29° |AlDon 2|

503 63 5
                                    

Aleta terdiam, semenjak hari setelah ia sadarkan diri. Dirinya selalu didesak untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak ada kepastian, bagaimana dokter muda itu bisa mendapatkan luka tusukan.

Ingatan Aleta mengulas beberapa kejadian terakhir yang dia ingat, gadis itu melihat seseorang mencoba menyerang Idrus dari belakang. Sayang Aleta lengah, dirinya yang niat membantu justru menjadi sasaran anak buah Alva.

Satu tusukan keras yang bisa Aleta rasakan di perut bawahnya, gadis itu masih mampu bergerak dan balas memukul laki-laki yang menyerangnya hingga terkapar parah. Gadis itu tak mengelakkan luka di perutnya, Aleta tidak merasakan sakit yang luar biasa. Hanya saja, Aleta menyadari tenangan berkurang perlahan.

Gadis itu tetap membantu Idrus sampai mereka bisa melumpuhkan semua anak buah Alva, dan meringkus Alva yang kalah telak.

Dan yang paling terakhir Aleta ingat, Doni memekikkan namanya dengan begitu nyaring.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Ale. Kenapa kamu bisa sampai terluka?"

Pertanyaan Doni membuat Aleta terkesiap dari lamunan, gadis itu memicingkan matanya sinis.

"Itu mulu yang lo tanyain. Gue udah bilang, gue lupa. " jawab Aleta kekeh. Jawaban yang sama yang ia berikan saat semua orang ingin tahu tentang yang sebenarnya.

"Lo itu jadi cewek terlalu nekad, sih. Gini kan jadinya." lanjut Doni mengomel.

Aleta mendesis malas. "Bawel lo, dari kemarin ngomel mulu."

"Aku mau minta maaf, gara-gara aku kamu sampai kayak gini." lirih Liya.

Aleta mengehela napas lesu, ini bukan pertama kalinya Liya meminta maaf pada hal yang jelas bukan salahnya. Aleta yang membawa dirinya sendiri ikut campur urusan orang, tidak ada yang minta gadis itu masuk dalam masalah itu.

"Ayo lah, ini udah ke sembilan kali kamu ngucapin maaf, Liya." keluh Aleta. "Aku ngak apa-apa, kok. Ini cuma luka kecil dong." kata Aleta santai, gadis itu tersenyum pada Liya.

"Luka kecil?" gumam Doni dengan delikan.

Aleta mendengus, ucapan Doni membuat Liya terlihat semakin merasa bersalah. Aleta menarik bantalnya dengan cepat dan memukulnya pada Doni.

Pughh.

"Aa.."

Beriringan dengan pukulan yang Aleta buat, gadis itu meringis sakit karena gerakannya.

"Lo sih banyak tingkah." omel Doni.

Aleta mendelik geram. "Ngomong asal sekali lagi, gue suruh satpam buat larang lo masuk keruangan ini. " ancam Aleta dengan desis-an.

"Doni benar Aleta, itu bukan cuma luka kecil. Itu luka serius." tempat Alif.

"Ia tau," gumam Aleta pelan. Sebagai seorang dokter, Aleta jelas paham jika luka yang ia dapatkan bukan lua kecil, bahkan ada resiko yang mungkin saja bisa membuatnya menyesal. Aleta mengangkat mata birunya menatap Liya. "Tapi Liya ngak usah nyalahin diri terus, kan?" lanjutnya mendikte.

Alif mengangguk, merangkul sang istri yang tak semangat. "Ia, sayang. Jangan terlalu menyalahkan diri kamu." imbau Alif, perempuan itu hanya membalas itu dengan senyuman sayu.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang