[ ASL ] • 05 FUTURE WIFE

33.8K 1.6K 10
                                    

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

••••

CHAPTER 05. FUTURE WIFE

Lilian—sahabat Nagisa sejak SMP—tersedak minumannya sendiri saat mendengar cerita dari sosok cantik nan anggun yang duduk berhadapan dengannya saat ini. Dia menepuk dada pelan seraya terbatuk.

"Serius?! Lo di jodohin sama cucu sahabat Kakek Tama yang tak lain adalah bocah yang sering jahilin lo dulu waktu kecil?"

Nagisa hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gila. Emang, ya, kalau jodoh nggak kemana."

Nagisa berdecak dan mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca disebelahnya. Memperhatikan jalanan yang ramai karena saat ini adalah jam makan siang.

"Terus gimana? Lo jawab apa?" tanya Lilian penasaran.

"Lo bisa tebak sendiri."

Lilian menghela napas. Menatap lekat sahabatnya itu. "Lo nggak bisa nolak permintaan Kakek Tama?"

Hanya sebuah anggukan sebagai jawaban dari Nagisa.

"Tapi ini pernikahan lho, Sa. Nggak main-main. Emang lo bisa jalani pernikahan tanpa cinta?"

"Ya gue harus gimana? Gue juga nggak bisa nolak permintaan Kakek. Gue nggak mau kesehatan Kakek down lagi." Nagisa mendekatkan dirinya pada Lilian.

"Lo pasti ingat kejadian satu tahun yang lalu, kan? Gara-gara gue yang keras kepala, Kesehatan Kakek jadi taruhannya. Kakek sampai harus di rawat di rumah sakit dan itu gara-gara gue."

Lilian menghela napas. Tentu dia masih ingat kejadian satu tahun yang lalu. Kejadian yang begitu membuat Nagisa terpukul dan terluka begitu dalam. Kesedihan dan rasa trauma merenggut dirinya sampai sekarang.

"Tapi apa lo bisa? Itu yang gue khawatirin, Sa. Lo, kan, masih trauma sama pernikahan setelah ditinggalin Dipta kampret."

Nagisa terdiam. Dia juga tidak yakin apakah dia bisa menghadapi pernikahan karena perjodohan ini atau tidak. Karena rasa takut itu sampai sekarang masih membelenggunya.

Rasa takut saat ditinggalkan lagi tepat di hari pernikahannya.

"Gue nggak tahu," lirih Nagisa bersandar di kursi dengan tangan bersedekap. Tatapannya kini terlihat kosong dengan ekspresi dingin.

Alarm di handphone Lilian tiba-tiba berbunyi.

"Sa, gue harus balik nih. Dua jam lagi gue ada sidang. Lo... nggak apa-apa gue tinggal?" tanya Lilian.

Nagisa menoleh lalu mengangguk dengan senyum mengembang tipis. "Nggak apa-apa. Gue bisa ke rumah sakit sendiri."

"Ya udah, gue duluan, ya." Lilian berdiri. Sebelum pergi dia lebih dulu mengusap kepala Nagisa seperti seorang kakak pada adiknya. "Apapun keputusan lo, gue akan tetap dukung. Karena gue cuma mau lo bahagia."

Nagisa tersentuh saat mendengar kata-kata tersebut dari Lilian. "Makasih."

Lilian mengangguk, kemudian perempuan yang berprofesi sebagai pengacara itu keluar dari restoran. Meninggalkan Nagisa yang kini kembali larut dalam keheningan.

••••

Nagisa keluar dari salah satu ruang rawat pasien sembari berbicara dengan seorang Suster yang berjalan disebelahnya. Dia tiba-tiba berhenti berjalan lalu menoleh pada seorang perempuan tomboi yang berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa. Perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu seketika membungkukkan tubuhnya dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak.

Alvarez Sky Lawrence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang