Jam menunjukkan pukul 11 malam. Ferdad sudah selesai dengan pekerjaannya. Dia berniat pulang ke rumah. Saat dia menjalankan mobilnya melewati gerbang, Marla melambaikan tangannya.
Ferdad berhenti dan menurunkan kaca mobilnya. "Ada apa, Marla?"
Marla tampak tersipu. Dia tersenyum dengan kedua pipi memerah. "Apa aku boleh minta tolong. Ayahku tidak datang menjemput. Apa Pak Ferdad tidak keberatan mengantarku pulang?"
Ferdad tampak berpikir kemudian menganggukkan kepalanya. "Masuklah."
Marla tersenyum kemudian masuk ke mobil Ferdad. Di dalam perjalanan, keduanya sama-sama diam.
Marla melirik Ferdad. Karena merasa canggung, dia pun mengajak Ferdad berbicara. "Apa Pak Ferdad tidak berniat berkencan dengan seseorang?"
Ferdad menoleh sebentar pada Marla. "Aku belum ada rencana."
Marla ber-oh-ria.
"Apakah tidak ada gadis yang membuat Pak Ferdad jatuh hati?" Tanya Marla lagi.
"Aku sedang tidak ingin berpacaran. Seperti yang kau tahu, kita sedang sibuk mengurus misi besar ini," kata Ferdad.
Marla mengangguk mengerti.
"Eh, ngomong-ngomong, terima kasih sudah membuatkan foto editan pernikahanku dengan Rayna," ucap Ferdad.
Marla tersenyum. "Sama-sama."
"Tanpa foto-foto itu, Rayna akan kebingungan," ucap Ferdad.
Marla mengedarkan pandangannya ke jalanan. "Pak, kita mampir dulu di restoran itu, ya. Aku sangat lapar."
"Kita?" Tanya Ferdad.
"Iya, aku akan mentraktir Pak Ferdad, please." Marla menunjukkan puppy eyes yang menggemaskan.
"Hhhh, baiklah."
Ferdad dan Marla makan malam di restoran tersebut. Setelah itu, Ferdad meminta Marla menemaninya ke sebuah toko smartphone. Dia menyuruh Marla memilih smartphone yang bagus menurutnya. Marla menunjuk salah satu smartphone keluaran baru.
Ferdad membeli dua smartphone yang sama. Satu untuk Marla dan yang satunya lagi dia bawa pulang.
"Terima kasih, Pak. Kenapa malah merepotkan, ya." Wajah Marla sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Bukan apa-apa. Terima kasih sudah memilihkan ponsel untukku," kata Ferdad.
"Kudengar Pak Ferdad baru membeli smartphone bulan lalu. Apa sudah rusak?" Tanya Marla.
"Sebenarnya ponsel ini untuk Rayna," ucap Ferdad.
Marla tertegun sejenak lalu tersenyum kaku. "Oh, begitu."
Setelah melakukan pembayaran, Ferdad mengantarkan Marla sampai ke rumahnya.
Mobil Ferdad meninggalkan tempat tinggal Marla. Gadis itu bersorak senang, karena baru saja dia makan malam bersama Ferdad, pria yang sangat dia cintai semenjak dia menjadi junior di kepolisian. Ferdad memang senior yang galak, tapi Marla tetap menyukainya.
Ferdad sudah sampai di peternakan. Dia menghela napas berat. "Semenjak rumahku pindah ke peternakan, rasanya pantatku tepos duduk dan menyetir sejauh ini."
Pria itu memarkirkan mobilnya di garasi. Kemudian dia memasuki rumah. Ferdad melihat Rayna tertidur dengan kepala terlelap di kedua tangannya yang terlipat di atas meja makan. Ada banyak makanan di meja.
Melihat itu, Ferdad teringat pada mendiang istrinya yang selalu menyajikan makanan untuknya. Saat dia pulang, mereka akan makan malam bersama.
Semilir angin membangunkan Rayna. Perempuan itu melihat Ferdad yang sudah berdiri di depan pintu. "Sayang, tolong tutup pintunya. Cuaca hari ini sangat dingin."
Ferdad membeku mendengar Rayna memanggilnya sayang. Pria itu pun segera menutup pintu.
"Ayo, kita makan." Rayna tersenyum cantik.
Ferdad mencicipi masakan Rayna. Wajahnya langsung pucat. Berapa bungkus garam yang dia masukkan ke dalam sop ayam ini?
"Bagaimana, bagaimana? Apa rasanya enak?" Tanya Rayna penasaran.
Ferdad tersenyum kecut. "Iya, aku menyukainya."
☆★☆
14.06 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS ASSASSIN
ActionPOLICE VS ASSASSIN by Ucu Irna Marhamah Rayna mengalami amnesia setelah menjadi korban kecelakaan mobil. Dia koma selama 2 minggu. Ferdad, suaminya yang merupakan seorang polisi datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Sayangnya Rayna tidak mengen...