PVSA - 48

194 12 0
                                    

"Semuanya, kita mundur," dengan berat hati, Ferdad memerintahkan para polisi untuk menyerah. Dia memberikan kode pada timnya agar segera keluar dari gedung tersebut. Mereka pun mengikuti Ferdad.

"Pak, kita tidak bisa mundur! Mereka menyandera Gunawan! Selain itu, jika kita mundur, Pak Ferdad akan diturunkan dari jabatan!" Ucap Arghi lewat alat komunikasi.

"Pak, kita tidak bisa percaya pada mereka," kata Bayu menambahkan.

"Kubilang kembali, aku tidak bisa melihat rekan-rekanku gugur sia-sia seperti dulu! Aku tidak peduli meskipun harus dipecat! Cepat keluar! Ini perintah!"

Para polisi pun terpaksa mundur. Arghi dan Andy mencari Ferdad di kumpulan para polisi itu.

Arghi menemukan Bayu. "Pak Ferdad di mana?"

"Aku juga sedang mencarinya," jawab Bayu.

"Pak Ferdad mana?" Marla menghampiri mereka.

"Kami tidak tahu," jawab Bayu.

Arghi dan Andy saling pandang. Bayu menghampiri seorang polisi yang kebetulan satu tim dengan Ferdad. "Pak Ferdad di mana?"

"Pak Ferdad menyuruh kami keluar duluan. Sekarang Pak Ferdad sedang mencari Senior Gunawan."

"Sial," Arghi mengumpat kesal. Dia berlari ke gedung disusul Bayu dan Andy.

"Jangan ikuti aku!" Gerutu Arghi sambil mendelik kesal pada kedua juniornya itu.

Bayu dan Andy berhenti. Saat Arghi kembali berlari masuk, kedua polisi itu pun mengikutinya lagi.

Tiba-tiba ledakan beruntun terjadi dan menghancurkan sebagian besar bangunan. Arghi tidak bisa masuk, karena pintu ke gedung tertutup oleh puing bangunan.

Tiba-tiba sebuah jet melesat dari gedung yang sedang meledak itu. Semua polisi terkejut melihatnya. Jet itu menjauh meninggalkan gedung terbengkalai.

Terlihat siluet yang muncul dari asap yang mengepul. Ternyata Gunawan dan Ferdad. Arghi, Bayu, dan Andy menghampirinya.

"Kalian baik-baik saja?" Arghi membantu Ferdad membopong Gunawan.

Di mobil, Marla memberikan pertolongan pada Gunawan. "Aku bersyukur kau baik-baik saja, Gunawan."

"Pak Septiawan menyuruh kami mundur dari misi ini," ucap Ferdad serius.

"Apa? Kenapa tiba-tiba? Bukankah kita hampir berhasil menangkap mereka?" Tanya Andy.

"Kau tidak lihat jet yang terbang tadi? Mereka sudah meloloskan diri," gerutu Arghi.

"Maafkan aku, ini salahku," kata Gunawan sambil menunduk dalam.

"Tidak, Pak Septiawan mengambil alih misi ini sendiri. Dia yang akan turun ke lapangan. Jujur ini agak aneh," ujar Ferdad.

"Kerasukan apa dia?" Gumam Marla.

"Bagus kalau dia turun tangan. Dia akan tahu bagaimana rasanya mengejar buronan internasional. Jangan hanya duduk dan memerintah saja," celetuk Arghi.

Ferdad menjitak kepala Arghi. "Itu memang pekerjaannya. Duduk dan memerintah."

Gunawan menatap Ferdad. "Apa posisi Pak Ferdad akan digeser?"

"Aku tidak tahu," jawab Ferdad.

Setelah drama di 'medan perang', para polisi kembali ke kantor atas perintah Septiawan.

Keesokan harinya, Gunawan pergi menemui Septiawan di kantornya.

"Kau bilang kau berhasil melacak keberadaan mereka," ucap Septiawan menatap tak percaya pada Gunawan.

Gunawan memberikan sebuah anting pada Septiawan. "Anda bisa melacaknya."

Septiawan mengambil anting tersebut. "Kau ingin menggeser posisi Ferdad?"

"Iya, Pak. Dia seorang atasan yang tidak becus. Aku rasa aku lebih pantas," jawab Gunawan.

Septiawan tersenyum. "Aku suka semangatmu."

Apa yang terjadi?

Sewaktu di gedung terbengkalai, Gunawan menghubungi Septiawan dan mengatakan jika dia berhasil memasang alat pelacak pada kedua anting Nevra dan salah satunya ada padanya.

Karena hal itu, Septiawan memerintahkan Ferdad dan kesatuannya mundur. Dia merasa jika itu adalah kesempatan bagus di mana dia bisa menangkap para penjahat internasional itu dan jabatannya naik.

Gunawan meminta imbalan pada Septiawan yaitu jabatan Ferdad.

☆★☆

17.40 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang