PVSA - 39

201 13 0
                                    

Melihat BIN dan ARN tidak berhasil menangkap penjahat internasional itu, Septiawan merasa jika ini adalah peluang baginya. Dia ingin menangkap mereka semua untuk menaikkan jabatannya. Dengan meminta data-data berupa informasi penting dari ARN, Septiawan mengetahui siapa saja orang-orang itu. Dia menyimpan informasi itu sendirian dan merintahkan Ferdad Harrel bersama timnya menangkap para penjahat itu di lokasi yang sudah dia dapatkan dari ARN, yaitu sebuah gedung terbengkalai bekas pabrik tekstil.

Ferdad Harrel cukup terkenal di mata para polisi lainnya. Selain karena dia mantan AKPT, dia juga tidak pernah gagal dalam misi penangkapannya.

Saat dia mendapatkan tugas menangkap Mark dan kawan-kawannya, dia merencanakan sebuah strategi.

Namun, tampaknya Ferdad pun mendapatkan masalah saat mengepung mereka di gedung terbengkalai itu.

Mark dan teman-temannya sedang merencanakan pelarian ke luar negeri sesegera mungkin. Mereka berniat membeli sebuah jet atau semacamnya untuk bisa pergi dari Indonesia. Tapi, karena mereka sudah dikenal sebagai buronan ditambah lagi Covid-19 yang kian meradang, mereka tidak bisa naik pesawat bersama penumpang lain.

Mendengar suara sirine polisi dan peringatan dari luar gedung, mereka saling pandang.

"Gedung ini sudah dikepung. Keluarlah dengan tangan di belakang kepala!"

"Apa mereka mengirim polisi?" Gumam Mark.

"Apa yang harus kita lakukan, Mark?" Tanya Evan.

"Kalian sudah tahu tentunya apa yang harus kalian lakukan," jawab Mark sambil memasukkan peluru ke dalam pistolnya.

Karena para penjahat itu tidak kunjung keluar, Ferdad memerintahkan para polisi untuk masuk dan menangkap ke-9 buronan itu.

Mereka tidak tahu, siapa yang sedang mereka hadapi. Perkelahian antara polisi dan buronan pun terjadi. Karena ada assassin di antara para buronan itu, beberapa polisi harus meregang nyawa.

Aquene berkelahi melawan Marla. Keduanya sama-sama petarung jarak dekat. Mereka imbang. Frizki, Arghi, dan Gunawan melawan Kevin, Evan, dan Brandon. Sementara Ferdad berhadapan dengan Mark.

"Aku tidak mengira kita akan bertemu, Ferdad Harrel." Mark tersenyum.

"Kita bicara di kantor saja." Keduanya pun berkelahi.

Sementara Nevra bersama James, Han, dan Zack melawan para polisi yang masuk dari berbagai arah. Mereka bertiga menggunakan senapan Rusia dan berhasil menembaki para sniper dari kepolisian.

Nevra melihat beberapa polisi bersembunyi dibalik pilar bangunan. "Aku bisa sendiri. Kalian cari Aquene dan Mark. Mereka sedang sakit."

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya James.

Nevra membidik para polisi itu. "Jangan khawatirkan aku."

James, Han, dan Zack pun pergi meninggalkan Nevra sendirian. Han menemukan Mark yang sedang berkelahi dengan Ferdad.

Han menembak kaki Ferdad. Mendapatkan serangan dadakan, Ferdad segera bersembunyi di balik pilar. Betisnya berdarah.

"Kenapa kau datang kemari? Di mana Nevra?!" Bentak Mark.

"Dia yang menyuruhku datang kemari!" Kata Han. "Pergilah, aku akan mengurusnya."

Mark tampak ragu, tapi dia pun pergi. "Aku akan menunggumu di atas."

"Tidak, kau pergi saja!" Bentak Han.

Mark pun pergi. "Bawa Nevra bersamamu ke tempat biasa. Aku akan menjemput kalian."

Ferdad dan Han pun harus berhadapan. Di mana Han berhasil ditangkap oleh Ferdad.

Setelah menangkap Han, Ferdad menyusuri koridor. Dia mendengar suara tembakan dan teriakan di mana-mana. Sesaat Ferdad menyesali keputusannya untuk berpencar. Sekarang dia tidak tahu di mana dan apa yang terjadi pada rekan-rekannya.

☆★☆

17.08 | 21 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang