Ferdad pulang ke apartemen. Dia melihat Rayna tertidur di meja makan seperti biasa. Tampaknya hidangan makan malam di meja sudah dingin. Ferdad tidak tega membangunkan Rayna. Dia mengangkat tubuh perempuan itu dan menidurkannya ke ranjang.
Ferdad melihat cincin pernikahan yang melingkar di jari manis Rayna. Permatanya hilang, karena waktu itu Rayna mengetahui kalau di dalam permata tersebut ada alat pelacaknya. Dia pun menghancurkan permata tersebut.
Ferdad melepaskan cincin itu lalu memasang permata baru berwarna putih.
Keesokan harinya, Rayna terbangun dan mendapati dirinya tertidur di kamar bersama Ferdad. Perempuan itu melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi.
"Ferdad, apa kau tidak pergi bekerja?" Rayna mengguncangkan tubuh Ferdad.
"Jadi, sekarang kau memanggil namaku? Katanya tidak sopan." Ferdad membuka matanya.
Rayna tersenyum polos. "Sayang."
Ferdad bangkit. Mereka saling menatap untuk sesaat sebelum Rayna memutuskan kontak mata di antara mereka.
"Kau masih belum percaya kalau aku suamimu?" Tanya Ferdad.
Rayna tidak menjawab.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan kalau aku memang suamimu?" Ferdad menatap Rayna dengan serius.
"Aku yakin kau tahu segalanya tentangku. Meskipun aku sendiri tidak ingat dan tidak tahu apakah jawabanmu benar atau salah," ucap Rayna.
"Baik," Ferdad mulai memberikan rincian, "kau tidak menyukai kacang, karena kau alergi terhadapnya. Kau juga tidak menyukai bau dari buah pisang, kau akan merasa mual setelah mencium aroma buah pisang. Kau tidak bisa berenang, karena kau pernah tenggelam di laut sewaktu kau masih kecil, jadi kau trauma."
Rayna mencerna jawaban Ferdad. "Benarkah?"
Ferdad mengangguk. Dia membawa buah pisang dari dapur dan menyodorkannya pada Rayna. Tidak terjadi apa-apa. Ferdad juga bingung. Padahal dalam data pribadi Rayna yang diberikan Septiawan waktu itu tertulis jika Rayna sangat membenci aroma buah pisang.
"Mungkin karena aku mengalami amnesia, buah pisang ini tidak membuatku mual, karena aku tidak ingat," kata Rayna.
Ferdad tampak berpikir. "Memangnya bisa begitu? Dulu kau suka marah-marah setiap melihat buah pisang di dapur."
Setelah drama di pagi hari, Ferdad pergi ke kantor polisi. Dia melihat kembali data pribadi tentang Rayna. Semua yang informasi yang dia dapatkan benar adanya.
Ferdad menghampiri Gunawan dan Bayu. "Bagaimana, apa Brandon sudah menunjukkan pergerakan?"
"Sepertinya dia kebo," celetuk Bayu.
"Artinya?" Tanya Ferdad dan Gunawan berbarengan.
"Jam segini dia belum bangun. Dia seperti kebo," jawab Bayu.
Gunawan dan Ferdad saling pandang.
Sementara itu, Rayna menyambar jaketnya kemudian pergi ke Danuarga Hospital dengan menggunakan taksi. Tentunya dia tahu jalan ke Danuarga Hospital. Dia dirawat di rumah sakit tersebut sampai siuman setelah mengalami kecelakaan yang menyebabkannya amnesia. Ditambah lagi Ferdad membawanya kesana beberapa hari yang lalu sewaktu tangannya disayat Mark untuk mengeluarkan bom dan pelacak yang entah siapa yang memasangnya.
Di dalam taksi, Rayna tampak melamun. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam benaknya.
"Nona, sudah sampai," kata sopir taksi.
Setelah membayar, Rayna pun memasuki Danuarga Hospital. Dia memberikan sampel obat amnesia untuk diperiksa apakah obat tersebut aman untuk dikonsumsi seseorang yang mengalami amnesia atau malah sebaliknya, obat tersebut sangat berbahaya untuknya.
"Kami membutuhkan waktu sekitar 4 hari untuk memeriksanya."
Rayna mengangguk. "Tidak apa-apa, aku akan menunggunya. Hubungi aku jika sudah keluar hasilnya."

⬆️ Gunawan ⬆️

⬆️ Marla ⬆️
☆★☆
07.45 | 20 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS ASSASSIN
ActionPOLICE VS ASSASSIN by Ucu Irna Marhamah Rayna mengalami amnesia setelah menjadi korban kecelakaan mobil. Dia koma selama 2 minggu. Ferdad, suaminya yang merupakan seorang polisi datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Sayangnya Rayna tidak mengen...