PVSA - 42

202 11 0
                                    

Karena harus bertugas di malam hari, apalagi ada dua buronan di kantor polisi, Ferdad tidak bisa pulang. Dia mandi di kantor polisi dan berganti pakaian. Air dingin membasahi luka-luka di sekujur tubuhnya. Setelah mandi, dia memakai kaos panjang berwarna hitam dan celana selutut berwarna senada. Dia melihat luka tembakan di betis dan kakinya.

"Besok juga sembuh," kelakarnya. Dia pergi ke ruangan interogasi tempat Han berada.

"Kau tetap ingin diam?" Ferdad duduk berhadapan dengan pria itu. "Mark dan teman-temannya yang meninggalkanmu pasti sedang bersenang-senang di luar sana sekarang. Kau tidak sedih ditinggalkan mereka?"

Han menatap tajam pada Ferdad. "Kau mau aku mengkhianati Mark?"

Ferdad tampak berpikir. "Lebih dari itu. Aku ingin kau membawa Mark dan yang lainnya padaku."

"Itu tidak akan terjadi."

"Kau sama keras kepalanya seperti gadis itu," ucap Ferdad kemudian berlalu menghampiri Arghi dan Frizki yang berjaga di luar.

"Beri dia makan tapi jangan pakai sendok besi. Sendok plastik saja," kata Ferdad pada kedua orang itu.

"Baik, Pak."

Ferdad beralih pada ruangan interogasi Nevra. Marla dan Gunawan berjaga di depan ruang interogasi tersebut.

"Masih diam?" Tanya Ferdad.

Gunawan dan Marla mengangguk berbarengan.

"Kami sudah memberinya makan," ucap Marla.

Ferdad pun masuk dan melihat makanan di meja yang masih utuh. "Kau tidak lapar?"

"Bagaimana caraku makan sementara tanganku diborgol ke belakang. Kau benar-benar tidak adil, Han diborgol di depan," ucap Nevra.

"Jangan banyak protes." Ferdad menyodorkan sendok berisi makanan ke mulut Nevra.

Gadis itu tampak berpikir. Sebenarnya dia kelaparan ditambah ingin ke toilet. Dia pun membuka mulutnya.

"Setelah selesai makan, kau harus beritahu di mana Mark dan yang lainnya atau kau akan dihukum gantung berdua dengan Han," kata Ferdad. "Kau tidak mau mati sendirian, kan? Maka ajak teman-temanmu juga."

"Perkataanmu membuatku tidak bernapsu," ujar Nevra.

Setelah menghabiskan makanan pun Nevra tidak mau memberitahu apa pun yang dia ketahui.

Keesokan harinya, Septiawan datang menemui Ferdad. "Kau sudah mendapatkan informasi dari kedua buronan itu?"

"Mereka tidak mau membuka mulut," jawab Ferdad.

"Kau kurang tegas pada mereka." Septiawan tampak kesal. Dia memasuki ruang interogasi Han. Tiba-tiba dia mencekik leher Han dan membantingnya.

Frizki dan Arghi terkejut dengan apa yang dilakukan Septiawan. Mereka menoleh pada Ferdad yang diam saja.

"Kau tidak mau buka mulut?" Septiawan menampari wajah Han.

Sementara Nevra sudah tidak tahan. Dia memanggil Gunawan yang sedang berjaga sendirian.

"Pak Polisi, tolong aku."

"Kenapa?"

"Aku mau pipis," mohon Nevra.

Gunawan membawa Nevra ke kamar mandi. Di kamar mandi, Nevra mengeluarkan pisau yang sangat kecil dari mulutnya lalu membuka borgol tersebut menggunakan pisau kecil itu. Dia pun segera buang air kecil.

Karena tak kunjung keluar dari kamar mandi, Gunawan membuka pintunya tiba-tiba pukulan keras mendarat di wajahnya. Nevra dan Gunawan harus berkelahi di mana Nevra berhasil memukul titik kesadaran Gunawan.

Nevra mengambil pistol dan peluru dari Gunawan kemudian mencari ruang interogasi Han. Sambil menyelinap, dia melumpuhkan para polisi di kantor tersebut.

Assassin itu pun menemukan ruang interogasi Han kedua matanya terbelalak melihat Han dipukuli oleh Septiawan. Nevra meretas sistem listrik di kantor polisi itu membuat semua lampu di gedung kepolisian padam.

☆★☆

16.31 | 22 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang