PVSA - 33

213 9 0
                                    

Ferdad membeku melihat bom di depannya. Gunawan dan Arghi datang. Mereka berdiri di depan pintu ruangan Ferdad. Mereka berdua tekejut melihat bom di meja Ferdad.

"Suruh semua orang keluar," kata Ferdad.

Gunawan dan Arghi segera melakukan perintah.

Ferdad membawa bom tersebut ke halaman belakang. Dia mencoba menjinakkannya dengan memotong kabel tertentu.

Sementara para polisi mengosongkan tempat di sekitar kantor polisi. Marla tampak khawatir. Gunawan menelan saliva karena cemas.

"Apa Pak Ferdad baik-baik saja? Kenapa kita tidak membantunya?" Tanya Bayu.

"Kita tidak bisa membantunya, jika kita membantunya yang ada kita mengganggu konsentrasinya. Pak Ferdad bisa menanganinya, karena dia mantan ketua tim dari AKPT," ucap Arghi.

Sementara Ferdad masih berkutik dengan bom.

** Flashback **

Ferdad memberikan surat pengunduran diri pada atasannya. "Ini di luar batas kemampuanku, Pak. Maafkan aku, aku tidak bisa melanjutkannya."

"Ferdad, kau ketua tim terbaik yang aku kenal. Sebaiknya kau memikirkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari AKPT."

"Aku sudah memikirkannya dengan matang," ucap Ferdad.

Akhirnya Ferdad keluar dari AKPT. Beberapa bulan kemudian, dia sedang berada di supermarket dan ada perampokan yang terjadi. Penjahat itu menyandera seseorang.

Karena merasa itu adalah tanggung jawabnya, Ferdad menolong sandera dan berhasil menyelamatkannya. Dia juga menangkap perampok itu.

Melihat kemampuan Ferdad, Septiawan menawarkan Ferdad bergabung dengan kepolisian, apalagi setelah dirinya tahu kalau Ferdad mantan AKPT.

Awalnya Ferdad menolak, tapi Septiawan meyakinkan Ferdad. Setelah memikirkannya dengan baik, akhirnya Ferdad pun bersedia direkrut menjadi polisi.

** End Flashback **

Bomnya berhenti menghitung mundur. Ferdad menghela napas leha.

Beberapa menit kemudian, Ferdad keluar dari kantor polisi. Para polisi di luar menoleh padanya.

"Pak Ferdad."

Ferdad menyuruh para polisi kembali bertugas. Mereka pun segera kembali ke tugas masing-masing.

"Gunawan lanjutkan yang tadi," suruh Ferdad.

"Baik, Pak."

"Mereka tinggal di rumah sewa dengan lokasi yang berbeda. Tapi, dalam map ini dituliskan jika mereka sering melakukan pertemuan di gedung terbengkalai bekas pabrik kertas," kata Bayu.

"Lihatlah, mereka menyamar dengan sempurna. Aku bahkan tidak tahu jika itu adalah Mark dan yang ini Aquene," kata Marla sambil menunjuk foto di map tersebut.

"Tidak hanya merampok dan membunuh orang, mereka juga pandai menyamar dan menipu, itu yang dikatakan anggota ARN yang tadi menemuiku," kata Ferdad.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang, Pak?" Tanya Arghi semangat.

"Kita tidak bisa menangkap mereka sekarang. Terakhir kali aku menangkap mereka segera setelah mengetahui lokasi mereka, tapi yang kudapat adalah rekan-rekanku tewas di depan mataku. Mereka bisa menghadapi serangan tiba-tiba. Tim mereka sangat kuat meskipun jumlah mereka sedikit," ujar Ferdad.

Gunawan, Marla, dan Arghi yang juga berada di lokasi saat penangkapan pertama terjadi menunjuk sedih mengingat insiden tersebut.

"Ini salahku, aku tidak becus menjaga teman-temanku. Sekarang dengarkan rencanaku." Ferdad menjelaskan rencananya. Gunawan dan yang lainnya mendengarkan.

Sementara itu, Rayna memasuki ruang kerja Ferdad. Tidak ada apa pun di ruangan itu. Hanya sebuah komputer tua. Rayna mencoba menghidupkannya. Komputer menyala dan beruntung tidak dikunci.

Rayna mencari lokasi yang dibisikkan Aquene waktu itu. Jaraknya tidak terlalu jauh. Rayna bisa sampai di tempat tersebut dengan taksi atau ojek online.

"Apa aku pergi saja ke sana?" Gumam Rayna.

Terdengar suara Ferdad. Tampaknya pria itu sudah pulang. Rayna segera beranjak dari kursinya. Dia mengintip lewat celah pintu. Terlihat Ferdad memasuki dapur.

Rayna segera keluar dari ruangan tersebut dan mengendap ke kamar.

"Rayna?" Ferdad tidak menemukan Rayna di dapur. Dia pergi ke kamar dan melihat Rayna sedang membaca buku dengan earphone di telinganya.

Ferdad tersenyum. Dia menaiki ranjang dan memeluk Rayna dari belakang. Rayna terkejut dan mendongkak menatap Ferdad.

"Kau membaca buku atau mendengarkan musik?" Tanya Ferdad.

Rayna melepaskan earphone dari telinganya. "Kau sudah pulang? Tumben hari ini kau pulang lebih awal."

"Kau tidak senang melihatku?" Tanya Ferdad.

"Bukan begitu, aku belum memasak," kata Rayna.

"Kita akan makan di luar, bersiaplah." Ferdad mengecup leher Rayna kemudian berlalu ke kamar mandi.

Rayna meletakkan buku yang barusan dia baca ke rak.

☆★☆

15.14 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang