PVSA - 17

243 13 0
                                    

Ferdad memasukkan beberapa daging ayam dan sapi ke dalam kulkas. Dia melihat Rayna menuruni tangga. "Rayna."

"Hm?"

"Kau tidak perlu memotong ayam atau sapi sendiri seperti waktu itu. Kau bisa menggunakan daging yang baru kubeli ini untuk memasak," kata Ferdad.

"Iya."

"Aku pergi." Ferdad menepuk-nepuk rambut Rayna kemudian berlalu.

Rayna menatap punggung Ferdad yang menghilang di balik pintu.

Siang harinya di kepolisian.

Ferdad sedang melihat kembali informasi tentang data pribadi para penjahat yang didapat Bayu dan Andy. Dia berbicara dengan kedua anggota barunya itu.

"Pak, Pak." Gunawan memberikan kode pada Ferdad. Pria itu menggerakkan tangannya membentuk telepon.

Ferdad segera mengangkat telepon di depannya.

"Pak Polisi?" Suara seorang wanita dari seberang sana. Ferdad tentunya mengenali suara itu. Wanita yang pernah meneleponnya dari bilik telepon di dekat kantor polisi, Aquene Wagner.

Ferdad melirik Gunawan yang kembali memberikan kode entah apa. Hanya mereka yang mengerti. Ferdad mengangguk. Gunawan menekan tombol dan kini suara si penelepon bisa didengar oleh semua orang di ruangan tersebut.

"Ferdad Harrel?" Kini suara pria yang berbicara. 

"Apa yang kau mau, Mark Demetrio?" Tanya Ferdad tanpa basa-basi.

"Kembalikan gadis itu pada kami atau kami akan membunuh anggotamu sebagai gantinya."

Ferdad menautkan alisnya. "Seberapa berharganya dia bagimu?"

Tidak mendengar jawaban dari Mark, Ferdad tersenyum kecil. Dia bertanya, "Dia milikmu?"

"Kau mengaku sebagai suaminya. Aku masih bertanya-tanya, apakah kau polisi sungguhan atau seorang maniak seks."

Marla dan Arghi saling pandang. Andy dan Bayu mendengarkan dengan serius, begitu juga dengan Gunawan.

Ferdad mendecih. "Terserah kau mau bilang apa. Tapi, kau tidak akan percaya apa saja yang sudah kami lakukan. Kekasihmu itu sangat cantik dan panas saat berada di bawahku. Dia selalu menikmati permainanku."

Marla tampak tidak senang mendengar itu. Meskipun dia tahu Ferdad hanya berpura-pura, tapi dia tidak sanggup membayangkannya.

Mark tertawa. "Sepertinya kau berbohong. Kau mau memanipulasiku, ya?"

"Kau mengira aku berbohong? Ada tato tulip di atas payudara kirinya, dua tahi lalat di pinggangnya, satu tahi lalat di tengkuknya, ada beberapa bekas luka tembakan di punggung dan lengannya, 19 bekas luka sayatan di sekujur tubuhnya," kata Ferdad. Sebenarnya informasi mengenai bekas luka itu dia dapatkan dari dokter yang memeriksa Rayna waktu kecelakaan.

Tidak ada jawaban dari Mark.

"Sepertinya sekarang kau marah. Maafkan aku, Mark. Gynevra terlalu cantik untuk diabaikan. Dia mengingatkanku pada mendiang istriku, Rayna. Aku bahkan memberinya nama Rayna." Ferdad tersenyum sinis. Dia yakin, ucapannya berhasil membuat Mark cemburu dan marah.

"Aku tidak mengira polisi akan bermain licik seperti ini."

"Hal yang membuatku senang adalah ketika tahu kalau Gynevra Syakhlislamova mengalami amnesia. Itu mempermudah misiku," kata Ferdad.

"Terserah kau mau bilang apa. Saat Gynevra mengingat semuanya, dia akan membantai kalian semua tanpa sisa seperti waktu itu."

Ferdad tahu itu. Dia sudah mengantisipasi jika hal tersebut terjadi. "Kau dan anggotamu akan segera tinggal di balik jeruji besi sebelum Gynevra ingat segalanya," kata Ferdad.

"ARN dan BIN tidak bisa menangkap kami. Apa kau yakin?"

"Tunggu saja," kata Ferdad dengan penuh keyakinan.

Panggilan berakhir.

Gunawan menjentikkan jarinya. "Lokasi ditemukan. Dia berada di barat daya dalam jarak 21 kilometer."

"Bagus, kita kesana." Ferdad menyambar jaketnya.

Para polisi itu membawa pistol serta peluru. Mereka juga memakai rompi anti peluru untuk berjaga-jaga.

"Ayo!"

☆★☆

16.47 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang