22° |Kahadiran Si Mungil|

1.7K 168 9
                                    

Ada banyak rencana Tuhan yang kadang tidak bisa kita pahami, masalah yang datang kadang bertubi-tubi membuat kita seakan putus asa.

Alif hanya bisa pasrah saat dokter Alya memutuskan untuk mengoperasi istrinya.

Suara tangisan bayi membuat air mata Alif semakin berderai, bahagia bercampur haru menyelimuti hati Alif. Bayi yang lahir adalah bayi perempuan.

"Segera di bawa ke ICU." Titah Alya pada suster yang ikut menangani Liya dan bayinya.

Selayaknya unit gawat darurat (UGD), ruangan ICU atau ruang NICU adalah unit reaksi cepat tanggap. Ruangan ini merupakan ruang perawatan khusus yang menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi dan mencegah berbagai kondisi yang dapat membahayakan keselamatan bayi baru lahir dengan gangguan kesehatan.

Alif menatap cemas pada dokter Alya. "Kenapa Al?"

"Bayi mu terlahir prematur, dia membutuhkan alat bantuan pernapasan." Jawab Alya.

Alif mengangguk sayu. Laki-laki itu tak lagi menganggu Alya karena dokter wanita itu kembali menanggani sang istri, Alif hanya berharap dan terus berdoa dalam hati jika istri dan anaknya akan baik-baik saja.

"Selsai," ucap Alya, dokter muda itu mengangkat tangannya membuat suster di sebelah Alya langsung mengangguk.

Alif menghela napas lega, detak jantung Liya masih dalam kondisi normal sampai operasi berjalan lancar.

"Thanks Al," ucap Alif dengan senyum leganya.

Alya mengangguk. "Sama-sama. Sus, tolong bereskan dan setelah itu, pindahkan pasien keruang inap." Ujar Alya pada suster lainnya.

"Ya, dok." Jawab suster dengan patuhnya.

Salah satu suster membantu Alya melapaskan baju pelindung, lalu suster itu membantu melepaskan baju pelindung Alif.

"Selamat menjadi ayah dokter Alif," ucap Alya, menatap Alif lurus dengan seulas senyumnya.

Alif mengangguk, keduanya berlalu keluar dari ruangan operasi. Beberapa orang di luar langsung menyambut dokter Alya dan Alif.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" Kehawatiran Syafa langsung menyambut Alif dan dokter Alya.

Dokter Alya tersenyum pelan. "Tenang ya Bu, Liya dalam kondisi baik. Sebentar lagi pasien juga akan dipindahkan keruang inap." Jawabnya.

"Lalu, bagaimana dengan cucu saya?" timpal mama Alif, Aisyah.

Alya menatap Alif, perempuan itu seolah cemas namun dengan berat hati ia tetap mengatakan yang sebenarnya. "Bayi Liya harus mendapatkan perawatan khusus karena terlahir prematur," jawab Alya.

"Pa," Aisyah melirih, sang suami dengan cepat mendekap tubuh Aisyah yang seketika lemas dan lunglai.

Tak hanya mama Alif, mama Liya tak kalah shock mendengar kondisi sang cucu. Fathur lekas mendekap sang istri dan menenangkannya.

"Tenang ma, kita berdoa saja yang terbaik," kata papa Alif, Syahid, yang mencoba menenangkan sang istri.

Fahtur turut berujar saat semua orang tengah gundah gulana, tak ada lagi yang memperdulikan dokter Alya yang nampak tak enak hati sudah menyampaikan kabar buruk itu. "Terimakasih dok, sudah berusaha dengan baik untuk anak dan cucu saya," tutur papa Liya.

Alya mengangguk dan memberikan senyum tulus. "Ya sudah, kalau begitu saya keruangan dulu." Dokter perempuan itu menatap Alif. "Kamu bisa pantau kan, Lif?"

Alif mengangguk pelan. "Sekali lagi makasih."

Alya tersenyum kecil dan kembali mengangguk. "Sama-sama," balasnya. Dokter perempuan itu berlalu meninggalkan Alif dan keluarganya.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang