PVSA - 14

243 13 0
                                    

Selama 3 hari Ferdad tidak pulang ke rumah. Rayna belajar memasak dengan giat. Setiap hari dia menyajikan makanan untuk Ferdad, walaupun Ferdad tidak pulang. Panggilan darinya tidak diangkat. Rayna berpikir, mungkin pria itu sedang sangat sibuk. Dia memakluminya, karena pekerjaan polisi bukan hal yang mudah.

Hari ini Rayna merasa kondisinya sudah lebih baik. Dia ingin pergi ke luar dari peternakan dan menemui suaminya di kantor polisi. Tapi, dia tidak ingin mengganggu Ferdad bekerja.

Rayna memilih untuk memasak. Dia mengambil pisau dan mulai mengiris bawang. Tiba-tiba sebuah ingatan terbesit di kepalanya.

** Flashback **

Rayna menusuk bahu Ferdad dengan pisau belati. Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh kemarahan.

"Kau mau mati yang cepat atau perlahan?"

** End Flashback **

"Aarrgghh!" Rayna memegangi kepalanya. Dia mengambil obat di meja dan mengambil beberapa butir kapsul lalu menelannya kemudian dia meminum air.

Setelan meminum obat, Rayna merasa lebih baik. Rasa sakit di kepalanya mulai menghilang.

"Aku menderita anemia atau skizofrenia? Kenapa aku sering membayangkan hal-hal buruk?" Gumam Rayna.

Dia menelepon dokter pribadinya. "Halo, Dok?"

"Kau baik-baik saja?" Terdengar suara bariton dari seberang sana.

Rayna mengerutkan keningnya. Dia mengenali suara dokter yang merawatnya, tapi kali ini suaranya berbeda. Apalagi pria itu berbicara menggunakan bahasa Rusia. Rayna tidak berani mengatakan sepatah kata pun.

"Aku senang mendengar suaramu."

Anehnya Rayna merasa tidak asing dengan suara bariton itu. Dia merasa pernah mendengarnya. Rayna pun memberanikan diri bertanya, "Kau siapa? Apa kau penjahat?"

"Iya."

Rayna tampak khawatir. "Jangan macam-macam, suamiku seorang polisi!"

Terdengar pria di seberang sana mendecih. "Apa kau sudah menikah?"

Rayna tidak menjawab lalu dia segera menutup teleponnya.

Sementara itu di tempat lain, Mark dan teman-temannya baru saja membunuh dokter yang selama ini merawat Rayna di kediamannya.

Mark menutup teleponnya setelah Rayna memutuskan panggilan secara sepihak. "James, telusuri lokasi Gynevra."

"Baik, Bos." James segera melacak keberadaan Rayna lewat laptopnya.

"Ferdad Harrel, dia mengklaim bahwa Nevra adalah istrinya. Dia gila atau sangat gila?" Mark menahan marah.

Brandon melihat obat-obatan di lemari. Ada nama Rayna di salah satu lemari. "Bos, apa mereka menamai Nevra dengan nama Rayna?"

Mark mengangguk. "Aquene bilang begitu."

"Tapi, Bos. Ini bukan obat untuk memulihkan pasien yang mengalami amnesia. Obat ini justru akan memperburuk ingatan Nevra jika dia benar-benar mengalami amnesia," kata Brandon sambil menunjukkannya pada Mark.

"Para polisi itu pasti memanfaatkan Nevra." Mark terlihat marah.

Tiba-tiba Zack muncul dari ruangan lain dan menghampiri Mark. Dia menunjukkan sebuah map berwarna coklat pudar. "Bos, menemukan ini."

Mark membukanya.

"Sepertinya Septiawan yang menyusun rencana ini. Dia menjadikan Ferdad bonekanya agar mau menyelesaikan misi penangkapan dan kita," ujar Zack.

"Si bangsat ini."

Tiba-tiba James berseru, "Ketemu! Bos, lokasinya 20 kilometer dari sini. Sepertinya ini lokasi di luar kota."

Mark menghampirinya. "Jadi, mereka benar-benar menyembunyikan Nevra sejauh mungkin dari kita?"

"Ini daerah peternakan. Hanya ada beberapa rumah di sana. Aku rasa kita bisa menemukan Nevra dengan mudah," kata James.

"Tidak, Nevra pasti tidak mengenali kita. Bisa saja dia menyerang kita," ucap Zack.

"Kau benar. Sebaiknya kita menyusun rencana terlebih dahulu," kata Mark.

Mark dan teman-temannya kembali ke tempat tinggal masing-masing. Sementara Brandon menemui Aquene di salah satu penginapan.

"Bagaimana keadaan kakimu?" Tanya Brandon.

"Aku sudah bisa berjalan dengan baik. Ini semua berkat Evan." Aquene terlihat sedih.

"Aku turut berduka atas kematian Evan." Brandon mengusap rambut Aquene.

"Setelah mengambil Nevra, membunuh Kevin dan Evan, para polisi pasti mengira kalau mereka sudah menang," gumam Aquene.

"Kita akan membawa Nevra kembali," kata Brandon meyakinkan wanita itu.

☆★☆

22.58 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang