PVSA - 40

212 11 0
                                    

Ferdad melihat pintu dan membukanya. Dia menodongkan pistolnya ke segala arah. Kedua matanya terbelalak lebar melihat beberapa polisi bergeletakkan tak bernyawa.

Nevra di tangga lantai dua menoleh pada Ferdad yang tiba-tiba datang dan tidak menyadari keberadaannya.

Dor!

Tiba-tiba tembakan melesat ke arahnya. Ferdad segera bersembunyi di balik pilar. Darah segar mengalir dari lengan, paha, dan betisnya.

Nevra membidik ke arah dinding tempat Ferdad bersembunyi dengan senapannya.

Dor!

Ferdad memasukkan peluru ke pistolnya. Dia menembak ke arah gadis itu, tapi gadis itu lebih cepat dan berhasil menembak lengan satunya.

"Hhh." Ferdad memegang lengan satunya yang berdarah.

Nevra menegakkan tubuhnya. Gadis itu tampak berbeda. Selain tatapannya yang tajam, dia juga tidak terlihat memiliki belas kasihan.

"Apa yang kau harapkan dari misi ini? ARN saja tidak mampu menangkap kami. Apalagi kalian," ucap Nevra.

Ferdad melihat beberapa rekannya sudah tewas bergeletakan karena kecerobohannya.

"Seharusnya kau tahu posisimu." Nevra melemparkan senapannya, karena pelurunya habis. Dia berjalan menuruni tangga berlumut itu menghampiri Nevra.

Ferdad keluar dari persembunyiannya dan menodongkan pistol ke arah Nevra.

Mata Ferdad terbelalak lebar karena tidak ada Nevra di sana. Saat berbalik, pukulan keras yang dia terima di wajahnya. Perkelahian pun tak terelakkan.

Nevra menusuk bahu Ferdad dengan pisau belati. Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh kemarahan.

"Kau mau mati yang cepat atau perlahan?" Bisik Nevra di telinga Ferdad.

Ferdad menarik tangan Nevra yang digunakan untuk menusuk bahunya. Lalu pria itu membanting tubuh Nevra ke lantai. Tidak tinggal diam, Nevra membelit kaki Ferdad dengan kakinya. Karena kaki dan paha Ferdad terluka, dia juga jatuh.

Nevra mencabut belati dari bahu Ferdad dan mencoba menusuk perut pria itu dengan belati tersebut.

Nevra mencabut belati dari bahu Ferdad dan mencoba menusuk perut pria itu dengan belati tersebut. Tapi, Ferdad nekat menahan pisau tersebut dengan tangannya. Darah mengalir dari tangan Ferdad.

Pertarungan antara assassin dan mantan AKPT itu berlangsung lama.

Nevra menindih Ferdad. Perempuan itu berusaha menusuk dari atas. Sementara Ferdad yang di bawahnya segera membalikkan posisi di mana Nevra menjadi berada di bawahnya.

"Euh!" Nevra berontak saat Ferdad akan memborgolnya.

Ferdad membalik tubuh Nevra dan menekan pinggang gadis itu dengan lututnya. Kemudian menarik tangan Nevra ke belakang dan memborgolnya.

Baru sebelah tangan yang diborgol, Nevra menggerakkan kakinya menendang paha belakang Ferdad dengan tumitnya. Ferdad berteriak dan tersungkur ke samping. Dia melihat pisau di tumit sepatu Nevra yang barusan menusuk paha bagian belakangnya.

Nevra berdiri sambil menatap Ferdad. Meskipun Ferdad dalam keadaan lemah, Nevra tidak yakin menang melawannya. Sehingga gadis itu memilih pergi.

Ferdad mengeluarkan pistol lain dari balik jaketnya. Dia menembak kaki Nevra. Gadis itu jatuh terjungkal ke bak pewarna yang besar.

Melihat itu, Ferdad segera bangkit dan berjalan tertatih ke bak pewarna tersebut untuk menolong Nevra. Dia melihat Nevra bergelantungan memegangi batu di pinggir bak. Ferdad mengulurkan tangannya pada Nevra.

Nevra tidak kunjung meraih tangan Ferdad. Lama-lama pegangannya terlepas. Dia hampir jatuh jika Ferdad tidak segera meraih tangannya.

Ferdad menarik Nevra ke atas dan dia memukul titik kesadaran gadis itu.

Para polisi berhasil menangkap 2 buronan, tapi mereka kehilangan puluhan polisi yang tewas dalam penangkapan itu. Sisanya mendapatkan luka serius.

Hal tersebut membuat Ferdad tertekan dan merasa bersalah.

☆★☆

08.16 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang