PVSA - 08

269 14 0
                                    

Keesokan paginya, Rayna bangun. Dia terkejut melihat wajah Ferdad yang begitu dekat dengan wajahnya. Pria itu tampak begitu tampan saat tertidur. Perlahan tangan Rayna bergerak menyentuh wajah Ferdad.

Rayna membatin, dia suamiku, dia sangat tampan. Apa aku boleh menciumnya?

Tatapan Rayna tertuju pada bibir Ferdad. Dia pun mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir pria itu sebentar kemudian menatapnya lagi. Tiba-tiba Ferdad membuka matanya. Rayna terkejut, wajahnya langsung memerah, karena kedapatan mencuri ciuman saat Ferdad tertidur.

"A-aku membangunkanmu, ya?" Rayna tampak gugup.

Tiba-tiba Ferdad membungkam mulut Rayna dengan ciumannya. Perempuan itu agak terkejut. Ferdad menatapnya ketika bibir mereka berdatu. Rayna segera menutup kedua matanya karena malu. Dia membalas ciuman Ferdad.

Mereka berciuman cukup lama. Ferdad mendorong pelan Rayna agar telentang. Dia menindih perempuan itu. Rayna memeluk leher dan mengelus rambut Ferdad yang acak-acakan.

Ciuman Ferdad turun ke leher. Rayna menahan napas sambil memeluk leher pria itu.

Ferdad menarik kerah baju Rayna dengan mudahnya hingga kancing baju perempuan itu berhamburan ke lantai. Ferdad mencium dada Rayna. Dia mengabaikan tato di dada kiri Rayna.

"Sayang." Rayna menggigit bagian bawah bibirnya, karena ciuman Ferdad semakin turun.

Tiba-tiba ponsel Ferdad berdering. Mereka berdua terkejut. Ferdad segera mengangkat panggilan dari Gunawan.

Rayna memperhatikan Ferdad yang sedang berbicara dengan orang lewat panggilan di ponselnya.

"Pak? Pak Ferdad di mana? Pak Septiawan datang ke kantor."

Ferdad menyibakkan rambutnya yang berantakan ke belakang. "Sebentar, aku akan segera berangkat!"

"Bapak keasyikan main dengannya, ya?"

Ferdad melirik Rayna yang menatapnya penuh tanya. "Tutup mulutmu, Gunawan! Aku akan mencekikmu saat aku tiba!"

"Ampun, Pak."

Ferdad mengakhiri panggilannya secara sepihak. Setelah mandi, Ferdad memakai pakaian rapi. Rayna menghampiri pria itu dan membenarkan dasinya. Ferdad membiarkan Rayna melakukannya.

"Apa polisi tidak pernah memakai seragam saat bekerja? Terakhir kali aku melihatmu memakai seragam saat aku bangun dari koma," tanya Rayna.

"Seragam polisi digunakan untuk upacara dan pertemuan penting. Sementara di hari biasa kami menggunakan pakaian biasa. Oh, iya, satu lagi, seragam polisi digunakan saat upacara pemakaman sesama polisi," jawab Ferdad.

"Apakah waktu kau datang ke rumah sakit, kau baru selesai melaksanakan upacara?" Tanya Rayna.

Ferdad menatap Rayna. "Waktu itu aku baru pulang dari upacara pemakaman rekanku yang gugur."

Rekan-rekanku yang tewas karenamu. Kau yang membunuh mereka, Rayna, batin Ferdad.

Rayna menatap Ferdad. Ada sesuatu yang tersirat dari tatapan pria itu. Rayna menyadari hal tersebut tentunya, meskipun dia tidak tahu apa maksud dari tatapan itu.

"Aku berangkat dulu. Jangan tunggu aku pulang, karena beberapa hari ke depan aku sangat sibuk. Jangan kemana-mana, ya. Kalau membutuhkan sesuatu kau bisa menghubungiku. Aku akan menyuruh orang membantumu," kata Ferdad.

Rayna mengangguk. "Hati-hati di jalan. Jangan lupa makan siang saat istirahat."

Ferdad mengangguk. Dia berlalu, tapi Rayna menarik lengannya. Pria itu menoleh. Kecupan hangat mendarat di bibir pria itu. Ferdad melihat Rayna benar-benar mencintainya. Ya, Rayna yang mengira Ferdad adalah suaminya tidak tahu kalau Ferdad memiliki niat tersembunyi.

"Aku pergi." Ferdad mengusap rambut Rayna kemudian memasuki mobilnya.

Rayna menatap mobil Ferdad yang melaju meninggalkan peternakan.

☆★☆

09.13 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang