PVSA - 32

216 13 0
                                    

Rayna pergi ke rumah sakit dan dia mendapatkan hasil analisis obatnya. Seperti yang dikatakan Ferdad. Obat itu berbahaya jika terus dikonsumsi olehnya.

Namun, Rayna masih memiliki keraguan tentang siapa dirinya. Apakah dirinya benar-benar istri Ferdad atau bukan. Awalnya dia yakin kalau dirinya memang istri Ferdad, tapi kejadian semalam mengatakan hal lain. Dia ingat rasa sakit saat pertama kali berhubungan intim yang dia rasakan semalam.

Dia harus mencaritahu sendiri.

Sementara itu, para polisi sedang mengawasi layar komputer yang terhubung dengan seluruh CCTV seperti biasa.

"Pak Ferdad, seseorang dari ARN ingin menemuimu."

Ferdad keluar dari ruangan tersebut. Dia melihat seorang pria berjas abu-abu sedang duduk di kursi tunggu.

"Permisi?" Sapa Ferdad.

Pria itu menoleh. Dia berdiri seraya tersenyum. "Oh, selamat pagi, Pak."

"Pagi, mari masuk." Ferdad mempersilakan pria itu memasuki ruangannya.

"Namaku Devansa Hermawan, anggota ARN." Pria bernama Devan itu mengulurkan tangannya.

Ferdad pun bersalaman dengan Devan. "Ferdad Harrel."

"Langsung saja ke intinya. Aku adalah ketua tim yang sebelumnya menangani misi penangkapan Mark dan teman-temannya, tapi aku gagal beberapa kali dan itu membuat anggota timku tewas satu per satu melawan mereka. Karena hal tersebut, atasanku menonaktifkanku dan atasanmu mengambil alih misi ini," jelas Devan tanpa berbasa-basi.

Ferdad mendengarkan dengan serius. Dia pun bersuara, "Kenapa mereka sangat pandai bersembunyi? Mereka benar-benar sulit ditemukan. Kadang-kadang mereka muncul dan tiba-tiba menghilang begitu saja. Bahkan CCTV kami tidak menemukan mereka."

"Mereka tidak bersembunyi, mereka menyamar," sanggah Devan. "Mereka tidak menyamar seperti di TV. Mereka benar-benar menyamar dengan identitas palsu dan penampilan yang palsu juga. Kau tidak akan mengenali mereka meskipun mereka berada di depan matamu."

Ferdad tertegun untuk sesaat. "Lalu kenapa ARN tidak memberikan informasi penting pada kami? Kenapa kalian menguburnya sendiri untuk kepentingan kalian?"

"Kami tidak pernah menyembunyikan informasi sekecil apa pun dari kalian. Kami memberikan semua informasi yang kami punya pada atasan kalian. Kalian bisa menanyakannya pada atasan kalian," bantah Devan.

Ferdad tampak berpikir. Jadi, selama ini Pak Septiawan yang menyembunyikan informasi tentang mereka? Apa tujuannya yang sebenarnya?

Ferdad teringat sesuatu. Septiawan pernah memberikan map berisi data pribadi tentang Rayna. Hal detail pun tertera di sana. Seharusnya waktu itu Ferdad sudah curiga.

Devan menatap Ferdad. Dia memberikan map berwarna merah. "Semua data yang kau butuhkan ada di sini. Kau bisa menghubungi ARN untuk mencariku."

Ferdad mengangguk. "Terima kasih."

"Kudengar kau mantan AKPT. Sejujurnya aku juga mantan AKPT. Dengan meninggalkan AKPT dan memilih bekerja untuk kepolisian, kau membuat keputusan yang besar."

Setelah mengatakan itu, Devan pergi. Ferdad tidak terlalu memperdulikan apa yang diucapkan oleh Devan. Dia segera melihat isi dari map merah tersebut. Kedua matanya terbelalak melihat isinya. Ternyata identitas palsu milik para penjahat itu semuanya tertera di sini.

"Gunawan." Ferdad segera ke ruangan pengawasan. Dia menghampiri Gunawan dan mberikan map merah tersebut padanya.

"Ini apa, Pak?" Tanya Gunawan.

"Cari lokasi ini. Kita akan berburu hari ini juga."

Gunawan mengangguk dan segera mencari lokasi dari data di map merah tersebut.

"Pak, lokasi terakhir salah seorang dari mereka adalah kantor pengiriman paket," kata Ferdad.

Mendengar itu, kedua mata Ferdad terbelalak. Dia segera berlari ke ruangannya dan melihat paket yang pagi ini dia terima.

Dia segera membukanya dan ternyata isinya bom yang aktif menghitung mundur. Ada surat juga di dalamnya.

Ferdad Harrel, kudengar dulu kau mantan AKPT. Mungkin kau bisa menjinakkan yang satu ini. Mark.

☆★☆

08.06 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang