PVSA - 02

391 13 0
                                    

Marla menunjukkan laporannya pada Septiawan. "Tampaknya Rayna menguasai 9 bahasa, termasuk Inggris dan Indonesia, Pak."

Septiawan melihat hasil interogasi yang dilakukan Marla terhadap Rayna. "Dia bisa berbicara dengan 9 bahasa?"

"Saat aku menunjukkan beberapa abjad dari bahasa asing, dia bisa mengejanya dengan baik. Aku rasa dia memang bisa berbicara menggunakan bahasa asing," jawab Marla.

Septiawan mengangguk mengerti. "Besok kita akan menghadiri upacara pemakaman Bella, Sandi, dan Irwan."

Marla terlihat sedih. "Siap, Pak."

Sementara itu, Ferdad dan Rayna telah sampai di rumah mereka yang berada di tengah-tengah peternakan. Rayna mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Jarak antar rumahnya dengan tetangga sangat berjauhan.

Pandangan Rayna teralihkan pada rumah bertingkat dua sederhana bercat putih di depannya. Rumah tersebut tampak nyaman dihuni. Rayna tidak mengira selama ini dia tinggal di desa bersama suaminya. Tinggal jauh dari kebisingan kota bukanlah pilihan yang buruk.

Ferdad merangkul pinggang istrinya. "Ayo, kita masuk."

Rumah tersebut tampak bersih. Semua peralatan dan perabotan rumah tertata rapi. Ada foto pernikahan yang besar di ruang tamu. Dalam foto tersebut, Ferdad dan Rayna tampak tersenyum bahagia.

"Aku mau mandi dulu, ya. Silakan berkeliling, semoga rumah ini mengingatkan kenangan kita." Ferdad berlalu.

Rayna pun berkeliling melihat situasi di rumah tersebut. "Tempat ini sangat nyaman."

Di lantai satu ada ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan dua kamar. Rayna mencoba mengingat kenangan apa saja yang pernah dia alami di rumah itu. Tapi, tidak ada satu pun ingatan yang terbesit di kepalanya.

Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi di lantai atas. Tampaknya Ferdad sedang mandi. Rayna menaiki tangga menuju ke ruangan di lantai dua. Di lantai dua ada dua kamar dan satu kamar mandi yang sengaja terpisah dari kamar. Ada satu ruangan lagi yang merupakan ruang kerja milik Ferdad.

"Kamarku yang mana, ya?" Gumam Rayna.

"Yang ini kamar kita," ucap Ferdad yang tiba-tiba sudah berada di belakang Rayna. Pria itu membuka pintu kamar tepat ketika Rayna berdiri di depan pintunya.

Di jarak sedekat itu, Rayna mencium aroma maskulin yang menyegarkan dari tubuh Ferdad yang baru selesai mandi itu. Ferdad hanya mengenakan handuk putih yang terlilit di pinggangnya. Rambut pria itu tampak masih basah. Tetesan air dari rambutnya menetes ke bawah.

"Oh, ini...." Rayna menjadi gugup. Dia merasa berbicara dengan orang asing. Padahal pria itu adalah suaminya.

"Kau tidak mau mandi?" Tanya Ferdad.

"Oh, iya." Rayna berlalu.

"Kamar mandinya di sana." Ferdad menunjuk ke arah sebaliknya.

"Oh iya, aku lupa... emm... maksudku tidak tahu." Rayna segera masuk ke kamar mandi.

Ferdad memutar bola matanya kemudian memasuki kamar.

Di kamar mandi, Rayna membuka seluruh pakaiannya. Dia pun mandi dengan santai.

"Airnya dingin sekali." Rayna kedinginan. Setelah selesai mandi, dia segera mengambil jubah mandi dan pergi ke wastafel untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Setelah selesai mencuci muka, Rayna menatap pantulan wajahnya di cermin. Perempuan itu mengerutkan dahinya melihat ada sesuatu yang berwarna hitam di atas dadanya yang sebelah kiri. Ketika dia membuka jubah mandinya, dia terkejut karena ada tato kecil di sana. Setelah dilihat-lihat, tato tersebut ternyata tato bunga.

"Apa ini tato sungguhan?" Rayna menyentuh tato tersebut dan mencoba menghapusnya. Tapi, tato tersebut tidak bisa dihapus. Rayna kembali menatap pantulan dirinya di cermin.

Di kamar, Ferdad sedang melihat resep obat yang diberikan dokter untuk Rayna agar diminum secara rutin. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar.

Ferdad menoleh. "Apa kau perlu mengetuk pintu?"

Rayna masuk dengan ekspresi khawatir. Ferdad mengernyit bingung.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," kata Rayna dengan suara bergetar.

Apa dia sudah mengingat semuanya? Batin Ferdad. Pria itu pun bertanya, "Kau ingin menanyakan apa?"

Tiba-tiba Rayna melepaskan jubah mandinya. Ferdad agak terkejut melihat Rayna tiba-tiba telanjang bulat di depannya, tapi dia segera mengontrol ekspresinya.

"Kenapa ada tato di sini?" Rayna menunjuk dadanya yang sebelah kiri.

Ferdad tampak berpikir. Rayna menghampiri suaminya. Dia duduk di samping pria itu. Ferdad menelan saliva. Dia tidak ingin lepas kendali.

"Apa kau tidak tahu?" Rayna tampak bingung.

Ferdad melihat tato itu sebentar kemudian dia memakaikan kembali jubah mandinya menutupi tubuh Rayna.

"Kau memiliki tato tersebut sebelum menikah denganku," ucap Ferdad.

Rayna tampak berpikir. "Oh."

☆★☆

10.59 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang