PVSA - 25

234 14 0
                                    

Zack berhasil menembak kaca mobil Ferdad beberapa kali hingga pecah. Ferdad mengindari pecahan tersebut dan beralih ke kursi samping. Dia menembak lagi dan berhasil mengenai bahu Zack.

Mark berhenti menembak, dia kembali menabrak mobil Ferdad.

"Sialan!" Ferdad menembak ke arah Mark.

Tiba-tiba sebuah mobil melaju melewati tangga. Ferdad mendengus kesal. "Apa lagi ini?"

Mobil yang baru datang itu menabrak mobil Mark. Pria itu tersentak dan menoleh ke mobil yang baru datang itu. Ternyata Marla.

Ferdad menembaki kaca mobil Mark. Merasa terpojok, Mark melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut. Marla keluar dari mobil dan menghampiri Ferdad.

"Pak, kau baik-baik saja?" Tanya Marla.

Ferdad menendang kaca depan dan keluar lewat sana. "Ada seseorang di atap bangunan. Sepertinya aku berhasil menembaknya."

Mereka berdua pun segera pergi ke atap gedung. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada bercak darah.

"Dia pasti sudah kabur," kata Marla.

Para polisi mengevakuasi mayat dua polisi lalu lintas di pos, sementara Andy dan Bayu mendatangi lokasi Ferdad dan Marla. Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat pintu mobil Ferdad yang tidak bisa dibuka.

"Sepertinya ada besi dan magnet di sebelah sini yang menyebabkan pintu mobilnya tidak bisa dibuka, tapi aku tidak mengerti cara kerjanya, kenapa bisa begini," ujar Bayu.

Ferdad ingat saat Zack menilangnya. Pria itu mengambil kesempatan memasang besi dan magnet untuk menjebak Ferdad di dalam mobil agar tidak bisa keluar.

"Mereka sangat cerdas," gumam Andy.

"Aku sudah mengambil sampel darah dari atap, tolong berikan sampelnya ke Lab." Marla menyerahkan sampel darah yang dia temukan pada Andy. Dia beralih pada Ferdad. "Aku akan mengantarmu pulang, Pak."

Akhirnya Marla mengantar Ferdad pulang, karena mobil Ferdad harus diperiksa.

Dalam perjalanan, keduanya terlibat percakapan.

"Aku benar-benar lengah, beberapa kali aku kecolongan dan melepaskan mereka begitu saja. Aku tidak tahu kenapa mereka sangat sulit ditangkap. Mereka berbeda dari penjahat lainnya. Aku rasa aku harus mengundurkan diri dari kasus ini." Ferdad terlihat sedih.

"Jangan menyerah, Pak. Kita sudah punya tim kuat sekarang. Kalau boleh jujur, aku rasa Pak Septiawan terlalu berharap lebih pada kita. Seharusnya dia tahu kita akan kesulitan menanganinya. Para penjahat itu benar, ARN saja tidak bisa menangkap mereka, apalagi kita," ujar Marla.

Ferdad merasakan hal yang sama. "Belakangan ini dia memang aneh. Apa dia sengaja menerima misi ini untuk kenaikan jabatan?"

"Jika iya, dia kejam sekali. Kita yang sudah dia yang naik jabatan," ujar Marla sarkas.

Sesampainya di gedung apartemen, Marla menatap Ferdad. "Ada hal yang ingin aku katakan."

Ferdad yang sedang melepaskan sabuk pengaman dan akan keluar pun mengurungkan niatnya. Dia menoleh pada Marla.

"Aku menyukaimu, Senior."

Perkataan Marla tidak membuat Ferdad terkejut. Dia tahu itu sejak dulu, hanya saja dia tidak ingin melukai perasaan Marla, karena bagaimana pun juga dia hanya mencintai mendiang istrinya, Rayna.

"Kau gadis yang baik, Marla. Kau bisa menemukan pria yang lebih baik dariku di luar sana," kata Ferdad.

Mendapat penolakan halus, Marla mengecup pipi Ferdad membuat pria itu membeku sesaat. "Terima kasih sudah menjagaku sebagai juniormu."

Ferdad tersenyum tipis kemudian mengusap rambut Marla dengan lembut.

☆★☆

13.15 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang