PVSA - 49

189 13 0
                                    

Septiawan membulatkan matanya melihat titik merah di layar tablet. "Apa ini benar-benar Nevra?"

Gunawan mengangguk. "Benar, Pak. Karena Mark marah pada Nevra, dia meninggalkan Nevra di gedung itu lalu meledakkannya. Jadi, Mark meninggalkan Nevra di sana."

"Aku tidak mengira rencana awalku gagal karena ingatan gadis itu kembali. Meskipun tidak jadi mendapatkan yang lainnya, setidaknya aku mendapatkan satu dari mereka," ucap Septiawan.

Gunawan mengangguk mengiyakan.

"Hari ini bawa tim ke lokasi untuk membantuku, tapi jangan bawa Ferdad. Jangan terlalu banyak membawa orang," kata Septiawan.

Gunawan menautkan alisnya. Tentu dia bisa membaca maksud dari Septiawan. Nevra benar, Pak Septiawan sangat egois. Dia memerintahkan misi ini pada Senior Ferdad hanya untuk kepentingannya sendiri. Dia tidak pernah sedikit pun memikirkan keselamatan para polisi lainnya. Meskipun Pak Ferdad dianggap pengecut dan lambat, setidaknya Pak Ferdad lebih menghargai nyawa rekannya.

"Tapi, Pak. Meskipun aku yakin keadaan Nevra sangat lemah karena ledakan, tapi kurasa lebih baik membawa banyak pasukan," ujar Gunawan.

Septiawan tampak berpikir. "Baiklah."

Setelah itu, Septiawan menemui Ferdad. "Karena kesalahan-kesalahanmu dalam bertugas, aku tidak bisa mempertahankan posisimu, Ferdad."

Ferdad mendengarkan dengan lapang dada. Dia tahu posisinya akan digeser, cepat atau lambat. Dia juga menyadari banyak sekali kesalahan-kesalahan yang telah dia perbuat selama menjabat.

Teman-teman Ferdad terkejut saat Septiawan mengganti kedudukan Ferdad dengan Gunawan. Tentu hal tersebut membuat Marla dan yang lainnya kecewa.

"Aku tidak mengira kau bisa selicik ini. Pak Ferdad kembali ke gedung yang sedang meledak itu untuk menyelamatkanmu dan kau malah menusuknya dari belakang," kata Arghi.

"Pelankan suaramu, Arghi. Sekarang dia atasan kita." Marla menepuk bahu Arghi.

"Aku tidak tahu Senior Gunawan akan melakukan ini. Awalnya aku mengagumimu, tapi sepertinya aku salah," ujar Bayu.

Andy menepuk bahu Bayu.

"Inikah sambutan kalian pada atasan baru?" Gerutu Gunawan.

Ferdad menatap Gunawan. Dia mengernyitkan dahinya. Ferdad tahu Gunawan bukan orang yang seperti itu. Gunawan tidak gila jabatan. Bahkan dulu Gunawan sangat mendukung Ferdad yang mau naik jabatan.

"Sore ini kita akan ke gedung terbengkalai itu lagi. Sepertinya ada seseorang yang tertinggal di sana," kata Gunawan dengan tatapan tertuju pada Ferdad.

Ferdad tampak khawatir. Dia tidak ingin seseorang yang dimaksud oleh Gunawan itu adalah Nevra.

"Kita semua akan kembali ke sana, kecuali Senior Ferdad. Sekarang kita rapat." Gunawan menepuk bahu Ferdad kemudian berlalu diikuti yang lainnya.

"Ah, ingin sekali aku menjitaknya agar kesadarannya kembali," gumam Arghi sambil mengekori Gunawan.

Saat Gunawan dan yang lainnya sedang rapat di ruangan lain, sementara Ferdad duduk di kursi bekas Gunawan.

"Pak, paket untukmu." Polisi depan memberikan sebuah paket.

"Panggil aku Ferdad saja, sekarang atasanmu Pak Gunawan," kata Ferdad.

Polisi itu termenung untuk sesaat. "Bagi kami kau tetap pemilik kedudukan tertinggi di kantor polisi ini."

Ferdad membuka paket tersebut. Gunawan dan yang lainnya keluar lalu pergi tanpa mengatakan apa pun pada Ferdad. Melihat gelagat aneh orang-orang itu, Ferdad merasa curiga. Ternyata paket tersebut isinya adalah sebuah surat.

"Jika isinya hanya amplop surat, kenapa dibungkus dalam kotak seperti ini?" Ferdad membacanya. Kedua matanya membelalak setelah membaca surat itu. Dia segera mengambil jaketnya kemudian keluar dan menghampiri polisi depan yang tadi memberikan paket padanya.

"Boleh aku minta tolong?" Tanya Ferdad.

"Tentu, Pak."

"Apa aku boleh meminjam mobilmu?"

☆★☆

18.54 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang