya. Dia lebih mengkhawatirkan Frizki dan Gunawan yang mendapatkan tusukan. Pria itu keluar dari ruangan tempatnya diobati lalu ke luar ingin melihat keadaan Frizki dan Gunawan.
Para suster terpesona melihat Ferdad bertelanjang dada. Dokter keluar dari ruangan di mana Gunawan dan Ferdad diberikan penanganan.
"Dokter, apa mereka baik-baik saja?" Tanya Ferdad cemas.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi salah satu dari mereka...."
"Tidak! Jangan katakan itu." Ferdad mencengkram kuat bagian depan baju Dokter.
"Maafkan saya, Pak."
Setelah mendapatkan laporan kalau Ferdad dan kedua rekannya tidak berhasil menangkap dua buronan mereka dan salah satu dari mereka, yaitu Frizki telah tewas, Septiawan sangat marah tentunya. Dia tidak mengira Ferdad akan lengah dan bisa dikalahkan begitu saja oleh dua orang penjahat itu.
"Kalian bertiga dan berhasil dibodohi dua orang penjahat itu? Salah satu dari mereka perempuan. Apa kau tidak malu, Ferdad?" Septiawan menatap kesal pada Ferdad.
Sementara Ferdad hanya menunduk mendengar omelan atasannya.
"Kalian bertiga sudah biasa menangkap gangster. Jumlah mereka bahkan tidak sebanyak gangster. Apa kemampuan dan keberanian kalian menghilang setelah melihat penampilan mereka?"
"Frizki meninggal, Pak. Aku tidak bisa fokus melihat rekan-rekanku terluka seperti waktu itu. Aku tidak bisa membiarkan mereka tewas," sanggah Ferdad.
"Kau harus fokus pada misinya. Jika kau tidak fokus pada misi, maka kau pasti berakhir sama seperti Frizki! Seperti itulah pekerjaan kita. Setiap hari mempertaruhkan nyawa. Pada akhirnya kita akan mati. Kau harus melanjutkan misi meskipun rekanmu tewas semua!" Bentak Septiawan.
"Aku tidak bisa melihat Frizki sekarat, Pak." Tampaknya Ferdad mulai marah.
"Dan tetap saja dia tewas, kan?!" Septiawan menampar wajah Ferdad. "Ini misimu, Ferdad. Rekan-rekanmu adalah bidak untuk mencapai tujuanmu."
Ferdad tidak mengira Septiawan akan berkata seperti itu. Dengan perkataan tersebut, Ferdad jadi tahu kalau Septiawan adalah orang yang sangat egois dan lebih mementingkan misi dibandingkan dengan keselamatan anggotanya.
"Apa yang akan aku katakan pada atasanku," gumam Septiawan sambil membelakangi Ferdad.
Ferdad melirik Septiawan yang membelakanginya. Saat pria paruh baya itu kembali menoleh padanya, Ferdad segera mengalihkan pandangannya.
"Lakukan sesuatu pada wanita itu agar dia bisa memberikan petunjuk baru. Jangan hanya mengandalkan orang-orang kita," ucap Septiawan kemudian pergi meninggalkan Ferdad di ruangannya.
"Aarrgghh!" Ferdad memukul meja kerjanya.
Ferdad pergi ke rumah Frizki bersama rekan-rekannya. Dia melihat orangtua Frizki yang menangisi kepergian putra mereka. Pria itu merasa bersalah karena tidak bisa menjaga rekannya.
Setelah itu, dia pergi melihat keadaan Gunawan di rumah sakit. Ferdad melihat Gunawan yang tampaknya sudah agak pulih.
"Aku kira Pak Ferdad tidak ingat padaku," ucap Gunawan sambil tersenyum kecil.
"Sempat-sempatnya kau bicara seperti itu, padahal kondisimu masih kurang baik," ucap Ferdad sambil duduk di kursi samping ranjang Gunawan.
"Aku merasa sedih, karena tidak bisa menghadiri upacara pemakaman Frizki," ucap Gunawan.
"Kau tidak perlu merasa sedih. Aku sudah menyampaikan belasungkawa darimu pada keluarga Frizki," kata Ferdad.
"Kalau begitu terima kasih."
Ferdad mengangguk. "Maafkan aku. Ini semua karena aku tidak bertanggung jawab atas keselamatan kalian."
"Tidak, tidak, jangan begitu. Ini salahku yang lengah saat menghadapi mereka," sanggah Gunawan dengan ekspresi sedih.
Ferdad menghela napas berat.
"Senior, bisakah aku meminta bantuanmu?" Gunawan menggenggam tangan Ferdad.
Melihat tangannya digenggam seperti itu oleh Gunawan, Ferdad menarik tangannya, tapi Gunawan mengeratkan genggamannya.
"Minta tolong apa?" Tanya Ferdad.
"Pacarku pasti menungguku. Dia sangat menyukai buah naga. Bisakah kau membelikannya?" Gunawan menunjukkan ekspresi memohon.
"Emmm... iya."
"Tolong sekalian antarkan, ya."
Lagi-lagi Ferdad menghela napas berat.
☆★☆
19.49 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS ASSASSIN
ActionPOLICE VS ASSASSIN by Ucu Irna Marhamah Rayna mengalami amnesia setelah menjadi korban kecelakaan mobil. Dia koma selama 2 minggu. Ferdad, suaminya yang merupakan seorang polisi datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Sayangnya Rayna tidak mengen...