Selesai sholat Jumat, Varez dan Pak Ujang—satpam yang bekerja di rumahnya—serta beberapa jamaah laki-laki keluar dari Masjid Raya di komplek perumahannya. Varez sempat mengobrol dengan beberapa bapak-bapak yang memang lumayan akrab dengannya karena mereka bertetangga. Bahkan ada juga bapak-bapak yang terang-terang seolah cari perhatian pada Varez. Terus menyebut-nyebut kelebihan anak perempuan mereka. Berharap Varez akan tertarik. Tidak peduli Varez sudah menikah.
"Saya Rahmat, saya dan keluarga baru pindah kemarin di dekat rumah Pak Varez." Pak Rahmat mengulurkan tangannya yang di sambut oleh Varez.
"Oh, iya. Maaf Pak, istri saya memang bilang kalau ada tetangga yang baru pindah di dekat rumah kami. Ternyata Bapak?" Varez menyahutnya dengan senyum ramah.
"Pak Varez sudah menikah? Saya pikir masih single."
"Iya, Pak. Saya sudah menikah dan alhamdulillah sudah punya anak satu."
"Pak Varez ini adalah anak dari Pak Althair, Pak," ujar bapak berkumis menepuk pundak Varez.
"Pak Althair Sky Lawrence? Pemimpin perusahaan VICTORY GROUP itu?" Wajah Pak Rahmat terlihat kaget.
"Iya, Pak. Pak Varez ini juga CEO rumah sakit VICTORY," tambah bapak berkumis itu.
Kedua mata Pak Rahmat terlihat berbinar. Ternyata orang yang dia temui bukan orang sembarangan.
"Saya tahu Pak Althair, karena perusahaan tempat saya bekerja dulu pernah bekerja sama dengan perusahan VICTORY. Oh iya, kalau istri bapak... apa pekerjaannya?"
"Sekarang istri saya jadi ibu rumah tangga."
"Tidak bekerja?"
"Dia bekerja di klinik di rumah."
"Istri Pak Varez ini dulunya seorang Dokter Spesialis di rumah sakit besar VICTORY, Pak." Lagi dan lagi bapak berkumis itu yang memberikan informasi padahal tidak ada yang bertanya tentang itu.
"Oohh begitu. Beruntung juga ya istri Pak Varez. Dia seorang Dokter bisa menikah dan menjadi istri dari CEO rumah sakit tempat dia bekerja."
Senyum ramah Varez perlahan memudar. Pekataan Pak Rahmat barusan sangat tidak nyaman terdengar. Bisa menikah dan menjadi istri dari CEO rumah sakit? Maksudnya apa?
Varez tersenyum tipis dan bertanya, "Memang... salah kalau saya menikah dengan Dokter di rumah sakit saya?"
Pak Rahmat sedikit tersentak melihat perubahan raut wajah Varez ketika bertanya seperti tadi. "Ah, maaf kalau perkataan saya sedikit menyinggung Pak Varez. Saya tidak bermaksud menjelekkan istri Pak Varez. Saya hanya kagum, ternyata takdir jodoh itu memang tidak bisa di tebak." Pak Rahmat terkekeh di akhir perkataannya.
"Oh iya, Pak, mungkin di lain waktu saya boleh ke rumah Pak Varez untuk silaturahmi? Kan kita tetangga. Saya dan keluarga juga ingin mengenal tetangga baru kami."
Varez melirik Pak Ujang disampingnya. Sepertinya Pak Ujang berpikiran yang sama dengannya soal Pak Rahmat.
"Iya, Pak. Boleh, lain waktu mampir saja ke rumah." Varez menjawab dengan tetap mempertahankan keramahannya. Tidak mungkin juga dia melarang orang yang ingin bersilaturahmi ke rumahnya. Karena itu tidak baik.
"Kalau begitu saya duluan, Pak. Permisi. Ayo, Pak Ujang." Varez dan Pak Ujang pun melangkah pergi meninggalkan area Masjid dan bapak-bapak di sana.
"Sepertinya dia sengaja mengatakan itu," ujar Varez. "Menurut Pak Ujang gimana?" tanyanya pada Pak Ujang yang berjalan disampingnya.
"Menurut saya Pak Rahmat tadi salah dalam menyampaikan maksud perkataannya, Pak. Jadinya terdengar seolah Pak Rahmat menjelek-jelekkan Bu Nagisa."
Varez mengembuskan napas. Benar juga. Pasti karena itu. Varez tidak boleh berpikiran buruk dulu sama orang. Toh dia juga baru mengenal Pak Rahmat. Dia tidak bisa menyimpulkan sifat orang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarez Sky Lawrence [END]
Romance[ The Series of Sky Lawrence Stories #4 ] [ Sequel of SKY TRIPLETS ] **** Alvarez Sky Lawrence. Siapa yang tidak kenal dia? Laki-laki tinggi berperawakan tampan, berkharisma, dan penuh wibawa serta kaya raya yang banyak di gandrungi dan menjadi idam...