Sejak saat itu perjalanan Farrel sebagai anggota kepolisian berjalan mulus. Namun ia tetap mengikuti beberapa tes seperti medis, psikotes, fisik, akademik, wawancara, wawasan kebangsaan dan kejiwaan.
Farrel kemudian lolos sebagai Bripda. Pada saatnya tiba, Farrel menjadikan niatnya yang mendendam untuk menyelidiki seseorang.
"Selamat untuk pelantikan pangkatnya, Bripda Farrel" ujar Brigjen Faudar.
"Terima kasih banyak untuk binaannya selama ini, Dan" ujar Farrel, "Tanpa bimbingan dan binaan yang ketat dari Komdan, mungkin saya gak akan bisa sampai sejauh ini"
"Ya ya ya, itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya yang diperintahkan langsung oleh Tuan Arkan Arzafka. Berterima kasihlah padanya"
"Sering saya berusaha untuk mengucapkan langsung, tapi beliau begitu sibuk. Jadi saya cuma bisa mengucapkannya lewat Komdan Faudar atau pada Tuan Muda Arsen"
"Ya, beliau itu memang orang yang sangat sibuk. Maklum lah" jawab Brigjen Faudar.
"Mmm... Komdan... kalau saya minta pertolongan untuk satu kali lagi saja, apakah Komdan Faudar bersedia?" tanya Farrel.
"Apa itu, Farrel?"
~
Tok tok tok. Suara pintu diketuk dengan keras sekali. Beberapa kali tak dijawab oleh si penghuni rumah. Hingga suara gedoran semakin keras, si yang punya rumah akhirnya keluar sambil marah-marah.
"Apaan sih pagi-pagi???" teriak Herman. Namun bibirnya mendadak gemetar ketika melihat dua orang polisi dihadapannya.
"Anda saudara Herman Tauhid?" tanya salah seorang polisi tersebut.
"Iye, saya sendiri. Ada apaan ya, Pak?"
"Anda harus ikut kami sekarang. Ini surat penangkapan saya!"
"Apa salah saya, Pak?" tanya Herman.
"Bawa dia!" perintah salah satu polisi itu. Polisi yang lain turut memborgol tangan Herman dan memasukkannya ke dalam mobil polisi yang tak jauh dari gang tersebut.
"Pak, saya gak tau apa-apa, Pak!" Herman merontak.
"DIAM!!! Anda bisa jelaskan di kantor!" cetus salah satu polisi tersebut.
Herman merasa deg-degan dengan penangkapannya kini. Baru kali ini dia merasa takut yang tak terhingga.
~
"Selamat malam, Pak Herman" ujar Farrel dengan senyuman dendamnya yang mencuat ke arah Herman. "Bapak masih ingat wajah saya???"
"Elo, Rel??? Udah gede lo sekarang. Udah jadi polisi???" cetus Herman, tak menyangka.
"Udah cukup kita reuniannya ya, Pak. Saya langsung aja, jawab sekarang dengan jujur. Maka Bapak akan kami bebaskan" ujar Farrel.
"Lo mau nanya apa??? Rasya???"
"Benar. Saya ingin Bapak memberitahukan pada saya, dimana Rasya berada sekarang"
"Gak ada"
"Jawab, Pak! Agar proses ini tidak akan berjalan lama"
Herman membuang wajahnya, dia tak mau menjawab.
"JAWAAAABBB!!!"
Herman terkejut bukan main begitu Farrel membentaknya. Dia benar-benar takjub kala Farrel bisa segarang ini sekarang. "Gue gak tau!!!"
"Mustahil, anda tidak tahu karena dia anak angkat anda!!!" tegas Farrel.
"Gue beneran gak tau!!! Dia kabur saat itu!!!"
"Saat kapan?"
"Saat lo sama dia di penginapan. Setelah itu, dia berhasil kabur dari gue sama Amir"
"Bohong!!!"
"Gue gak bohong!!!"
"GUE TAU LO BOHONG, KALO RASYA BENERAN KABUR, DIA PASTI AKAN DATENG KE GUE, ANJIIIIIIING!!!" BUGGKKK!!! Farrel memukul wajah Herman dengan keras.
Polisi lain turut menghampiri Farrel disana dan langsung menenangkannya. "Komandan Farrel, harap tenang dan bersabar. Ini baru interogasi awal"
"Dia berbohong! Saya yakin dia berbohong!!!" tegas Farrel.
Herman makin panik.
"Tapi kamu harus tenang dulu!"
"Tolong kalian ini bantu saya untuk menyusut kasus ini. Sudah hampir dua tahun saya tidak bertemu Rasya. Rasya tidak dapat ditemukan! Tolong!" jelas Farrel.
"Siap, Ndan. Kami pasti akan mengusutnya sampai tuntas" cetus polisi tersebut.
"Heh! Lo!!! Herman!!! Lo gak akan bisa kemana-mana sampai Rasya di temukan!" cetus Farrel.
"Gak bisa, saya harus pulang!!!" cetus Herman.
"Itu betul, Saudara Herman. Anda masih akan tetap di sel sementara sampai saudara Rasya di temukan!" jawab polisi lain.
"Mampus lu, anjing!" cetus Farrel.
~
"Jadi Rasya belum ditemukan, Rel???" tanya Gentong pada Farrel. Farrel datang ke rumah Gentong dan menceritakan penangkapan Herman.
Farrel menggeleng, "Gue yakin banget dia yang paling tau dimana keberadaan Rasya saat ini. Tapi dia gak mau ngaku"
"Tapi kenapa kau kepengen betul Rasya ditemukan, Rel? Siapa tau dia memang berhasil kabur saat itu, terus dia sudah punya kehidupan baru yang lebih baik" kata Gentong.
Farrel menggeleng, "Gue sayang sama Aca, Tong! Gue pengen ketemu dia. Selama gue pelatihan, binsik, asrama di barak, gue selalu kangen sama dia. Gak ada satu haripun gue gak kangen sama dia!"
"Aku tau looo. Tapi kau jangan terlalu larut juga. Kasian aku sama kau. Badan sudah sekekar ini, tapi hati masih tidak tenang wee"
"Justru itu, Tong. Gue bakal tenang kalo Rasya ketemu!"
"Kau sudah minta bantuan aparat buat nyari dia?"
"Udah. Sampe sekarang belum di temuin"
Gentong terdiam dan berpikir, "Kabur kemana itu anak. Kangen juga aku sama dia"
"Ini beneran, lo sama sekali gak tau kabar Rasya?" tanya Farrel. "Atau dia sempet ketemu sama lo, tapi dia bilang ke elo supaya gue gak perlu tau tentang keberadaan dia?"
"Demi Tuhan, Rel. Kalopun dia suruh aku begitu, orang pertama yang akan aku kasih tau justru kamu lah!" cetus Gentong.
Farrel kemudian hanya bisa terdiam, merenung sambil menghisap rokoknya. Dia bingung bukan main dimana keberadaan Rasya sekarang. Dia benar-benar merindukan Rasya.
Ingatannya pertama kali saat bertemu Rasya terkenang seketika. Pertama kali melihat mata sosok Rasya yang baik, memberikannya pengobatan saat tawuran di sekolah. Mengajaknya jalan dan makan. Semua kenangan yang terpatri dalam hatinya, adalah saat dimana ia bersama Rasya.
TO BE CONTINUED

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER ON YOU (18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT 18+ HOMOPHOBIC BETTER READ ANOTHER STORY "Nakal dulu, baru jadi polisi" - Farel Abdul Fatturachman, 2016 Farrel adalah cowok flamboyan, idaman para gadis di SMA Bakti Perwira. Lelaki bergigi gingsul imut itu cukup populer di s...