PVSA - 35

241 14 0
                                    

"Jika mereka pandai menyamar, kenapa kita tidak?" Kata Ferdad.

Tempat tinggal Mark dan anggotanya sudah diketahui polisi. Beberapa polisi menyamar dan berlalu lalang mengawasi mereka. Tampaknya kali ini Ferdad sudah merencanakan strategi yang lebih matang.

Rayna datang ke kantor polisi. Dia memberikan kotak makan siang dan lebih banyak kue kering buatannya pada polisi depan.

"Tolong berikan ini pada Pak Ferdad, terima kasih."

Setelah kembali dari kantor polisi, Rayna kembali ke apartemen dan memasuki ruang kerja Ferdad. Dia melihat jalur tercepat menuju tempat yang dibisikkan Aquene waktu itu.

"Kita lihat ada apa di sana?" Rayna mengeluarkan kartu dari ponselnya kemudian dia mengambil jaket parka coklat miliknya lalu keluar.

Dia menyetop taksi.

Sesampainya di tempat tujuan, ternyata tempat tersebut adalah sebuah bangunan bekas pabrik kertas. Rayna memasuki bangunan tersebut. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sangat gelap. Dia menyalakan lampu senter dari ponselnya dan berjalan semakin ke dalam.

Ada sebuah pintu yang menggunakan sidik jari untuk membukanya. Selain sidik jari, tentunya pintu tersebut bisa dibuka dengan memasukkan sandi angka. Rayna mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, ternyata sebuah bedak tabur. Dia mengeluarkan bedak tabur tersebut ke tangan lalu meniupkannya ke tombol angka. Kini terlihat perbedaannya. Tidak terlalu banyak bedak yang menempel di tombol yang sering ditekan. Tentu sandinya ada di angka-angka tersebut.

Rayna melihat ada ranting berserakan di lantai. Dia mengambil satu ranting. Perempuan itu menggunakan ranting tersebut untuk menekan tombol angka di pintu. Dia mulai merangkai angka untuk membuka pintu itu. Terdengar suara tombol ditekan yang menggema di bangunan tersebut.

Setelah beberapa saat dan beberapa kali percobaan, akhirnya pintu itu berhasil dibuka. Rayna pun masuk. Ada komputer dan peralatan yang elektronik lainnya. Ruangan itu berbeda dengan ruangan lainnya di gedung tersebut. Ruangan itu tampak seperti ruang kerja.

Ada sebuah lemari yang terkunci. Karena tidak menggunakan sandi untuk membukanya, Rayna harus membukanya secara manual, yaitu menggunakan jepit rambutnya untuk membuka kunci lemari tersebut. Beberapa menit kemudian, dia berhasil membukanya.

Ada beberapa map di dalam lemari tersebut yang bertuliskan nama Ferdad Harrel. Rayna merasa sangat penasaran. Dia membuka isinya. Ternyata surat-surat penting yang ada di dalam map tersebut, seperti kartu keluarga, akta kelahiran, akta nikah. Tidak ada yang aneh sampai dia menemukan akta kematian yang bertuliskan namanya, Rayna Harrel.

Wanita bernama Rayna Harrel telah meninggal dunia sejak 3 tahun yang lalu. Sesaat perempuan itu tertegun. Dia segera membuka map lainnya. Rayna mulai merasa curiga. Dia menemukan sebuah foto pernikahan yang tentunya foto tersebut ada di rumahnya di peternakan.

Namun, serasa ada godam yang menghantam ulu hatinya. Perempuan di samping Ferdad bukan dirinya, melainkan Rayna yang asli. Sementara foto di peternakan bukanlah foto asli. Itu foto editan di mana wajah mendiang Rayna diganti dengan wajahnya.

Buliran bening itu mengalir dari matanya. Rayna menangis dalam diam. Pria yang selama ini dia percaya, yang selama ini dia cintai, dan yang selama ini dia anggap sebagai suaminya itu tak lebih dari orang asing. Perempuan itu belum tahu siapa dirinya. Dia harus segera menemukan identitas aslinya sebelum Ferdad melancarkan niat tersembunyi yang tidak diketahui Rayna.

☆★☆

23.51 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang