PVSA - 12

250 13 0
                                    

Ferdad menghentikan mobilnya di depan rumah bercat biru muda. Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Meskipun rumah di tempat itu berdekatan, tapi daerah tersebut tampak begitu sepi.

"Jangan katakan padanya kalau aku terluka dan masuk rumah sakit. Sebenarnya dia tidak tahu kalau aku adalah seorang polisi." Ucapan Gunawan masih terngiang di telinganya.

Ferdas turun dari mobil sambil membawa sekeranjang buah naga. Dia mengetuk pintu rumah bercat biru tersebut.

"Sebentar!" Terdengar suara wanita dari dalam rumah itu.

Beberapa detik kemudian, pintu pun dibuka oleh seorang wanita cantik. Perutnya tampak sedikit menonjol.

Ferdad memberikan keranjang buah naga yang dia bawa pada wanita itu. "Gunawan menitipkannya padaku. Dia juga bilang agar kau jangan tidur terlalu larut."

"Kenapa dia selalu mengingkari janjinya. Dia bilang dia akan datang malam ini." Wanita itu mengelus perutnya.

Ferdad tertegun sesaat. Setelah wanita itu mengucapkan terima kasih, Ferdad kembali ke mobil. Dia tampak berpikir.

"Wanita tadi sedang mengandung? Gunawan, kan, belum menikah. Ah, Gunawan benar-benar brengsek. Bagaimana bisa dia menghamili anak orang?" Ferdad menghidupkan mobilnya lalu pergi.

Dalam perjalanan, tiba-tiba dia teringat pada Rayna, mendiang istrinya.

** Flashback **

Rayna sedang memilih pakaian bayi. Sesampainya di rumah, dia menunjukkan pakaian bayi itu pada Ferdad.

Ferdad tersenyum kecil.

Namun, nyatanya Rayna tidak pernah mengandung. Dia hanya berangan-angan. Rayna membeli pakaian bayi hanya untuk menghibur dirinya sendiri.

** End Flashback **

Ferdad tersenyum sendu. "Kau pasti sedang menungguku di sana, Rayna. Aku pasti akan menyusulmu, tapi tidak sekarang."

Sementara itu, Gunawan sedang tidur di ruang rawatnya yang gelap, karena lampu dimatikan agar dirinya bisa tidur nyenyak. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ruangan tersebut. Kedua matanya terbuka. Pria itu melihat bayangan lewat celah di bawah pintu. Ada seseorang yang berdiri di depan pintu.

Pintu pun dibuka. Seorang dokter masuk. Dia tersenyum hangat pada Gunawan. "Kau belum tidur?"

Gunawan menggeleng. Dokter itu memeriksa selang infus. Gunawan melihat ke bawah. Dokter itu memakai sepatu boots hitam. Gunawan menghela napas berat.

"Kau sudah tahu?" Tiba-tiba dokter menyerangnya dengan pisau.

Gunawan segera menghindar. Dia mengangkat tiang infus dan menggunakannya sebagai senjata melawan pria yang menyamar menjadi dokter itu.

"Sepertinya pisauku sedikit berkarat. Seharusnya kau mati seperti temanmu," kata pria itu.

Gunawan tercengang. Ternyata pria di depannya adalah pria yang sama yang menyamar menjadi pria tua dan berakting seolah disandera oleh wanita itu kemarin.

"Kau... kau yang telah membunuh Frizki!" Gunawan terlihat marah.

Pria itu tersenyum. "Dan kau akan menyusulnya."

Terjadi perkelahian yang tidak imbang, karena kondisi Gunawan sangat lemah akibat serangan pria itu kemarin. Sekarang lagi-lagi pria itu memberikan banyak luka sayatan.

Saat pria itu akan menusuk Gunawan, Ferdad datang dan menerjang wajah pria itu.

"Sekarang tidak akan aku biarkan." Ferdad menembak dada pria itu hingga tersungkur, tapi dia bangkit akan menyerang Ferdad.

Namun, Ferdad menendang kursi ke arah pria itu membuatnya terjungkal. Ferdad menodongkan pistolnya ke wajah pria itu dan....

Dor!

Darah terciprat ke wajah Ferdad. Gunawan menghela napas lega.

Ferdad menyalakan lampu. Dia membantu Gunawan berdiri lalu membaringkannya ke ranjang. Dia langsung menelepon seseorang. "Arghi, datanglah ke Danuarga Hospital. Ada mayat yang perlu dievakuasi."

Gunawan melihat mayat pria yang tadi menyerangnya.

Ferdad menoleh pada Gunawan. "Pacarmu sedang mengandung, kan? Aku tidak akan membiarkan calon anakmu kehilangan ayahnya."

☆★☆

20.44 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang