15° |Keluarga Baru|

1.5K 145 2
                                    

Kehamilan merupakan proses panjang, apa lagi jika itu begitu di nanti-nanti semua orang. Perlakuan yang terbaik, serta menjaganya sepenuh hati adalah sebuah tuntutan.

Seperti tuntun bagi Liya dari semua orang yang begitu menanti cucu mereka, Liya di larang melakukan pekerjaannya bahkan sang mama membatalkan kontrak Liya dengan Green Galeri demi menjaga kesehatan Liya dan sang cucu.

"Sayang, ini susu kamu." Alif meletakkan susu buatannya di meja, tepat di depan sang istri yang sibuk membaca majalah.

Liya mengalihkan pandangan dari majalah dan menatap sang suami dengan senyum rekahnya. "Makasih papa oncom." Balas Liya mengguyon.

Alif menaikkan satu alisnya, tatapan bingung ia arahkan pada sang istri. "Kenapa sih akhir-akhir ini kamu sering aku papa oncom?" Tanya Alif, laki-laki itu ikut duduk di sebelah Liya.

"Ngak tau, suka aja." Jawab Liya sekenanya.

Alit tersenyum geli bersama gelengan kecilnya. "Dasar mama tahu." Balas Alif mencibir.

"Mama tahu?" Liya balas menatap bingung kearah sang suami.

"Tahu kan temannya oncom." Jawab Alif dengan senyum kecil membuat Liya ikut terkekeh geli ulahnya.

Liya mengeleng-geleng kecil, senyum manis itu tak lepas dari bibirnya. "Yah, terserah kamu aja deh." Jawabnya. Perempuan itu kembali mengalihkan tatapannya pada majalah, dan menyibak lembaran baru dalam majalahnya.

"Lagi baca apa sih?" Alif ikut menatap dan membaca halaman majalah yang baru Liya buka.

"Artikel tentang menjadi ibu yang bijak." Sahut Liya singkat.

Alif berdeham kecil. "Em, jadi aku harus belajar tentang ayah yang bijak dong." Sambungnya.

Liya menilik sang suami dengan tatapan heran. "Untuk apa? Kamu kan dokter yang bisa melakukan apa saja."

"Ini pujian atau sindiran?" Gumam Alif sambil melirik usil pada sang istri, membuat perempuan di samping Alif itu sedikit terkekeh.

"Sensi amat pak." Cibir Liya dengan kekehannya.

Alif ikut tertawa, tangannya melewati punggung Liya hingga mampu menyentuh pundak kiri sang istri. "Aku punya teman, ya kebetulan dia seorang bidan yang biasanya membantu persalinan. Dia buka kelas buat ibu-ibu pemula, mau ikut?" Tawar Alif.

"Serius? Aku mau ikut dong!" Liya berseru begitu antusias, wajah perempuan itu memerah karena saking senangnya. Hal itu membuat Alif tertawa geli dan mencubit gemas pipi Liya.

"Ya udah, nanti aku hubungin dia." Jawab Alif masih dengan senyumnya.

Liya mencebik, bibir perempuan itu tiba-tiba manyun. "Maunya hari ini," tukasnya manja.

Alif menilik sang istri, Liya yang memasang wajah memelas terus menatapnya. "Hari ini ya? Ya udah deh."

Liya tersenyum senang, spontan perempuan itu memeluk tubuh Alif membuat laki-laki itu sedikit terkejut. Untuk beberapa menit Liya menikmati pelukannya, ia pun merasakan kehangatan memeluk tubuh kekar Alif. Hingga perempuan itu tersadar akan perbuatannya yang membuat Alif kaku, Liya hendak melepaskan pelukannya namun geraknya tertahan saat tangan kekar Alif melingkar erat ke tubuhnya.

"Bukankah tiada berdosa memeluk suami sendiri, mengapa mau dilepas?" Gumam Alif.

Liya mendongak, "aku pikir kamu tidak mau di peluk?" Perempuan itu menatap mata hitam sang suami lurus.

"Mana bisa nolak, pelukan istri ku begitu hangat." Goda Alif, laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.

Liya terkekeh geli. "Pelukan kamu juga hangat," balas Liya, perempuan itu semakin menikmati pelukan Alif.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang