SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!
TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️
••••
CHAPTER 23. ANGGI
Sepasang mata tajamnya menatap layar laptop dengan ekspresi dingin. Matanya begitu teliti melihat rekaman CCTV yang diberikan Zein atas perintahnya. Varez ingin tahu apa yang menyebabkan istrinya itu berlari keluar gedung sambil menangis?
"Siapa pria ini?" gumam Varez karena tidak dapat melihat pria yang berdebat dengan Nagisa. Wajahnya tertutup topi yang hampir menyembunyikan sebagian wajahnya.
"Ada masalah apa Nagisa sama pria ini?" Varez masih memikirkan hal tersebut. Kalau memang benar Nagisa ada masalah, kenapa perempuan itu tidak memberitahunya?
Varez meraih ponselnya dan mendial nomor Zein.
"Selamat malam, Pak," jawab Zein sopan di seberang sana.
"Malam. Soal rekaman CCTV yang saya minta sama kamu."
"Ada yang bisa saya lakukan, Pak, soal rekaman itu?"
"Iya, saya mau kamu mencaritahu soal pria yang berdebat dengan istri saya. Siapa dia dan ada hubungan apa dia dengan istri saya."
"Baik, Pak. Akan saya cari tahu."
"Terima kasih."
"Sama-sama, Pak. Sudah tugas saya."
Varez memutuskan sambungan teleponnya. Sekali lagi dia melihat rekaman CCTV tersebut seraya mengira-ngira siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Nagisa?
••••
"Belum tidur?"
Nagisa yang duduk bersandar di kasur menoleh pada Varez yang baru memasuki kamar. Pria itu kemudian duduk di pinggir kasur menghadap Nagisa.
"Kenapa kepalanya?" tanya Varez mengelus kepala Nagisa, melihat istrinya itu terus memijat kepalanya seraya meringis.
"Tiba-tiba pusing," jawab Nagisa.
Varez kemudian naik ke atas kasur dan duduk di samping Nagisa, ikut bersandar di kepala kasur. Dia menarik Nagisa mendekat, merebahkan kepala perempuan itu di dadanya.
"Aku pijitin, ya?" Varez dengan perhatian memijit kepala Nagisa. Perempuan itu menutup mata, rasa sakit di kepalanya sudah mulai membaik.
"Makasih," lirih Nagisa masih diposisinya.
Varez tersenyum kecil.
"Aku besok masuk kerja, ya." Nagisa membuka mata lalu sedikit mendongak menatap Varez.
"Kamu masih sakit, lho."
"Udah nggak apa-apa, kok. Udah dua hari juga aku libur. Kasihan pasien aku, Rez."
"Kamu kasihan sama pasien, tapi kenapa nggak kasihan sama diri sendiri?"
Nagisa menarik diri hingga kini dia bisa dengan jelas menatap suaminya itu. "Udah jadi tugas Dokter untuk selalu memperioritaskan pasiennya. Ini udah jadi tanggung jawab. Sebelum aku menjadi Dokter aku sudah mengucapkan sumpah. Jadi aku nggak mau melanggar sumpah itu."
"Iya, iya, terserah kamu lah."
Mata Nagisa menyipit. Tangannya meraih tangan Varez dan menautkan jari-jari tangan mereka. "Marah?"
"Enggak."
"Marah kamu."
Varez menghela napas, membalas genggaman tangan Nagisa. Kedua matanya menatap lekat wajah cantik sang istri. Tangannya dengan lembut mengusap bekas luka di kening Nagisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarez Sky Lawrence [END]
Romance[ The Series of Sky Lawrence Stories #4 ] [ Sequel of SKY TRIPLETS ] **** Alvarez Sky Lawrence. Siapa yang tidak kenal dia? Laki-laki tinggi berperawakan tampan, berkharisma, dan penuh wibawa serta kaya raya yang banyak di gandrungi dan menjadi idam...