PVSA - 36

212 11 0
                                    

Ferdad pulang. Dia melihat Rayna sedang menonton TV. Pria itu duduk di samping Rayna dan menatap perempuan itu.

"Serius sekali," ucap Ferdad.

Rayna menoleh sebentar padanya. "Iya, aku menyukai filmnya."

Ferdad mengecup pipi Rayna kemudian berlalu ke kamar mandi. Rayna merasakan sakit di kepalanya kembali kambuh. Dia menjambak rambutnya sendiri.

Ferdad selesai mandi dan melihat Rayna kesakitan sambil menjambak rambutnya sendiri. Ferdad memeluk perempuan itu. "Rayna."

Rayna menenggelamkan wajahnya ke dada Ferdad. "Sakit sekali."

Ferdad mengusap kepala Rayna dan mengecupnya menenangkan perempuan itu. Beberapa saat kemudian, rasa sakit di kepalanya mulai mereda.

"Sudah tidak sakit lagi?" Tanya Ferdad. Rayna menggeleng.

Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi menandakan ada tamu yang datang.

"Biar aku yang membuka pintu." Ferdad beranjak dari sofa dan membukakan pintu.

"Selamat malam, Pak Ferdad." Ternyata teman-teman Ferdad datang.

Gunawan, pacarnya Gunawan, Arghi, Marla, Bayu, dan Andy. Ferdad mempersilakan mereka masuk. Rayna cukup terkejut dengan kehadiran mereka.

"Halo, Rayna. Apa kami mengganggu?"

Rayna menggeleng. "Tidak, tentu saja tidak."

"Perkenalkan, ini pacarku, Tasya." Gunawan merangkul seorang wanita berperut buncit.

Rayna bersalaman dengan Tasya. "Halo, senang bertemu denganmu."

Tasya tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga."

"Kita pernah bertemu sebelumnya," ucap Marla pada Rayna.

"Oh, iya, aku ingat. Namamu Marla, kan?" Kata Rayna.

"Iya, pacarku." Arghi merangkul Marla.

Rayna tersenyum. "Kalian pacaran?"

Setelah ditolak Ferdad, Marla memutuskan untuk menerima cinta Arghi yang sudah mencintainya sejak lama.

"Kami anggota baru tim Pak Ferdad," kata Bayu sambil mengangguk santun, begitu pun dengan Andy.

"Mari kita makan malam bersama, sepertinya istriku memasak sesuatu," kata Ferdad sambil merangkul Rayna.

Rayna tersenyum.

Mereka pun makan malam bersama. Bahkan Marla dan Arghi memasak daging sapi yang mereka bawa untuk disantap bersama.

Rayna merasakan kehangatan keluarga saat bersama mereka. Entah mereka tulus atau tidak, tapi Rayna merasa seperti di rumah. Dia melihat Ferdad yang juga tampak senang.

Apakah mereka juga bersekongkol dengan Ferdad untuk menjadikanku istri palsunya? Batin Rayna.

Setelah membantu membereskan piring dan membersihkan dapur, mereka pun pulang. Rayna meminum segelas air. Setelah itu, dia ke kamarnya. Tidak ada Ferdad di dalam.

Rayna segera pergi ke ranjang dan tidur menghadap tembok. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Rayna tidak benar-benar tidur. Dia hanya berpura-pura tidur. Terasa beban berat di belakangnya. Beberapa saat kemudian sebuah tangan kekar memeluk perutnya dari belakang.

"Aku tahu kau pura-pura tidur," bisik Ferdad di telinga Rayna. Suara baritonnya membuat Rayna merinding.

Perempuan itu tidak menjawab.

"Sepatumu kotor, kau pergi ke mana selama aku tidak ada?" Tanya Ferdad.

Karena merasa dicurigai, Rayna berhenti berpura-pura tidur. Dia berbalik menatap Ferdad. "Aku pergi ke supermarket lalu ke taman."

"Benarkah?" Ferdad menatap curiga. "Tidak ada yang kau temui?"

"Kau mengira aku berselingkuh? Aku tidak mungkin berselingkuh. Aku hanya merasa bosan di rumah terus. Yang kulihat hanya dinding dan perabotan. Aku merasa seperti seorang tahanan yang disekap."

Mendengar ucapan Rayna, Ferdad mengecup keningnya. "Lain kali kita akan pergi jalan-jalan."

"Kemana?" Tanya Rayna.

"Kemana pun yang kau mau," jawab Ferdad sambil mendekatkan wajahnya.

Sesaat Rayna menahan dada Ferdad. Ada keragun di hati Rayna. Setelah tahu Ferdad bukan suaminya, dia tidak bisa melakukan hubungan intim dengan pria itu.

Karena mendapat penolakan, Ferdad menatap Rayna dengan tatapan bingung. Perempuan itu juga bingung harus beralasan apa untuk tidak melakukannya.

"Apa kau sedang menstruasi?" Tanya Ferdad.

Rayna menggeleng pelan. Setelah mendapat jawaban, Ferdad kembali mendekatkan wajahnya. Rayna terpaksa mengalah. Ferdad mengecup bibir Rayna dengan lembut.

Dia polisi... jika aku bilang kalau aku sudah tahu dia bukan suamiku, dia pasti membunuhku, sementara aku sedang lemah karena sakit kepala yang bisa kambuh kapan saja. Selain itu, aku belum tahu siapa aku dan aku harus pulang ke mana, batin Rayna.

Malam itu mereka melakukannya lagi.

☆★☆

06.09 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang