31° |Kebahagiaan Berbonus|

386 48 5
                                    

Hari yang ditunggu Doni akhirnya tiba juga, hari ini dirinya akan menikahi perempuan yang sudah ia lamar dua Minggu yang lalu. Memang terdengar dadakan bagi semua orang, namun Doni dan Aleta tak ada yang dadakan. Kedua orang tua Meraka sudah mempersiapkan semuanya semenjak ke duanya masih di Malaysia.

Suasana rumah Aleta mulai ramai karena kedatangan para tamu undangan, bahkan Liya sudah sampai di sana meski tanpa sang suami. Perempuan tak ikut rombongan Doni karena Aleta memintanya sebagai pendamping pengantin wanita, sementara sang suami sudah pasti menemani sahabatnya, Doni.

"Permisi." Liya mengetuk pintu kamar Aleta, kepalanya menyembul di ambang pintu.

"Masuk aja, Ya." Aleta yang tak bisa gerak hanya bisa melihat Liya dari cermin di hadapannya. Gadis itu tersenyum pada bayang Liya di cermin. "Lo cantik banget, ini yang mau nikah gue apa lo sih?" guyon Aleta membuat Liya yang kini sudah berdiri di sebelahnya terkekeh pelan.

"Apa sih, Al. Kamu itu jauh lebih cantik, Doni pasti terpukau lihat kamu. Kamu itu wanita tercantik hari ini." puji Liya dengan senyum mengembang.

Perias pengantin itu menyelesaikan pekerjaannya. "sudah selsai, saya tinggal dulu ya, Mbak." ucapnya.

Liya mengangguk, perias pengantin itu pun meninggalkan ruangan.

Aleta memutar badannya, menatap Liya. "Semua wanita pasti akan menjadi wanita tercantik di hari pernikahannya. Lo juga waktu nikah dulu, kan?" Liya mengangguk membenarkan itu. "Tapi satu hal yang gue masih ngak nyangka, tutor magang gue ternyata jodoh gue." ucap Aleta lalu tertawa kecil.

Liya membenarkan ucapan Aleta, banyak hal yang tak terduga terjadi dalam hidup. Liya tersenyum samar, rasa bahagia yang kini ia rasakan jelas sudah lebih dari yang ia harapkan. Dulu Liya pernah kehilangan, bahkan rasanya tak mungkin lagi bisa menjalani hidupnya dengan baik. Tapi Tuhan mengantar Alif, seseorang yang membawa dirinya keluar dari luka mendalam serta membawa kasih sayang yang begitu menghangatkan.

"Jodoh, maut, rezeki bukan kita yang ngatur. Tapi percayalah, Allah pasti sudah mengaturnya dengan sebaik mungkin untuk hambanya." sambung Liya.

"Ya, gue percaya itu." jawab Aleta semangat.

Perias pengantin yang semulanya meninggalkan dua wanita itu kembali menghampiri, "Mempelai laki-laki sudah datang, mari turun!" ajaknya ramah.

"Ayo!" Liya merengkuh lengan Aleta saat gadis itu sudah berdiri dari kursi riasnya.

"Bismillah." cicit Aleta, gadis itu mengehala napas mencoba membuat dirinya lebih tenang.

"Bismillahirrahmanirrahim." timpal Liya, seulas senyum mengembang di bibir ranumnya.

Liya menenteng lengan sang pengantin, sementara si perias menenteng selendang panjang yang terurai ke belakang pengantin.

Kedatangan pengantin langsung mengambil alih tatapan semua orang yang ada di ruangan, termasuk Doni. Laki-laki itu sudah duduk manis di depan sang penghulu.

Liya membawa Aleta duduk di kursi akad, di sebalah Doni. Setelahnya, perempuan itu memilih duduk di samping sang suami yang ada di belakang Doni.

"Sini, Kanza sama mama." Liya mengambil putri kecilnya dari Alif dan memangku sang putri di pahanya, "Sesil mana, sayang?"

"Dia sama partner-nya," jawab Alif santai.

"Cowok?"

Alif mengangguk. "Dia sekarang sudah semakin dewasa, sayang. Jadi jangan terlalu khawatir."

"Ya, aku paham kok. Yang penting dia bisa jaga diri," jawab Liya dengan seulas senyum.

"Tapi aku percaya Sesil pasti bisa jaga diri." timpal Alif.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang